TisooSell: Kembalikan Waktu untuk Berkarya, Biarkan Teknologi Mengurus Sisanya

Di Balik Setiap Karya Indah, Ada Cerita yang Tak Terlihat: Seni Mengelola Bisnis Kerajinan

Bayangkan sejenak: malam telah larut, di sudut ruang kerja, puluhan produk kerajinan tangan yang indah tertata rapi, siap untuk menemukan rumah barunya. Ada kebanggaan di sana, sebuah kepuasan melihat hasil karya yang lahir dari imajinasi dan ketekunan. Namun, di sisi lain meja, ada pemandangan yang berbeda. Tumpukan nota pembelian bahan baku, buku catatan penjualan yang coret-moret, dan sebuah pertanyaan yang terus berulang di kepala: “Stok kain motif batik mega mendung ini sisa berapa, ya? Pesanan custom dari Ibu Rina kemarin sudah lunas atau belum? Bulan ini untung atau rugi?”

Inilah realitas yang sering kali tidak terlihat di balik setiap produk UMKM kreatif. Inilah dilema yang dihadapi oleh jutaan pengrajin di seluruh Indonesia. Memulai bisnis karena kecintaan pada seni, hasrat untuk menciptakan sesuatu yang unik. Namun, seiring berjalannya waktu, mendapati lebih banyak menghabiskan waktu sebagai akuntan, manajer gudang, dan admin penjualan. Setiap jam yang dihabiskan untuk merekap transaksi, menghitung stok secara manual, atau mencari riwayat obrolan dengan pelanggan adalah satu jam yang terenggut dari waktu berharga untuk berkarya.1

Beban administrasi ini bukan sekadar pekerjaan tambahan yang membosankan; ia adalah pembunuh senyap bagi kreativitas. Energi mental yang seharusnya tercurah untuk melahirkan desain baru, bereksperimen dengan material, atau meningkatkan kualitas produk, justru terkuras habis oleh tugas-tugas repetitif. Proposal Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) mengidentifikasi bahwa ketergantungan pada “pencatatan manual” adalah akar dari banyak masalah: data menjadi tidak akurat, pengelolaan stok melambat, dan wawasan tentang performa bisnis menjadi kabur. Masalah ini menjadi semakin rumit bagi bisnis kerajinan tangan. Tidak menjual produk massal yang seragam. Menjual karya dengan puluhan, bahkan ratusan variasi. Sebuah kotak tisu, misalnya, bukan sekadar “kotak tisu”. Ia bisa terbuat dari kayu jati atau sonokeling, dihias dengan kain batik atau tenun, dengan ukuran dan finishing yang berbeda-beda. Mengelola “manajemen variasi desain dan material” seperti ini dengan buku catatan adalah sebuah mimpi buruk.1 Mencoba menggunakan software kasir generik yang dirancang untuk kafe atau toko kelontong pun sering kali lebih banyak menimbulkan masalah daripada solusi. Mereka tidak dirancang untuk memahami kompleksitas unik dari bisnis, memaksa membuat catatan tambahan yang rumit dan pada akhirnya membuat merasa bahwa “teknologi itu tidak cocok untuk saya.” Padahal, yang dibutuhkan bukanlah teknologi yang rumit, melainkan teknologi yang tepat.

Gelombang Digitalisasi UMKM: Peluang Besar atau Sekadar Tren yang Rumit?

Kita tidak bisa memungkiri bahwa gelombang digitalisasi tengah melanda Indonesia dengan kekuatan penuh. Pada awal 2025, tercatat ada 212 juta pengguna internet di negeri ini, dengan tingkat penetrasi mencapai 74,6% dari total populasi.3 Pemerintah pun gencar mendorong UMKM untuk “naik kelas” melalui adopsi teknologi, dengan target ambisius mencapai 30 juta UMKM go-digital pada tahun 2024 dan 50% dari total UMKM telah bertransformasi digital pada 2025. Program-program seperti pelatihan digital marketing, kemudahan akses permodalan berbasis teknologi, hingga penyediaan marketplace terus digalakkan. Digitalisasi bukan lagi sebuah pilihan, melainkan sebuah arus yang harus diarungi untuk tetap relevan dan kompetitif.

Namun, di tengah gegap gempita ini, ada sebuah realitas pahit yang disebut “digitalisasi semu”. Sebuah riset dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mengungkapkan fakta mengejutkan: sebanyak 93,72% UMKM di marketplace hanya berperan sebagai mitra penjualan atau

reseller, yang sebagian besar menjual produk impor. Visi besar digitalisasi seharusnya adalah memberdayakan ekosistem produksi dalam negeri, bukan sekadar menjadikan UMKM sebagai etalase produk luar.

Di sinilah , para pengrajin dan produsen, menjadi pahlawan sesungguhnya dalam ekonomi digital adalah bagian dari 6,28% yang benar-benar melakukan aktivitas produksi. Namun, jalan untuk melakukan digitalisasi produktif tidaklah mudah. Beberapa pada tantangan nyata di lapangan:

  1. Kurangnya Literasi Digital: Banyaknya pilihan teknologi sering kali membingungkan, membuat ragu harus mulai dari mana.
  2. Keterbatasan Modal: Investasi pada perangkat lunak yang mahal terasa mustahil bagi usaha yang baru merintis.
  3. Persaingan Ketat: Dunia online adalah pasar yang sangat ramai. Menjadi unik dan menonjol membutuhkan strategi yang cerdas.
  4. Manajemen Data yang Rumit: Data pelanggan dan transaksi adalah aset berharga, namun banyak yang belum tahu cara mengelolanya secara optimal.

Kesenjangan antara dorongan kebijakan makro dari pemerintah dan tantangan di tingkat mikro inilah yang menginspirasi.

Memperkenalkan TisooSell: Asisten Digital Cerdas, Lahir dari Riset Mendalam untuk Kebutuhan

Di tengah tantangan tersebut, dengan bangga mempersembahkan TisooSell: sebuah perangkat lunak yang posisikan sebagai “Asisten Digital Cerdas dan Terjangkau untuk Penjual Kotak Tisu Kreatif” dan produk kerajinan sejenisnya.1 Perhatikan kata “Asisten”. Tujuan bukanlah untuk menggantikan sentuhan personal, melainkan untuk menjadi tangan kanan terpercaya yang mengurus segala kerumitan administratif, sehingga bisa kembali fokus pada apa yang paling cintai: berkarya.

TisooSell bukanlah produk yang lahir dalam semalam. Ia adalah buah dari riset dan eksperimen mendalam yang dilakukan dalam kerangka Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K).1 Tidak hanya duduk di balik layar komputer, tetapi mencoba memahami denyut nadi masalah yang dihadapi para pengrajin. Melihat tumpukan nota, mendengar keluhan tentang stok yang tidak sinkron, dan merancang setiap fitur TisooSell sebagai jawaban langsung atas masalah-masalah tersebut.

Berikut adalah bagaimana TisooSell mentransformasi cara kerja:

  • Manajemen Produk & Stok Spesifik: Lupakan kebingungan melacak variasi produk. Dengan TisooSell, bisa mencatat setiap jenis produk berdasarkan material, desain, ukuran, dan atribut lainnya. Setiap kali ada penjualan, stok akan terpotong secara otomatis dan real-time.1
  • Pencatatan Transaksi Digital: Gantikan buku catatan dan nota yang mudah hilang dengan sistem pencatatan transaksi yang rapi, aman, dan terpusat. Semua riwayat penjualan tersimpan dengan baik dan mudah dicari.1
  • Manajemen Data Pelanggan: Simpan data pelanggan dan riwayat pembelian mereka. Bayangkan betapa senangnya pelanggan ketika mengingat pesanan favorit mereka atau menawarkan produk baru yang sesuai dengan selera mereka. Ini adalah kunci membangun loyalitas.1
  • Laporan Penjualan Sederhana: Dalam satu klik, bisa mendapatkan laporan penjualan harian, mingguan, atau bulanan.Bbisa dengan mudah melihat produk mana yang paling laris, kapan waktu penjualan tersibuk, dan bagaimana performa bisnis dari waktu ke waktu, tanpa perlu pusing dengan rumus Excel yang rumit.1

Dampak Nyata pada Usaha: Lebih dari Sekadar Efisiensi

Menggunakan TisooSell bukan hanya tentang merapikan catatan. Ini tentang membuka potensi pertumbuhan yang selama ini terpendam di balik tumpukan pekerjaan administratif. Dampaknya nyata, terukur, dan transformatif.

Pertama, peningkatan efisiensi operasional yang drastis. Studi tentang dampak digitalisasi pada UMKM menunjukkan hasil yang luar biasa. Penggunaan perangkat lunak manajemen dapat mengurangi waktu yang dihabiskan untuk pencatatan hingga 60% dan memangkas biaya operasional hingga 25%. Bayangkan apa yang bisa dilakukan dengan tambahan waktu dan penghematan biaya tersebut. bisa menggunakannya untuk riset desain baru, meningkatkan kualitas finishing, atau bahkan sekadar beristirahat dan mengisi ulang energi kreatif.

Kedua, kemampuan mengambil keputusan yang lebih cerdas. Dulu, hanya perusahaan besar dengan sistem mahal yang bisa melakukan analisis bisnis. Kini, dengan laporan sederhana dari TisooSell, bisa menjadi “CEO” bagi bisnis sendiri. Data penjualan bukan lagi sekadar angka, melainkan wawasan. Bisa melihat produk mana yang menjadi favorit pelanggan dan memfokuskan produksi pada item tersebut. Bisa mengidentifikasi tren penjualan musiman untuk merencanakan stok bahan baku dengan lebih baik. Membuat keputusan berdasarkan data, bukan lagi firasat.

Ketiga, membangun fondasi untuk “naik kelas”. Salah satu kendala terbesar UMKM untuk mendapatkan akses permodalan dari lembaga keuangan formal seperti bank adalah tidak adanya laporan keuangan yang rapi dan terpercaya.2 Dengan TisooSell, setiap transaksi tercatat secara digital. Memiliki rekam jejak keuangan yang valid dan akurat, yang menjadi kunci untuk membangun kepercayaan di mata calon investor atau pemberi pinjaman. Ini adalah langkah pertama yang paling fundamental untuk membawa usaha ke level selanjutnya.

Terakhir, dan mungkin yang terpenting, adalah meningkatkan daya tahan bisnis. Sebuah studi menunjukkan fakta yang sangat kuat: selama masa sulit seperti pandemi, 75% UMKM yang telah terdigitalisasi mampu mempertahankan kelangsungan bisnis mereka, dibandingkan dengan hanya 50% dari UMKM yang masih beroperasi secara manual.3 Memiliki sistem yang terorganisir, data yang akurat, dan efisiensi operasional membuat bisnis lebih lincah dan tangguh dalam menghadapi ketidakpastian.

Diciptakan dengan Metode Modern dan Hati-Hati: Janji Kualitas dari Tim TisooSell

Untuk memastikan kualitas tertinggi, tidak membangun TisooSell dengan cara konvensional. Mengadopsi metodologi pengembangan modern yang disebut Agile.1 Apa itu Agile? Bayangkan sedang memesan gaun pengantin pada seorang desainer.

  • Cara Lama (Non-Agile): Memberikan semua detail di awal, lalu desainer akan bekerja selama enam bulan di ruang tertutup. Baru akan melihat hasilnya saat gaun itu sudah jadi. Jika ada yang tidak sesuai, akan sangat sulit dan mahal untuk mengubahnya.
  • Cara (Agile): Setiap dua minggu, desainer akan mengundang. Minggu kedua, ia menunjukkan sketsa dan pilihan kain. Memberi masukan. Minggu keempat, ia menunjukkan pola yang sudah dipotong. Bisa bilang, “Saya ingin bagian lengannya sedikit lebih mengembang.” Desainer mendengarkan dan menyesuaikan. Proses ini berlanjut hingga gaun itu selesai, persis seperti yang diimpikan, karena terlibat di setiap langkahnya.

Itulah filosofi. Agile menekankan “kolaborasi dengan pelanggan” dan “merespon perubahan”. Bagi, para pengguna awal, bukanlah sekadar konsumen adalah mitra kolaborasi. Masukan, kritik, dan ide-ide akan menjadi bahan bakar utama untuk menyempurnakan dan mengembangkan TisooSell. Ini bukan sekadar proses teknis; ini adalah janji dan kontrak sosial. berkomitmen untuk terus mendengarkan, belajar, dan tumbuh bersama dalam perjalanan ini.

Memulai Perjalanan dengan TisooSell: Mudah, Cepat, dan Terjangkau

Menyadari bahwa memulai sesuatu yang baru bisa terasa menakutkan, terutama jika menyangkut teknologi. Oleh karena itu, merancang proses untuk memulai dengan TisooSell agar semudah.

Tidak Perlu Instalasi Rumit. TisooSell adalah aplikasi berbasis web. Artinya, tidak perlu mengunduh atau memasang program apa pun di komputer. Cukup buka browser internet (seperti Google Chrome atau Mozilla Firefox) di laptop atau PC, kunjungi situs web, dan bisa langsung menggunakannya. Semudah membuka Facebook atau email.1

Harga yang Sangat Terjangkau (Bahkan Gratis). keterbatasan modal adalah tantangan utama bagi UMKM.2 Karena itu, merancang model harga yang sangat bersahabat dan akan menawarkan paket berlangganan bulanan atau tahunan yang terjangkau.

versi gratis dengan fitur terbatas (model freemium).1 bisa mencoba, merasakan manfaatnya, dan melihat sendiri bagaimana TisooSell membantu bisnis tanpa perlu mengeluarkan biaya sepeser pun. Ini adalah cara untuk menghilangkan risiko dan membangun kepercayaan.

Jadi, bagaimana cara memulainya?

  1. Ikuti dan Terhubung dengan Komunitas . Langkah pertama yang paling mudah adalah mengikuti di media sosial. Ini bukan sekadar kanal promosi, melainkan rumah bagi komunitas kita. Di sini bisa melihat demo produk, mendapatkan tips bisnis, bertanya langsung kepada tim, dan terhubung dengan sesama pengrajin. Mari kita bangun komunitas yang saling mendukung!
  • Instagram: @tisoosell.id
  • TikTok: @tisoosell
  • Facebook Page: TisooSell 1
  1. Daftar dan Coba Gratis. Kunjungi website resmi (informasi akan segera umumkan di media sosial) dan daftarlah untuk mencoba TisooSell versi gratis. Rasakan sendiri kemudahannya. Jelajahi fiturnya. Lihat bagaimana ia mulai merapikan bisnis , satu per satu transaksi. Tanpa risiko, tanpa komitmen, tanpa biaya.

Perjalanan seribu langkah selalu dimulai dengan satu langkah pertama. Hari ini, ambillah langkah itu untuk mentransformasi bisnis kerajinan. Saatnya mengambil kembali waktu yang berharga. Saatnya untuk lebih fokus pada keajaiban karya. Biarkan TisooSell mengurus sisanya.

Referensi

Santosa, A. (2021). Bread Factory Layout Design Using BLOCPLAN. International Journal of Research and Applied Technology (INJURATECH), 4(1), 112-119. 1Santosa, A., Rinaldy, A. M., & Andriani, D. (2020). Database Design for Distribution Simulation Game. IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 879(1), 012179. 1

UMKM dan Tantangannya di Era Digital. (n.d.). Golaw.id. 2

Hidayat, M. F. (2023). Pengaruh Digitalisasi pada Peningkatan Efisiensi Operasional Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia Tahun 2023. IDENTIK: Jurnal Ilmu Ekonomi, Pendidikan dan Teknik, 02(01). 3