SENI ORIGAMI DI JEPANG

Mungkin Anda sedikit terkejut saat mengetahui bahwa origami sebenarnya bukan berasal dari Jepang, bahkan mereka bukan satu-satunya bangsa yang mengenal seni melipat kertas. Apabila Anda seorang Japanophile, maka mungkin Anda sudah mengetahui bahwa sebenarnya orang Cina lah yang ‘menemukan’ kertas, dan mereka juga telah menggunakan kertas dalam kesenian mereka jauh sebelum biksu Budha memperkenalkan pembuatan kertas di Jepang.

Kirigami dan kusudama yaitu merekatkan dan menjahit beberapa origami menjadi satu dulunya merupakan ciri khas origami Jepang, namun saat Shogun memimpin Jepang (pasang surut pada tahun 1192 dan 1867), mereka melakukan standarisasi origami dan menjadikan origami sebagai bagian dari latihan mereka.

Perlu diketahui bahwa origami yang sederhana sekalipun tetap membutuhkan kesabaran dan presisi yang tinggi dan kedua hal tersebut lah yang dibutuhkan untuk menjadi seorang pejuang. Di samping itu, kemampuan memvisualisasikan akan menjadi apa kertas yang Anda lipat, dapat mengasah kemampuan berpikir dan imajinasi. Terakhir, penggunaan kedua tangan saat membuat lipatan gunung, lipatan lembah, dan sejumlah lipatan lainnya dalam origami akan meningkatkan koordinasi tangan dan mata, yang tentu saja sangat penting bagi setiap prajurit. Itulah kenapa melipat kertas menjadi berbagai bentuk masih digeluti hingga saat ini, itu juga sebabnya origami sangat bermanfaat bagi anak-anak.

Dahulu, sebelum kertas dikenal di Eropa, orang-orang menghibur diri mereka dengan melipat serbet, namun setelah kertas mulai dikenal dan harganya menjadi terjangkau, anak-anak pun mulai membuat mainan sendiri dengan kertas. Misalnya, origami buka tutup telah ada di benua tersebut selama berabad-abad sebelum masuk ke Inggris sekitar 100 tahun yang lalu.

PENGERTIAN ORIGAMI

Jepang merupakan negara yang kaya akan budaya tradisioalnya. Masyarakat Jepang tetap melestarikan budayanya meskipun kehidupannya sudah modern. Salah satu budaya Jepang yang masih dilestarikan dan masih ada sampai sekarang adalah origami.

Origami adalah seni melipat kertas untuk menciptakan objek dua dimensi dan tiga dimensi. Origami berasal dari bahasa Jepang, “ori” yang memiliki arti lipatan dan “kami” atau “gami” yang berati kertas. Origami berawal dari orikata, yang secara harfiah dapat diartikan sebagai bentuk-bentuk lipatan. Orikata adalah keterampilan penting bagi para bangsawan dan prajurit berpangkat tinggi di Jepang. Peralihan dari istilah orikata ke origami dimulai pada 1880. Kini, penggunaan seni origami sudah sangat luas, dari desain furnitur, dekorasi rumah, arsitektur, seni instalasi, desain robotika, hingga dunia medis.

Bahan yang digunakannya adalah kertas berbentuk persegi. Untuk membuat origami kita bisa menggunakan kertas biasa, namun kebanyakan origami di Jepang menggunakan kertas khusus untuk origami. Perbedaan antara kertas biasa dan kertas origami hanyalah dari segi design dan warna saja yang sangat beragam sehingga membuat origami menjadi semakin indah. Sebuah hasil origami merupakan suatu hasil kerja tangan yang sangat teliti dan halus pada pandangan.

SEJARAH ORIGAMI

Sejarah origami dipercaya bermula sejak manusia mulai memproduksi kertas. Kertas pertama kali diproduksi di Tiongkok (Cina) pada abad pertama tepatnya 105 M dan diperkenalkan oleh Ts’ai Lun. Kemudian pada abad keenam, cara pembuatan kertas itu dibawa ke Spanyol oleh orang-orang Arab dan ke Jepang (610 M) oleh seorang biksu Budha bernama Doncho (Dokyo) yang berasal dari Goguryeo (semenanjung Korea). Dia memperkenalkan kertas dan tinta di Jepang pada masa pemerintahan Kaisar wanita Suiko. Sejak saat itu, origami menjadi populer di kalangan orang Jepang sejak turun-temurun. Origami menjadi satu kebudayaan orang Jepang dalam keagamaan Shinto.

Sejak zaman Heian (741-1191), di kalangan kaum biksu Shinto origami dipercaya telah ada sebagai penutup botol sake (arak) pada saat upacara penyembahan, wanita dan kanak- kanak. Pada saat itu, origami masih dikenal dengan istilah orikata/origata, orisui, ataupun orimino. Ketika itu, memotong kertas dengan menggunakan pisau diperbolehkan.

Pada zaman Kamakura (1185-1333), bentuk yang dikenal adalah noshi. Noshi adalah singkatan dari kata noshi-awabi, yaitu daging tiram tipis yang dijemur dan dianggap sebagai hidangan istimewa orang-orang Jepang. Noshi dianggap sebagai pembawa keberuntungan bagi siapa saja yang menerimanya. Sejak zaman Muromachi (1338-1573) penggunaan pisau untuk memotong kertas telah dihentikan. Origami kemudian berkembang menjadi suatu cara memisahkan masyarakat golongan kelas atas dan kelas bawah. Samurai mengikuti ajaran Ise, sementara masyarakat biasa mengikuti ajaran Ogasawara.

Dalam perkembangannya origami telah menjadi begitu identik dengan budaya Jepang yang diwariskan secara turun-temurun dari masa ke masa. Origami terutama berkembang dengan menggunakan kertas asli Jepang yang disebut washi. Saat ini origami telah menjadi sesuatu yang tidak terpisahkan dari budaya orang Jepang. Terutama dalam upacara adat keagamaan Shinto yang tetap dipertahankan hingga sekarang.

Dalam tradisi Shinto, kertas segi empat dipotong dan dilipat menjadi lambang simbolik Dewata dan digantung di Kotai Jingu (Kuil Agung Imperial) di Ise sebagai sembahan. Pada upacara perkawinan Shinto, kertas membentuk burung bangau jantan (o-cho) dan burung bangau betina (me-cho), membalut botol sake (arak) sebagai lambang pengantin pria dan wanita. Selain itu origami juga digunakan untuk upacara keagamaan yang lain.

Pada mulanya, origami hanya diajarkan secara lisan. Panduan tertulis membuat origami terdapat dalam buku berjudul Senbazuru Orikata (Bagaimana Melipat Seribu Burung Bangau) pada tahun 1797 yang ditulis oleh pendeta Rokoan (Akasito Rito). Ketika itu origami masih dikenal dengan sebutan orikata. Buku ini dianggap buku origami tertua di dunia dan memuat 49 metode melipat burung bangau kertas sehingga saling berhubungan, serta Kyo-Ka (puisi pendek yang lucu). Pada tahun yang sama, Akisato Rito mengeluarkan buku yang berjudul Chushingura Orikata yang memuat lipatan bentuk manusia.

Pada tahun 1819, buku yang berjudul Sekejap Mata Menghasilkan Burung Kertas memperlihatkan bagaimana burung dihasilkan dari kertas. Kemudian pada tahun 1845, kumpulan lengkap bentuk lipatan tradisi Jepang ditulis dan diterbitkan dalam buku Kan no Mado. Buku tersebut berisi lebih kurang seratus lima puluh contoh origami termasuk model katak. Pada tahun 1850, suatu naskah tulisan lain berjudul Kayaragusa diterbitkan. Naskah ini berisi dua bagian origami, yaitu hiburan dan keagamaan.

Pada zaman Edo (1600-1868) produksi kertas yang berlimpah menjadikan kertas mudah diperoleh. Hal ini menjadikan origami berkembang lebih pesat. Pada akhir zaman Edo hampir tujuh puluh bentuk dihasilkan termasuk burung tsuru atau bangau, katak, kapal, dan balon yang masih tetap dikenal hingga saat ini.

Pada zaman Meiji (1868-1912), origami digunakan sebagai alat mengajar di Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar. Hal tersebut berkat pengaruh dari ahli pendidikan Friedrich Wilhelm August Fröbel (1782-1852). Beliau adalah seorang pendidik Jerman pada abad ke-19. Beliau menggunakan origami tradisional Eropa untuk menghasilkan bentuk geometrik. Kemudian, konsep ini dipakai secara meluas di Taman Kanak-kanak di Jepang.

Pada tahun 1880, seni melipat kertas itu mulai dikenal dengan origami. Kata origami berasal dari bahasa Jepang, oru (melipat) dan kami (kertas). Kata origami kemudian mulai menggantikan istilah orikata/origata, orisui ataupun orimono.

Pada zaman Showa (1926-1989) origami kurang diminati dan hanya noshi yang populer digunakan untuk pertukaran hadiah antarsamurai. Waktu itu kertas merah dan putih digunakan untuk membalut kepingan tipis daging, tiram atau ikan.

Seiring berkembangnya zaman, muncul lah origami modern yang mulai diperkenalkan oleh Akira Yoshizawa di Jepang. Origami modern ini mengenal bentuk lipatan baru yang berbeda dengan bentuk lipatan klasik/tradisional dengan mengambil berbagai model realistik dari binatang, benda atau bentuk-bentuk dekoratif. Dia memperkenalkan bentuk awal hewan berkaki empat dengan menggabungkan dua keping kertas yang berlipat.

Selain itu, Akira Yoshizawa juga memberi sumbangan besar bagi perkembangan origami dengan memperkenalkan teknik lipatan basah. Lipatan basah merupakan teknik baru dalam melipat kertas dengan cara membasahi kertas tebal lebih dulu agar lentur sehingga mudah dibentuk. Dengan demikian diperoleh model 3 dimensi dengan sudut lipatan lembut. Kemudian Akira Yoshizawa bersama Sam Randlett memperkenalkan diagram Yoshizawa-Randlett. Diagram Yoshizawa-Randlett merupakan diagram tentang cara penulisan instruksi cara pembuatan model origami dengan menggunakan simbol-simbol seperti panah dan garis. Diagram Yoshizawa-Randlett memudahkan kalangan penggemar origami di seluruh dunia dalam memahami instruksi cara pembuatan origami sehingga sekarang telah diterima dan digunakan di seluruh dunia sebagai diagram baku dalam penulisan instruksi cara pembuatan model origami.

Pada saat ini, telah dikenal berbagai model origami mengagumkan yang diciptakan oleh para pakar origami di seluruh dunia. Padahal, pada zaman dulu bentuk badan dan kaki hanya bisa dibayangkan saja. Namun, sekarang bentuk anatomi yang tepat telah berhasil dihasilkan.

JENIS-JENIS ORIGAMI DAN MAKNANYA

Mengenai masalah jenis-jenis origami, origami dikenal memiliki dua jenis model yaitu model tradisional dan model orisinal atau dapat disebut juga dengan model modern. Model tradisional merupakan model yang umum atau populer dan biasanya tidak dikenal lagi siapa yang mendesain pertama kalinya. Meski jumlahnya banyak sekali, biasanya model tradisional ini merupakan bentuk-bentuk lama. Sementara model orisinal atau modern merupakan karya-karya kontemporer buatan masing-masing para pelipat kertas dan dicantumkan namanya sebagai hak cipta mereka.

Popularitas origami salah satunya disebabkan dari banyaknya buku yang terbit mengenai cara membuat berbagai bentuk. Contohnya adalah buku karya Akisato Rito yang berjudul Senbazuru Orikata. Buku yang terbit pada tahun 1797 ini berisi tentang cara melipat bentuk bangau, sekaligus menceritakan tentang kepercayaan terhadap 1.000 bangau kertas.

Setelah Perang Dunia II berakhir, kebudayaan Jepang semakin tersebar ke seluruh dunia, termasuk kesenian origami ini. Muncul lah sejumlah seniman yang ahli melipat kertas, seperti Jun Maekawa, Issei Yoshino, Meguro Toshiyuki, serta Fumiaki Kawahata. Mereka berinovasi dengan berbagai bentuk yang lebih beragam dan rumit.

Dulu, kesenian ini hanya melipat kertas saja. Namun, kini, sudah banyak ditemukan bentuk-bentuk yang dikombinasikan dengan teknik menggunting dan menempel. Dengan begitu, desainnya jadi semakin beragam. Origami juga tak lagi menggunakan kertas khusus dan bentuknya tidak harus persegi empat. Bisa menggunakan uang, kertas kado, kertas daur ulang, atau kertas lainnya dengan bermacam-macam ukuran serta warna.

Saat ini ada kesenian bernama oribana, yakni gabungan dari origami dan ikebana (seni merangkai bunga). Kertas-kertas dilipat menjadi bentuk bertema bunga dan dirangkai menjadi wujud tanaman yang menarik.

A. Untuk model atau bentuk tradisional, model yang sangat melekat dan terkenal bagi masyarakat Jepang, yaitu:

  1. Tsuru (Burung Bangau)
    Burung bangau memiliki sifat yang kuat, manis, cantik, dan mempunyai suara yang istimewa sehingga orang Jepang sangat menghargai arti pentingnya burung bangau ini. Oleh karena itu, bentuk tsuru atau burung bangau merupakan bentuk origami paling tradisional dan paling indah dan berkembang menjadi subjek favorit dari origami.

Menurut Meghan Krane, bentuk burung bangau pun dipilih sebagai subjek kebudayaan Jepang yang sangat berharga. Ada bermacam-macam versi bahwa burung bangau mempunyai arti dapat membawakan kehormatan, kesetiaan yang abadi, bahkan ada yang mengartikan bahwa pasangan pengantin akan selalu abadi tanpa berpisah. Simbol burung bangau ini banyak digunakan orang Jepang sebagai bahan lambing dan merupakan tema pada seni kerja yang terkenal. Oleh karena burung bangau disebut sebagai burung keagungan atau burung kemuliaan, dimana dapat dijadikan teman dalam kehidupan dan akan sangat setia pada pendamping hidupnya.

Menurut legenda yang ada di Jepang, mengatakan bahwa barang siapa yang melipat 1000 bangau kertas (senbazuru) maka harapannya akan terpenuhi/dikabulkan, ataupun dapat menyembuhkan penyakit. Kisah ini cukup terkenal di seluruh negara, tetapi tak semua memahami makna filosofis tujuan seseorang membuat bangau kertas sebanyak itu. Seribu bukanlah jumlah sedikit kalau tidak ada hal kuat yang melatarbelakanginya. Inilah arti dari 1.000 bangau kertas yang harus diketahui:

  1. Sebuah Harapan
    Banyak orang yang percaya kalau membuat 1.000 bangau kertas maka harapannya bisa terkabul. Orang Jepang menyebutnya dengan senbazuru atau 1.000 bangau. Setelah selesai dibuat, bangau-bangau kertas ini diikat pada sebuah tali. Sebenarnya, pelajaran yang dipetik dari membuat 1.000 bangau kertas adalah ketelitian, ketekunan, dan kedisiplinan. Maka, tak heran kalau orang yang berhasil membuat 1.000 bangau kertas bisa meraih apa yang dicita-citakannya.
  2. Simbol Cinta dan Kesetiaan
    Masyarakat Jepang memandang bangau sebagai hewan yang suci. Hewan ini pun dipercaya dapat hidup hingga ribuan tahun sehingga siapapun yang mengucapkan harapannya untuk sembuh maka bisa menjadi kenyataan. Selain itu, hewan bangau pun dinilai setia terhadap pasangannya. Jadi hewan ini sering dijadikan lambang cinta dan kesetiaan bagi orang Jepang.
  3. Jimat Keberuntungan
    Bangau kertas tak hanya dijadikan simbol pengharapan, tetapi juga sering disimpan sebagai jimat pembawa keberuntungan. Orang-orang ini menggantungkan bangau kertas di kamar, jendela, atau sudut yang sering digunakan. Dengan begitu, setiap mereka berada di sekitar bangau tersebut akan mendapatkan keberkahan.
  4. Tanda Perdamaian
    Dulu, ada seorang gadis perempuan bernama Sadako Sasaki. Ia meninggal akibat penyakit leukimia yang dihasilkan dari radiasi bom Hiroshima pada saat Perang Dunia II. Sewaktu bom meledak, Sadako berusia dua tahun. Selama proses penyembuhannya ia rajin melipat bangau kertas sambil berharap lepas dari penyakit tersebut.

Sayangnya, di usia dua belas tahun Sadako meninggal. Sebagai bentuk penghormatan kepada sosok korban bom atom tersebut, masyarakat Jepang membangun sebuah patung Sadako yang memegang bangau emas di tangannya. Patung itu kini berdiri di Taman Monumen Perdamaian Hiroshima sebagai sekaligus tanda perdamaian.

Siapa sangka ternyata ada banyak hal menarik di balik origami. Mulai dari awalnya penemuan kertas, digunakan oleh orang-orang kepercayaan Shinto, hingga menjadi lambang perdamaian setelah Perang Dunia II. Uniknya, kesenian ini tak lekang oleh waktu dan siapa saja senang melakukannya, baik anak-anak maupun dewasa. Itulah sebabnya semakin hari desainnya pun semakin beragam.

  1. Origami naga melambangkan kekuatan, kebijaksanaan, dan kesuksesan.
  2. Adapun capung melambangkan kekuatan, keberanian, dan keberuntungan.
  3. Origami kupu-kupu melambangkan pertumbuhan seorang gadis menjadi wanita dewasa.
  4. Origami katak yang disimpan di dalam dompet menunjukkan harapan bahwa uang yang mereka pakai kelak akan kembali lagi.
  5. Origami kucing melambangkan kekuatan, keyakinan diri, dan kemandirian.

Semua origami hewan tersebut memiliki makna tersendiri, akan tetapi ada satu origami hewan yang memiliki makna paling istimewa.

  1. Katashiro
    Bentuk Katashiro ini telah dipergunakan pada masa kuno dalam upacara-upacara Shinto di Kuil Ise. Katashiro adalah representasi simbolik seorang dewa yang terbuat dari guntingan kertas khusus yang disebut jingo yoshi (kertas kuil). Bekas-bekas Katashiro masih dapat dilihat dalam guntingan berbentuk manusia yang kini dipergunakan dalam berbagai upacara penyucian dan dalam guntingan berbentuk boneka yang dipamerkan dalam festival boneka di bulan Maret.

Sedangkan untuk model/bentuk modern, perkembangan origami modern dipelopori oleh Akira Yoshizawa pada tahun 1950-an. Akira mempelopori origami modern dengan membuat origami dengan mengambil berbagai model realistik dari binatang, benda atau bentuk-bentuk dekoratif. Model origami ini berbeda dengan origami tradisional Jepang yang telah ada sebelumnya Berbagai jenis bahan baik kertas atau material lembaran dipergunakan dan origami modern tidak sekedar melipat tetapi juga melibatkan teknik menggunting, merekatkan atau menjepit kertas.

B. Seiring dengan berjalannya waktu, tak hanya bentuk origami yang berkembang. Jenis-jenisnya pun kini semakin banyak. Kenali karakteristik dari setiap jenis origami modern berikut:

  1. Action Origami
    Siapa sangka, kertas yang dilipat ini bisa berubah menjadi objek bergerak. Memang kertas tersebut tidak akan bergerak dengan sendirinya. Tetap membutuhkan bantuan tangan sehingga kertas bisa melompat, bergeser, atau terbuka bagian tertentunya. Misalnya saja kertas yang dilipat menjadi kodok atau pesawat terbang.
  2. Modular Origami
    Jenis ini disebut juga dengan origami tiga dimensi (3D). Bentuk dasarnya sama semua dan lipatannya cukup sederhana. Hanya saja membutuhkan jumlah yang banyak sehingga memakan waktu lama untuk menyelesaikan satu wujud yang sempurna. Lipatan-lipatan kertas tadi disusun sampai menyerupai wujud aslinya.
  3. Pureland Origami
    John Smith adalah seniman asal Inggris yang mengembangkan kesenian ini pada tahun 1970-an. Di sini seseorang benar-benar hanya menggunakan kertas dan melipatnya. Tidak boleh digunting, dilem, atau ditambahkan elemen lainnya. Tujuannya sebagai pembelajaran dasar origami sekaligus melatih kemampuan motorik seseorang.
  4. Wet-Folding Origami
    Cara membuat bentuk origami ini sangat unik karena kertasnya harus dibasahi terlebih dahulu. Setelah basah, kertas baru dibentuk sesuai yang diinginkan lalu dibiarkan kering. Bagi seniman ini, kertas yang basah justru lebih mudah dibentuk sebab lebih fleksibel. Tapi dibutuhkan keahlian khusus agar kertas tidak sobek saat dilipat.
  5. Origami Tessellations
    Hasil akhir dari kesenian ini adalah bentuk dua dimensi (2D) yang beraturan. Dalam pembuatannya, kertas-kertas dibentuk menjadi susunan ubin. Susunannya diatur sedemikian rupa dan sangat rapi sehingga berhasil menjadi wujud 2D yang indah.
  6. Kirigami
    Kirigami merupakan bagian dari origami karena ada aktivitas melipat kertasnya. Meskipun begitu, bentuk kirigami dihasilkan dari keterampilan menggunting. Sesuai namanya, yaitu kiru (memotong) dan kami (kertas). Kertas dilipat menjadi bentuk yang diinginkan baru digunting. Dalam melipat kertas tidak bisa sembarangan, ada teknik khusus pada kirigami yang sedikit berbeda dengan origami.

MANFAAT ORIGAMI

Selain menyenangkan, origami memiliki beberapa manfaat lain, antara lain yaitu:

  1. Mengasah kreativitas, Anda dapat mengeksplorasi dengan berbagai bentuk dan menciptakan kreasi baru.
  2. Meningkatkan fokus dan kesabaran, membuat origami membutuhkan ketelitian dan kesabaran dalam melipat kertas agar tidak salah.
  3. Terapi relaksasi, kegiatan ini bersifat tenang dan menenangkan pikiran.
  4. Cocok semua usia, origami bisa dilakukan oleh siapa saja, baik anak-anak maupun orang dewasa.

Dengan memahami manfaat origami, Anda dapat menciptakan berbagai bentuk dan kerajinan yang menarik.

SUMBER REFERENSI

https://www.e-jurnal.com/2014/03/sejarah-origami.html

https://www.rri.co.id/hobi/1051290/manfaat-origami-seni-lipat-kertas-yang-mudah-dan-seru

https://www.superprof.co.id/blog/budaya-origami-jepang

https://www.superprof.co.id/blog/origami-melambangkan-apa

https://we-xpats.com/id/guide/as/jp/detail/5462

https://ejournal.undip.ac.id/index.php/harmoni/article/view/50095