Strategi kewirausahaan Bakso Solo Mas Galing: Membangun bisnis kuliner dari nol

Mas galing adalah seorang wirausahawan yang membangun usaha kulinernya dimulai dari nol. Membangun bisnis kuliner bukanlah hal yang mudah, apalagi jika dimulai dari nol, mas galing memulai usahanya tanpa koneksi yang besar dan modal yang banyak apalagi tempat yang langsung ramai. Namun, mas galing membuktikan bahwa dengan semangat, kerja keras dan mengatur strategi dan rencana yang tepat, usaha yang awalnya kecil bisa berkembang dan di kenal orang orang disekitarnya.

Mas galing memulai usaha berjualan baksonya dengan sangat sederhana. Ia memulai semuanya dari rasa keinginan memiliki usaha sendiri yang berpenghasilan tetap dan dari sesuatu yang ia kuasai. Mas galing memulai usaha berjualan keliling dengan gerobak dorong.

Modal awal yang ia gunakan untuk memulai usaha sangat terbatas. Ia menggunakan tabungan pribadi yang dibantu sedikit oleh keluarganya, ia memiliki prinsip “hemat tapi maksimal”. Jadi, daripada ia langsung menyewa tempat, lebih baik ia memulai dengan berjualan keliling dengan gerobak dorong.

Dari situ, saya belajar bahwa dalam kewirausahaan, yang terpenting bukanlah seberapa besar kita memulai, tetapi bagaimana kita mampu memulai dengan apa yang kita miliki. Saya juga menyadari bahwa usaha kecil yang dijalani dengan konsisten, niat, dan kerja keras, perlahan bisa tumbuh menjadi sesuatu yang besar dan berarti.

Rencana yang dijalankan oleh mas galing adalah membangun kepercayaan kepada pelanggan melalui kualitas usahanya. Mas galing mengetahui bahwa dalam dunia kuliner, rasa adalah kenikmatan utama bagi setiap pelanggan. Bakso buatannya menggunakan daging premium pilihan, kuah kaldu yang berasal dari sum sum tulang sapi asli sehingga menciptakan rasa yang gurih secara alami, sambal buatan sendiri yang khas tanpa pewarna dan pengawet, dan bahan bahan premium lainnya yang ia gunakan. Selain itu, ia juga selalu menjaga kebersihan tempat dan penyajian makanannya agar tetap bersih, higenis dan menggugah selera pelanggan. Usaha yang dijalankan perlahan tetapi pasti berjalan, pelanggan yang datang bukan karena iklan, akan tetapi karena rekomendasi mulut ke mulut.

Dalam proses perjalanan mengembangkan usahanya, saya banyak belajar dari perjalanan mas galing, terutama setelah mengikuti pelatihan dan pembinaan dari inbiskom. Dari sana, saya lebih paham bahwa membangun usaha itu bukan hanya tentang berjualan saja, tetapi juga memerlukan strategi dan rencana yang mendukung. Kebetulan usaha warung bakso mas galing masih terbilang usaha kecil atau UMKM yang masih belum memiliki izin usaha, dari pelatihan inbiskom saya dan beberapa rekan kelompok saya membantu untuk membuat izin usaha yang legal sehingga warung bakso mas galing memiliki NIB atau nomor induk berusaha yang diakui secara resmi.

Akan tetapi, warung Bakso Mas Galing belum pernah mencoba berjualan lewat platform online seperti gofood, shopeeFfood, grabfood, dan lainnya. Bukan karena ia tidak mengikuti perkembangan zaman, tetapi karena ia masih merasa belum siap dari sisi operasional dan teknis. Mas galing juga mempertimbangkan adanya potongan biaya dari setiap transaksi yang dikenakan oleh masing-masing platform, yang bisa berpengaruh terhadap keuntungan harian usaha kecil atau UMKM seperti miliknya.

Ia sadar bahwa menggunakan platform online memang bisa memperluas jangkauan pasar. Namun, hal itu juga membutuhkan kesiapan dari berbagai sisi, seperti manajemen pesanan, pengemasan makanan yang aman dan rapi hingga sampai di tangan pelanggan, serta alur distribusi agar makanan yang dikirim sampai ke pelanggan dengan aman. Ia tidak ingin terlalu terburu buru terjun ke sistem online yang belum ia pahami sepenuhnya, karena khawatir justru akan mengganggu pelayanan pelanggan yang selama ini ia jaga dengan baik.

Selain itu, mas galing juga mulai menyadari pentingnya tampilan visual dalam pemasaran online. Foto produk yang menarik dan menggugah selera sangat diperlukan agar makanan terlihat lebih menarik perhatian pelanggan di platform online. Melalui pelatihan yang saya ikuti dari inbiskom, saya membantu warung bakso mas galing untuk membuat foto produk bakso dan mie ayam yang lebih menarik dan layak ditampilkan di media sosial maupun aplikasi pemesanan makanan. Hal ini menjadi salah satu langkah awal persiapan agar warungnya suatu saat bisa lebih siap masuk ke pasar digital.

Selain foto produk yang dibutuhkan, kemasan juga salah satu hal yang sangat penting. Pengemasan yang baik adalah kemasan yang sampai ke tangan pelanggan dengan aman. Tetapi dari pelatihan dan pembinaan inbiskom saya belajar bahwa pengemasan bukan sekadar membungkus makanan, tapi merupakan bagian dari strategi branding. Ilmu ini akan saya terapkan untuk membantu warung bakso mas galing agar lebih siap dan matang jika suatu saat mas galing ingin mulai berjualan melalui platform online.

Kunci dalam strategi kewirausahaan bakso solo mas galing adalah berani untuk mencoba hal baru dan ide untuk berinovasi. Ia tidak hanya menjual bakso biasa, tetapi mas galing mencoba beberapa menu baru seperti bakso urat, bakso rudal, mie bakso yamin, hingga mie ayam. Ia memahami bahwa pelanggannya, terutama anak muda menyukai sesuai yang berbeda.

Akan tetapi mas galing belum berani untuk mencoba untuk membuat menu menu baru seperti bakso keju, bakso beranak, bakso telur, es campur, dan varian lainnya. Bukan di karenakan ia tidak punya ide atau tidak ingin berkembang. Melainkan karena ia sangat berhati hati untuk menjaga kualitas rasa bakso dan kestabilan usahanya. Menurut mas galing, memperkenalkan menu baru bukan sekadar soal menambahkan varian baru, tetapi juga menyangkut kesiapan dari sisi produks, pengelolaan bahan baku, dan konsistesi rasa.

Mas galing paham bahwa setiap menu tambahan membutuhkan persiapan yang lebih baik dari segi alat, tenaga, maupun dalam pemasaran. Ia khawatir jika terlalu cepat menambahkan varian menu justru akan membuat kualitas menu utamanya menurun dan membingungkan pelanggan setia yang sudah jatuh hati dengan rasa khas bakso original dan bakso rudal buatannya. Dalam dunia usaha, ia percaya bahwa membangun reputasi itu butuh waktu dan ketekunan, tapi kehilangan kepercayaan pelanggan bisa terjadi hanya dalam satu kali kesalahan.

Selain itu, sebagai pelaku usaha kecil yang masih merintis, mas galing belum memiliki sumber daya manusia yang cukup untuk mengelola banyak jenis menu. Ia masih menjalankan hampir semua proses produksi hanya di bantu oleh satu atau dua saudaranya saja, mulai dari belanja bahan, meracik bumbu, merebus bakso, sampai melayani pelanggan. Maka dari itu, ia memilih untuk fokus dulu pada satu jenis produk, yaitu bakso solo dengan cita rasa yang khas, agar pelanggan benar-benar mengenali ciri khasnya. Bagi mas galing, membangun pondasi yang kuat lebih penting daripada buru-buru menciptakan menu baru. Walaupun begitu, bukan berarti ia menutup keinginan menciptakan menu baru. Mas galing tetap menyimpan idenya untuk rencana jangka panjang untuk di lain waktu.

Kemungkinan ketika usahanya sudah stabil, karyawan yang sudah bertambah dan menetap, dan modal yang sudah lebih dari cukup, barulah saatnya mengembangkan menu dan varian baru. Ia ingin segala hal sudah benar-benar disiapkan dengan matang. Bukan karena ia takut gagal, tetapi karena ia menghargai bahwa setiap proses yang ia jalani bukan hanya karena ingin ikut tren. Baginya, kegagalan itu bukan sesuatu yang harus dihindari tetapi, sesuatu yang harus dipelajari dan disikapi dengan bijak. Namun, bukan berarti semua hal harus dicoba tanpa perhitungan. Justru karena ia serius dalam membangun usahanya, mas galing memilih untuk mengambil langkah yang realistis dan bertahap.

Tentu saja, dalam proses membangun usaha tidak akan selalu berjalan mulus dan lancar. Ada masa dimana usaha sepi, ada pelanggan yang komplain, bahan baku yang naik harga, atau pesaing yang meniru usahanya. Tapi ia tidak menyerah, ia tetap menggunakan bahan baku yang premium dan daging segar pilihan. Ia menganggap bahwa setiap tantangan yang ia hadapi merupakan bagian dari proses untuk tumbuh. Selain itu, ia juga selalu terbuka pada masukan pelanggan. Walaupun pesaing mulai ramai, mas galing fokus untuk memperbaiki layanannya sendiri. Bagi mas galing, usaha bukan soal saling menjatuhkan, tapi soal kualitas dan pelayanan yang sepenuh hati.

Seiring waktu, usaha kecil itu mulai menyewa tempat dan semakin dikenal oleh orang orang disekitarnya. Ia juga menjalin hubungan baik dengan pelanggan setianya. Bahkan ada pelanggan yang sampai membawa teman temannya dari luar kota hanya untuk mencoba bakso buatannya. Dari sini terlihat bahwa strategi kewirausahaan itu bukan hanya soal berdagang, tapi soal membangun hubungan yang baik atau relasi dengan pelanggan dan lingkungan sekitar.

Setelah menyewa tempat, ia ditawari oleh pihak distributor minuman kemasan freshtea. Mereka melihat potensi dari warung bakso mas galing yang mulai ramai pengunjung dan menawarkan kerja sama dalam penjualan produk freshtea. Mas galing yang awalnya ragu, karena ia belum pernah bekerja sama dengan brand apapun. Akan tetapi setelah ia pertimbangkan secara matang, ia melihat bahwa kerja sama ini bisa menjadi peluang bagus untuk menambah variasi minuman kemasan untuk pelanggan, tanpa harus repot menyiapkan dan membuat minuman sendiri. Pihak distributor freshtea bersedia untuk meminjamkan kulkas pendingin sebagai bagian dari kerja sama, jadi mas galing tidak perlu membeli kulkas lagi. Ini sangat membantu, karena mas galing belum memiliki kulkas pendingin khusus untuk minuman kemasan. Dengan adanya kulkas itu, minuman freshtea bisa ditata rapi dan disajikan dalam kondisi dingin yang segar. Para pelanggan pun menyambut baik kehadiran minuman kemasan ini sebagai pelengkap makan bakso. Dari kerja sama ini mas galing termotivasi bahwa dalam dunia usaha terutama kuliner, tidak bisa terus berjalan sendiri. Ada kalanya kita butuh bekerja sama dan berbagi ruang dengan produk lain serta membangun relasi yang luas.

Mas galing membuktikan bahwa usaha tidak menghianati hasil, kunci kesuksesan mas galing adalah konsisten, sabar dan menjaga hubungan baik dengan pelanggan. Mas galing bukan hanya sekadar penjual, tetapi sosok seorang yang ramah sehingga membuat pelanggan terasa dekat dan nyaman untuk datang lagi ke warungnya. Bahkan ia selalu menyapa dengan senyum, ingat nama beberapa pelanggan tetapnya, bahkan sesekali menanyakan kabar mereka seolah olah sudah seperti teman lama. Karena ia paham bahwa membangun hubungan baik dan relasi kepada pelanggan adalah salah satu teknik pemasaran. Walaupun warung baksonya masih cukup sederhana dengan kursi plastik dan meja kayu yang kadang harus dibersihkan berkali kali karena debu dari jalanan, suasana yang ia ciptakan justru bikin nyaman. Beberapa pelanggan bilang kalau makan di sana seperti mampir ke rumah saudara sendiri.

Dari bisnis bakso solo mas galing, membuktikan bahwa kewirausahaan tidak perlu menunggu modal yang besar atau kenalan yang banyak. Tetapi kita bisa memulai usaha dari kapanpun dan dimanapun, yang terpenting adalah memiliki keberanian dan kemauan yang kuat untuk memulai usaha, meskipun dengan cara yang sederhana.