Film Little Women (2019), yang disutradarai oleh Greta Gerwig, adalah adaptasi modern dari novel klasik Louisa May Alcott yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1868. Cerita ini mengikuti kehidupan empat saudara perempuan Meg, Jo, Beth, dan Amy yang tumbuh di New England pada abad ke-19. Meskipun berlatar waktu yang berbeda, film ini tetap relevan dalam menggambarkan perjalanan perempuan dalam mencari jati diri, cita-cita, dan bagaimana mereka menavigasi tekanan sosial serta norma gender. Dalam artikel ini, kita akan menganalisis bagaimana film Little Women (2019) merepresentasikan perempuan dan mengangkat isu-isu komunikasi, gender, dan identitas.
Jo March: Representasi Perempuan yang Menolak Stereotip Gender
Salah satu karakter utama dalam Little Women adalah Jo March, seorang perempuan yang ingin menjadi penulis dan menolak untuk dipatok pada peran tradisional perempuan sebagai ibu atau istri. Jo adalah sosok yang berani, cerdas, dan tidak takut untuk mengejar mimpinya, meskipun sering kali ia menghadapi hambatan dan penolakan dari masyarakat pada masa itu.
Jo seringkali dipandang sebagai karakter yang mencerminkan perjuangan feminis awal, yaitu tentang bagaimana seorang perempuan bisa berambisi dan mengejar impian tanpa merasa terikat pada stereotip gender. Dalam banyak budaya, terutama pada abad ke-19, peran perempuan sangat dibatasi pada pernikahan dan keluarga. Jo, dengan penolakannya terhadap peran tradisional ini, menjadi simbol ketidakpatuhan terhadap norma yang mengekang perempuan.
Menurut Gauntlett (2008) dalam Media, Gender and Identity, “Karakter perempuan yang berani mengejar ambisinya, menantang konstruksi sosial tentang peran perempuan dalam masyarakat.” Seperti Jo, Jo menolak untuk mengikuti ekspektasi tradisional dan memilih jalan hidup yang lebih sesuai dengan passion dan keinginannya. Ia tidak ingin menjadi perempuan yang hanya dikenang sebagai istri atau ibu. Sebagai penulis, ia berharap dapat dikenal karena karya-karyanya, bukan karena status sosial atau hubungan pernikahannya. Dalam satu adegan terkenal, Jo berkata, “Aku ingin menulis, bukan menikah,” yang menegaskan tekadnya untuk memilih jalan hidup yang lebih mandiri.
Jo juga menggambarkan bagaimana perempuan bisa mengambil keputusan hidup yang besar tanpa mengorbankan kemerdekaannya. Dalam film ini, Jo menekankan bahwa kebahagiaan perempuan tidak hanya terletak pada pernikahan, tetapi juga dalam pencapaian pribadi dan profesional. Sebuah kritik terhadap budaya yang sering kali menilai perempuan hanya dari peran domestiknya.
Amy March: Mencapai Cita-cita dan Kemandirian
Amy, adik dari Jo, adalah karakter yang memperlihatkan sisi lain dari perjuangan perempuan untuk meraih kebahagiaan dan kesuksesan. Meskipun pada awalnya Amy digambarkan sebagai karakter yang materialistis dan lebih fokus pada pernikahan, seiring berjalannya waktu, ia berkembang menjadi seorang wanita yang cerdas dan mandiri. Ia akhirnya menyadari bahwa keberhasilan hidupnya tidak hanya datang dari menikahi orang yang kaya, tetapi juga melalui pencapaian pribadi dan karier.
Amy menggambarkan bahwa perempuan tidak harus memilih antara cinta dan ambisi. Dalam satu adegan penting, Amy mengatakan kepada Laurie, yang merupakan teman dekatnya, “Aku ingin menikah dengan pria yang bisa memberiku lebih dari sekadar kebahagiaan. Aku ingin memiliki hidup yang penuh makna dan prestasi.” Kata-kata ini menunjukkan bahwa ia tidak hanya menginginkan hubungan yang romantis, tetapi juga kesuksesan dan kebebasan dalam memilih jalan hidupnya sendiri.
Menurut Gendered Lives: Communication, Gender, and Culture (2011) oleh Wood, “Perempuan sering kali terjebak dalam konflik antara aspirasi pribadi dan harapan sosial tentang peran mereka sebagai istri atau ibu.” Amy menunjukkan bahwa perempuan bisa memiliki pilihan dan bisa membentuk hidupnya sendiri, meskipun terkadang ia harus membuat keputusan yang sulit antara cinta dan ambisi.
Meg March: Peran Perempuan dalam Keluarga dan Cinta
Meg March, yang paling tua dari saudara-saudara March, merepresentasikan perempuan yang memilih peran tradisional sebagai ibu dan istri. Meskipun ia memiliki keinginan untuk mandiri dan sukses secara finansial, ia memilih untuk tetap di rumah dan merawat keluarganya. Keputusan Meg untuk menikah dengan seorang pria yang sederhana, dan memilih untuk hidup dalam keadaan sederhana, menggambarkan peran perempuan yang sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai keluarga dan cinta.
Meg, meskipun tidak menunjukkan ambisi untuk menjadi tokoh besar dalam masyarakat, mewakili kelompok perempuan yang memilih untuk menilai hidup mereka berdasarkan ikatan emosional dan peran domestik. Dalam masyarakat patriarkal, ini sering dianggap sebagai pilihan yang kurang dihargai atau bahkan terbatas. Namun, film ini menggambarkan bahwa pilihan untuk berfokus pada keluarga dan cinta juga memiliki nilai yang besar.
Meg menunjukkan bahwa perempuan tidak harus memilih antara keluarga atau karier. Ia merepresentasikan perempuan yang berkomitmen pada kehidupan keluarga, meskipun harus mengorbankan ambisi pribadinya. Ini mengingatkan kita akan peran sosial yang sering kali menekan perempuan untuk memilih antara peran domestik dan profesional.
Beth March: Kekuatan dalam Kelembutan dan Pengorbanan
Beth March adalah karakter yang paling lembut dan sederhana di antara saudara-saudara March. Meskipun ia tidak memiliki ambisi besar seperti Jo atau Amy, Beth menunjukkan bagaimana perempuan dapat memberikan kontribusi yang berarti melalui kelembutan dan pengorbanan. Beth tidak pernah mencari perhatian atau memaksakan diri untuk tampil menonjol, namun pengorbanannya untuk keluarga dan orang lain menunjukkan kekuatan dalam bentuk yang berbeda.
Beth adalah perwujudan dari kekuatan yang sering kali diremehkan dalam budaya dominan. Sifatnya yang penyayang dan rendah hati mengajarkan kita bahwa kekuatan perempuan tidak selalu diukur dari kesuksesan atau ketegasan dalam mengejar cita-cita. Pengorbanan dan dedikasi Beth untuk keluarganya, terutama untuk menjaga hubungan dengan saudara-saudaranya, memberikan dimensi penting tentang peran feminin yang penuh dengan kelembutan, kesabaran, dan kasih sayang.
Menurut Tuchman (1978), “Perempuan dalam media sering kali digambarkan sebagai perawat dan penjaga, peran yang sering kali diremehkan meskipun sangat penting dalam menjaga keseimbangan sosial.” Beth adalah contoh nyata bahwa peran feminin yang penuh pengorbanan dan kelembutan memiliki kekuatan yang besar dalam membentuk struktur keluarga dan masyarakat.
Persahabatan dan Solidaritas Antara Perempuan
Film Little Women juga menggambarkan pentingnya solidaritas antar perempuan dalam menghadapi tekanan sosial. Keempat saudara perempuan ini saling mendukung satu sama lain, baik dalam suka maupun duka. Persahabatan dan hubungan mereka menggambarkan betapa pentingnya komunikasi dan dukungan emosional antar perempuan, yang memungkinkan mereka untuk bertahan dalam dunia yang sering kali tidak adil terhadap mereka.
Wood (2011) dalam bukunya menekankan bahwa “Komunikasi antarperempuan sering kali berfungsi untuk membangun dukungan emosional dan solidaritas yang kuat, memungkinkan mereka untuk bertahan dalam kondisi yang sulit.” Dalam Little Women, kita bisa melihat bagaimana persahabatan dan solidaritas ini menjadi kunci untuk setiap karakter dalam mengatasi tantangan hidup mereka. Film ini mengajarkan bahwa meskipun ada perbedaan dalam pilihan hidup dan pandangan, dukungan dan kasih sayang antar perempuan tetap menjadi landasan penting dalam perjalanan mereka.
Tantangan Sosial dan Ekonomi dalam Pilihan Hidup Perempuan
Selain perjalanan pribadi para karakter, Little Women juga mengangkat tema penting tentang kelas sosial dan ketimpangan ekonomi yang mempengaruhi pilihan hidup perempuan pada masa itu. Meg, misalnya, harus memutuskan antara menikahi pria yang ia cintai, John Brooke, yang tidak memiliki banyak uang, atau menerima tawaran pernikahan dari seorang pria kaya, yang menawarkan stabilitas ekonomi. Di satu sisi, Meg ingin hidup dengan cinta, namun di sisi lain, ia sadar bahwa dalam masyarakat yang sangat berorientasi pada status ekonomi, pernikahan yang stabil secara finansial akan memberinya jaminan masa depan.
Namun, Little Women tidak hanya menyajikan dilema ini sebagai masalah individu, tetapi juga sebagai representasi ketidaksetaraan yang lebih besar antara perempuan dari berbagai lapisan sosial. Dalam konteks ini, film ini mengkritik sistem yang memandang perempuan semata-mata sebagai pasangan atau ibu, sementara mengabaikan potensi dan kemampuan mereka untuk berkembang di luar peran domestik. Dengan menunjukkan perjuangan Meg dan karakter lainnya, film ini memperlihatkan betapa pentingnya kesempatan ekonomi yang setara bagi perempuan untuk dapat memiliki pilihan hidup yang lebih luas.
Perempuan dan Kreativitas: Menulis sebagai Ekspresi Diri
Salah satu aspek yang menarik dalam Little Women adalah peran penting yang diberikan pada kreativitas, khususnya dalam bidang menulis, sebagai bentuk ekspresi diri perempuan. Jo March, sebagai seorang penulis, bukan hanya menggambarkan perempuan yang bercita-cita tinggi, tetapi juga perempuan yang menggunakan karya-karyanya untuk berbicara tentang realitas sosial dan pribadi yang sering kali terabaikan. Menulis menjadi sarana Jo untuk menantang batasan-batasan sosial dan mendefinisikan kembali peran perempuan dalam masyarakat.
Menurut Mulvey (1975) dalam teori visual pleasure and narrative cinema, perempuan dalam film sering kali terobjektifikasi melalui cara mereka dipandang oleh kamera, namun Jo memberi contoh bagaimana perempuan dapat mengubah narasi tersebut dengan menjadi subjek dalam cerita yang mereka tulis. Film ini mengajarkan bahwa perempuan bisa menjadi agen dalam kehidupannya sendiri, berdaya melalui kreativitas, dan mengubah dunia dengan apa yang mereka ungkapkan.
Representasi Perempuan dan Perubahan Sosial
Little Women juga menggambarkan perubahan sosial yang terjadi sepanjang masa, baik dalam kehidupan pribadi karakter-karakternya maupun dalam masyarakat secara keseluruhan. Dalam film ini, kita bisa melihat bagaimana norma-norma tradisional mulai digeser seiring berjalannya waktu. Meskipun latar belakangnya adalah era pasca-Perang Saudara Amerika, tema yang diangkat oleh Little Women masih relevan dengan perjuangan perempuan di masa kini.
Dalam banyak hal, Jo adalah simbol dari upaya untuk meruntuhkan pembatasan sosial yang dikenakan pada perempuan. Karya tulisannya, yang pada awalnya dianggap sebagai hobi perempuan tanpa nilai, perlahan diterima sebagai bentuk seni yang sah dan memiliki kekuatan. Hal ini mencerminkan perubahan dalam cara pandang terhadap perempuan yang ingin menjadi lebih dari sekadar ibu atau istri. Jo, sebagai seorang penulis, merangkul kebebasan berpikir dan berkarya, membuka peluang untuk perempuan yang ingin mengejar impian mereka dalam berbagai bidang, tidak hanya yang terbatas pada peran domestik.
Film ini juga menekankan pentingnya komunikasi antara perempuan dalam menghadapi tekanan sosial. Di antara keempat saudara perempuan tersebut, kita melihat bagaimana mereka saling memberi dukungan, baik dalam keputusan pribadi maupun dalam meraih cita-cita. Solidaritas ini mengajarkan bahwa perempuan dapat berbicara dan berjuang bersama, menghadapi dunia yang sering kali menempatkan mereka dalam posisi yang lebih lemah.
Dengan pendekatan ini, Little Women mengajak penonton untuk memikirkan kembali posisi perempuan dalam masyarakat, serta memberi inspirasi bagi mereka untuk terus memperjuangkan kebebasan dan kesetaraan.
Film Little Women (2019) adalah representasi yang kuat dari kehidupan perempuan pada abad ke-19 dan relevansinya dalam konteks modern. Setiap karakter, dari Jo yang menantang norma sosial, Amy yang mengejar cita-cita pribadi, Meg yang berkomitmen pada keluarga, hingga Beth yang mengajarkan nilai pengorbanan, menggambarkan berbagai macam perjalanan perempuan dalam mencari jati diri dan mencapai kebahagiaan.Melalui film ini, Greta Gerwig berhasil menyampaikan pesan bahwa perempuan tidak harus terjebak dalam satu peran atau identitas yang kaku. Mereka memiliki hak untuk memilih jalannya sendiri, baik itu dalam dunia profesional, keluarga, atau dalam hubungan sosial. Little Women mengingatkan kita bahwa perempuan bisa memiliki banyak dimensi dalam hidupnya, dan setiap pilihan yang diambil adalah bagian dari perjalanan untuk menemukan siapa diri kita sebenarnya.
Secara keseluruhan, Little Women adalah film yang sangat mendalam, menggabungkan cerita tentang cinta, keluarga, dan juga isu besar lainnya seperti pilihan hidup, status sosial, dan peran perempuan dalam masyarakat. Meskipun cerita ini berlatar belakang abad ke-19, pesannya tetap relevan dengan apa yang sedang kita hadapi sekarang, terutama dalam hal perjuangan untuk kesetaraan gender dan kebebasan pribadi perempuan. Lewat karakter-karakternya yang kuat, Little Women mengajarkan kita bahwa setiap perempuan berhak menentukan jalan hidupnya sendiri, mengejar impian mereka, dan yang paling penting, merayakan perjalanan menuju kebebasan dan kebahagiaan yang sejati.
Selain itu, film Little Women juga menyentuh soal pentingnya persahabatan dan solidaritas antar perempuan. Keempat saudara perempuan March saling mendukung dalam menjalani pilihan hidup mereka, meski berbeda-beda. Mereka menunjukkan bahwa kebersamaan dan empati antar perempuan bisa menjadi kekuatan yang luar biasa dalam menghadapi tantangan. Meski dunia di sekitar mereka sering kali penuh dengan batasan dan norma sosial, solidaritas ini memberi mereka kekuatan untuk terus maju. Film ini memberi pesan penting bahwa perempuan, apapun pilihannya, bisa meraih kebahagiaan dan kesuksesan dengan saling mendukung satu sama lain.
Referensi:
Gauntlett, D. (2008). Media, Gender and Identity: An Introduction. Routledge.
Mulvey, L. (1975). Visual Pleasure and Narrative Cinema. Screen, 16(3), 6-18.
Tuchman, G. (1978). Hearth and Home: Images of Women in the Mass Media. Oxford University Press.
Wood, J. T. (2011). Gendered Lives: Communication, Gender, and Culture. Cengage Learning.