Permasalahan Keluarga Di Film Coraline.

Film Coraline bercerita tentang sebuah keluarga
bernama Jones yang pindah ke sebuah tempat terpencil dan menempati sebuah rumah tua
yang bernama Pink Palace. Keluarga ini terdiri dari ayah, ibu, dan putri mereka yang
berusia 11 tahun bernama Coraline. Masalahan timbul ketika Coraline merasa tidak
diperhatikan oleh orang tuanya, dan dia menemukan “orang tua baru” yang sangat peduli
dengannya. Banyak orang berpikir bahwa film animasi merupakan film untuk anak-anak, tanpa menyadari bahwa film animasi dapat mengubah perspektif dan pemikiran manusia, film tentang keluarga juga disukai oleh anak-anak, karena mereka mampu memberikan pesan dan menemukan perbedaan yang baik atau jahat serta memberikan nilai dan
norma yang cocok untuk keluarga.

Nilai keluarga merupakan salah satu topik yang
sering dibahas dalam film. Coraline adalah sebuah film animasi asal Amerika
Serikat yang dibuat pada tahun 2009 dan kemudian diputar dalam format 3D. film
ini diadaptasi dari novel yang berjudul sama oleh Neil Gaiman. Film ini
diisisuarakan oleh Dakota Fanning sebagai Coraline Jones dan Teri Hatcher sebagai
Mel Jones (Ibu Coraline), film ini disutradarai oleh Henry Selick. Film ini dirilis di
seluruh Amaerika Serikat pada tanggal 6 Februari 2009 setelah tayangan perdana
secara internasioanl di Festival Film International Portland. Selama seminggu awal
penayangan, film ini meraup US$ 16.85 juta dan menempati urutan ketiga dalam
box office.

Coraline bercerita tentang keluarganya yang pindah dari kota ke tempat
terpencil dan menyewa sebuah rumah tua yang dihuni oleh beberapa keluarga.
Kedua orang tua Coraline bekerja sebagai penulis artikel lepas di sebuah majalah yang mengulas tanaman, mereka sangat sibuk didepan komputer sepanjang hari,
sedangkan Coraline digambarkan sebagai anak yang suka berpetualang, tidak bisa
diam, suka berkebun dan mencari teman baru. Karena Coraline tidak punya teman
untuk bermain dan bercerita, suatu malam Coraline didatangi oleh seekor tikus
sirkus yang menuntunnya ke sebuah pintu kecil di dapur apartemennya, ternyata
tikus itu membawa Coraline memasuki dunia lain. Di dunia lain itu Coraline
menemukan kebahagiaan, orang-orang yang dia temui di dunia lain sama dengan
dengan di dunia nyatanya akan tetapi dengan kepribadian yang menyenangkan.
Akan tetapi kesenangan-kesengan di dunia lain harus dibayar dengan mata Coraline
yang harus diganti dengan mata kacing agar Coraline lupa dunia nyatanya. Coraline
tidak mudah terpedaya dengan bujukan si Ibu dari dunia lain dan lebih memilih
Kembali ke dunia nyata, ke Ibu aslinya dan menerima kasih sayang dari keluarga
seutuhnya.

Film Coraline ini adalah film ini merupakan film horror yang mengangkat tema hubungan antara orang tua dan anak perempuannya, banyak penelitian lain yang mengupas tentang psikologi ataupun dunia cermin akan tetapi ketika hal ini diteliti dari persepsi anak tentang
sebuah konsep keluarga ideal akan menjadi sesuatu yang baru. Coraline Sebagai anak perempuan satu-satunya di keluarga tentulah Coraline ingin diperhatikan oleh kedua orangtuanya, baginya keluarga yang ideal adalah anggota keluarga yang dapat menempatkan diri masing-masing sesuai tugasnya, tugas ibu adalah memasak tidak perlu bekerja terlalu keras, bisa menjadi pendengar yang baik untuk anak perempuannya dan menjadi contoh dalam hal “berbusana” bagi anak perempuannya. Charlie dan Mel Jones
Bagi mereka selaku orangtua, mereka menginginkan kemapanan ekonomi
(keuangan) sehingga mereka tidak perlu lagi berpindah-pindah tempat tinggal, bisa
memberikan Pendidikan yang bagus untuk Coraline, menyediakan tempat tinggal
yang nyaman untuk Coraline, bisa memasak makanan yang Coraline suka.

Pengaruh yang ditimbulkan tentang gambaran keluarga ini adalah timbulnya rasa kekecewaan dalam diri Coraline, kekecewaan yang timbul akhirnya di tunjukkan dengan menghadirkan “orang tua lainnya” dengan gambaran yang sangat sempurna, bisa memasak, menghias rumah, mendengarkan Coraline, dan memberikan hadiah. Akan tetapi Coraline sadar bahwa itu hanya imajinasi dan akhirnya Coraline keluar dari imajinasinya dan kembali kepada kedua orangtunya. Mel Jones sebagai ibu tentu saja hal ini membuat Mel merasa sedih, tidak bisa mendampingi dan memberikan yang terbaik bagi putrinya. Akan tetapi setelah naskahnya diterima oleh pimpinan perusahaan majalah Mel benar- benar meluangkan waktunya untuk Coraline dengan menemaninya berkebun, dan memberikan hadiah berupa sarung tangan orange kesukaan Coraline.

Gambaran Keluarga Ideal menurut Coraline seorang Ibu tidak perlu sibuk bekerja
Ketika seorang ibu memutuskan untuk melakoni peran ganda yaitu sebagai
wanita Pekerja dan ibu rumah tangga, seharusnya mendapat dukungan dari suami
dan anak. Hal ini tidak berlaku bagi Coraline, kesibukan ibunya sebagai seorang
penulis lepas dinilai Coraline telah mengabaikan tugas seorang ibu yakni mengurus
Coraline, membersihkan rumah, berbelanja dan memasak, Coraline berharap
kepindahannya ke Pink Palace akan memberikan warna baru dalam kehidupannya
menemukan teman baru dan yang terpenting adalah keinginan Coraline untuk bisa
lebih dekat dengan kedua orang tuanya, melakukan hal-hal yang disukai Coraline
seperti berkebun. Bisa dilihat bahwa keinginan Coraline Ketika pindah ke Pink Palace adalah
untuk mencari suasana baru, suasana yang mungkin tidak dia dapat di Pontiac adalah membuat sebuah taman kecil yang penuh bunga agar ketika teman-temanya berkunjung dia bisa memperlihatkan taman bunga tersebut kepada temantemannya. Kemungkinan ketika di Pontiac dia tidak bisa melakukan hal itu karena terbatasnya lahan dan kesibukan kedua orangtuanya, beruntung ketika di Pink Palace dia menemukan sebuah taman kosong yang luas di belakang apartemen tersebut.

Kekecewaan Coraline berlanjut hingga acara makan malam keluarga, menu
makan malam yang dimasak oleh ayahnya ternyata tidak menarik perhatian
Coraline. Dari percakapan tersebut bisa dilihat bahwa sudah menjadi kesepakatan dalam
keluarga Jones bahwa ayah yang bertugas untuk memasak, ibu membersihkan
rumah dan Coraline tidak boleh menggangu keduanya. Akan tetapi melihat
masakan yang dibuat ayahnya Coraline merasa tidak berselera untuk makan dan
mencoba merayu ibunya agar ibu mau memasak untuknya, hal ini berbanding
terbalik ketika Coraline berada di dunia lain dan bertemu dengan “ibunya yang lain” bisa dilihat perbedaan bagaimana kedua orang tua aslinya menyajikan makan malam untuk Coraline dibandingkan dengan “kedua orang tuanya yang lain”, Coraline begitu lahap makan-makanan yang disajikan dengan begitu lengkapnya oleh “kedua orang tua lainnya”.

Menjadi ibu yang bekerja tentu saja tidak mempunyai waktu 24 jam
bersama anak, hal ini berbeda dengan ibu rumah tangga yang bisa setiap saat
mengedepankan kontak fisik, komunikas, mendengarkan mereka bercerita dan
berpendapat untuk memenuhi kebutuhan akan kasih sayang anak. Ibu Coraline
tidak perduli dengan semua ucapan Coraline. Menurutnya Coraline hanya akan
mengganggu, selain itu cerita Coraline hanya dianggap sebagai celotehan anak kecil
yang suka berkhayal, hal ini tentu saja membuat Coraline sedih dan kecewa.

Dari sisi emosional dan sosial, anak yang telah beranjak remaja makin
memperhatikan penampilannya, bila pada usia 10 tahun mereka baru mulai peduli
di usia ini mereka mulai meluangkan lebih banyak waktu untuk meningkatkan
penampilan, mereka pun menjadi lebih peduli pada diri sendiri. Anak pun dapat
menunjukkan perilaku yang kasar atau cepat marah terhadap orangtua, saat anak
memasuki fase ini mereka juga lebih mudah mengalami stres akibat tugas sekolah
atau lingkungan. “Coraline’s mother, Mel Jones, 40 bangs away at her laptop on
the table, moving boxes stacked nearby. She’s plain-looking and
tired and wears neck-brace” Dalam kalimat diatas dijelaskan bagaimana keadaan Mel Jones, Ibu Coraline dia berumur 40 tahun, masih sibuk di depan laptopnya, kardus-kardus pindahan masih berada dipojok ruangan, ibunya terlihat Lelah dan letih dengan pandangan yang sayu, dan mengenakan pelindung leher karena Ibu Coraline baru saja mengalami kecelakaan mobil, berbanding terbalik dengan penampilan “ibu lainnya” Dengan dapur yang sangat tertata, ada pencahayaan, perabotan dapur yang lengkap, kegiatan ibu memasak, penampilan ibu yang “bersolek”, tentu saja hal ini membuat Coraline lebih menyukai “ibunya yang lain” dibandingkan dengan ibu aslinya, pemenuhan dalam sisi ekonomi dan biologis lebih dipenuhi oleh “ibunya yang lain”. saat Coraline dan ibunya berbelanja seragam sekolah di toko Linden’s, Coraline menginginkan sepasang kaos tangan berwarna orange, Coraline bermaksud untuk “memberikan warna” untuk seragam sekolahnya yang dirasa sangat monoton karena semuanya berwarna abu-abu. Apalagi di Oregon sedang musim hujan jadi Caroline berfikir bahwa itu bukanlah hal yang sia-sia.

Kebutuhan Ekonomi (Finansial)
Sepasang suami istri yang sudah terikat opernikahan akan berusaha untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangganya bersama-sama. Terlebih jika sudah memiliki anak, maka kebutuhan akan rumah tangga semakin meningkat. Ayah dan Ibu Coraline bekerja sebagai penulis lepas di sebuah majalah yang mengulas tentang tamanan tentu saja memiliki alasan yang kuat mengapa mereka sering bekerja lembur dengan computer dan laptop,tentu saja hal ini dikarenakan deadline dari majalah yang mengharuskan mereka menyerahkan artikel sebelum waktu penerbitan majalah tersebut.
“If the real Charlie Jones wants his pages edited, he’d better wrap them up
as soon as possible”, dari kutipan diatas bisa dilihat bahwa ketika Coraline menceritakan
mimpinya tentang “ibunya yang lain” yang memasak sangat enak dan ayahnya yang
bernyanyi untuknya dengan diiringi piano, Mel memilih untuk menyuruh suaminya
Charlie bergegas untuk menyelesaikan artikelnya dibandingkan mendengarkan
Coraline bercerita. Kebutuhan ekonomi yang mendesak, membuat posisi Mel sebagai ibu
rumah tangga harus turun tangan dalam masalah keuangan, menurut Mel cerita
bualan Coraline tentang mimpi anak-anak tidaklah begitu penting dibandingkan
dengan kebutuhan ekonomi yang mendesak, di berbagai negara termasuk
Indonesia sudah menjasi hal yang lumrah ketika istri ikut membantu suami dalam
hal finansial, mencari nafkah diluar maupun didalam rumah, seperti kutipan berikut
ini, “ you sure you won’t come?”
“ Don’t be like that Charlie, They’ll love the new catalog. At least they’ll
move my chapter”.

Digambarkan bahwa Charlie merasa kurang percaya diri untuk
menunjukkan katalog baru hasil karyanya dan Mel kepada pimpinan redaksi
majalah, akan tetapi Mel dengan percaya diri mengatakan bahwa kalaupun mereka
tidak menyukai hasil karya Charlie, setidaknya dia menyukai tulisan Mel, hal ini
menunjukkan keberadaan Mel yang ingin diakui bahawa ia lebih baik daripada
Charlie. Sebagai anak satu-satunya dikeluarga, Coraline selalu merasa sering
diabaikan oleh kedua orang tuanya, mereka tidak bisa setiap saat menemani
Coraline karena sibuk bekerja, belum lagi apa yang diinginkan Coraline belum
dapat terpenuhi karena masalah biaya. Seperti yang ditunjukkan dalam kutipan
berikut ini, “ Look Coraline… If things go well today, I’ll make up”. Hal ini diungkapkan oleh Mel bahwa dia merasa bersalah telah mengabaikan Coraline, Mel berjanji jika hari ini artikelnya diterima majalah dia akan menebus semua kekecewaan yang telah dia lakukan terhadap putrinya, Coraline. Bagi Mel, alasan pindah ke apartemen tua tersebut karena banyak pertimbangan, jika orangtua Coraline bekerja begitu keras dengan menyewa
apartemen murah akan sedikit bisa menghemat biaya sewa, kepemilikan mobil yang
hanya 1 (satu) dan dipakai bergantian dirasa sudah mencukupi kebutuhan keluarga
Jones akan transportasi, dan bagi Mel ketika dia mempunyai uang yang lebih pastinya dia akan lebih sering berbelanja bahan makanan untuk Coraline dan suaminya, sepasang kaos tangan untuk Coraline dan tentunya mempunyai banyak waktu untuk menemani Coraline berkebun tanpa harus memikirkan pekerjaan lembur.

Pengaruh Konsep Keluarga Ideal terhadap Tokoh Utama Coraline.
Coraline merasakan kekecewaan atas perlakuan orang tua terhadap dirinya.
Apa yang dia rasakan adalah bertolakan yaitu keinginan atau harapan yang
berseberangan dengan kenyataan, akibat dari kekecewaan ini sangat bervariasi
mulai dari tingkatan ringan hingga tingkatan yang paling berat (bunuh diri).
Hal ini sudah banyak terjadi di masyarakat kita, terlepas dari apa dan mengapa hal ini banyak kita jumpai, tapi ketika kita dengan seksama mengamati kekecewaan ini jika datangnya hanya sendirian mungkin efeknya tidak begitu besar, akan tetapi rasa kekecewaan ini dengan sekelompok rasa yang cukup berarti misalkan disertai dengan rasa benci, sedih, kemarahan, merasa tidak berguna, merasa tidak diperhatikan dan kekecewaan lainnya. Jika menilik apa yang dialami oleh Caroline dengan sang ibu, meluruskan hal tersebut dan dimanisfestasikan sebagai kucing. Seperti kutipan dibawah ini.
“You probably think this world is a dream come true, but you are wrong.
And what do you think you’re doing? We’ll I’m getting outta here. That’s what I’m
doing”.