Usaha jual beli dan tukar tambah motor second mungkin terdengar biasa, tapi di balik itu tersimpan peluang besar yang tidak semua orang sadari. Di tengah derasnya tantangan ekonomi pasca pandemi, saya memutuskan untuk membangun kembali sebuah usaha yang sempat ditutup oleh kedua orang tua saya. Artikel ini adalah cerita perjuangan saya, dari seorang pengamat bisnis keluarga menjadi pelaku usaha mandiri yang membangun semuanya dengan semangat dan kerja keras.
Semua bermula dari kedua orang tua saya yang sejak tahun 2019 telah menjalankan usaha jual beli motor second. Sebagai anak, saya ikut terlibat langsung mendampingi mereka mencari unit dari penjual individu maupun lelang motor di Bandung. Selama hampir setahun saya belajar mengamati, memahami alur usaha, hingga pada akhirnya pandemi melanda dan menghantam perekonomian. Akibatnya, usaha keluarga kami harus tutup di tahun 2023 karena permintaan menurun drastis. Masyarakat cenderung menjual motor dengan harga murah, tetapi pembeli sangat jarang. Keadaan ini membuat orang tua saya menghentikan operasional bisnis sepenuhnya.
“Padahal, pasar motor second di Indonesia memiliki potensi besar. Banyak orang yang membutuhkan kendaraan untuk aktivitas sehari-hari namun belum mampu membeli motor baru. Motor second menjadi solusi ekonomis, terutama di kota-kota penyangga dan daerah rural. Hal inilah yang saya sadari sebagai peluang ketika sebagian orang lain memilih menyerah.”
Namun, justru dari situ saya merasa terpanggil. Saya ingin mandiri dan punya penghasilan sendiri. Dengan bekal pengalaman yang saya kumpulkan sejak 2019, saya mulai menabung dari uang saku kuliah dan kerja sampingan. Setelah 1,5 tahun, saya berhasil mengumpulkan modal Rp5 juta dan resmi memulai usaha sendiri pada bulan April 2024—bertepatan dengan bulan Ramadan.
Momentum itu saya manfaatkan maksimal. Banyak orang menjual motor untuk biaya mudik, dan di sisi lain, banyak pula yang mencari motor untuk pulang kampung. Dalam bulan pertama, saya berhasil menjual 11 unit motor dan melipatgandakan modal saya. Karena kewalahan, saya merekrut satu partner kerja. Memasuki bulan kedua, usaha ini sudah dijalankan oleh dua orang.
Seiring waktu, permintaan meningkat. Saya pun menambah dua partner baru: satu orang bertugas menjemput motor dari lokasi penjual, dan satu lagi adalah mekanik yang bertanggung jawab penuh terhadap kondisi teknis kendaraan. Proses kerja kami sangat terstruktur: motor yang baru datang wajib melalui inspeksi menyeluruh—mulai dari kondisi mesin, bodi, kelistrikan, hingga kelengkapan surat-surat. Tidak ada motor yang kami jual sebelum melewati pemeriksaan mekanik.
“Sebagai tim kecil, kami menjunjung nilai kecepatan dan kepercayaan. Setiap pembeli harus merasa aman, nyaman, dan tahu pasti motor seperti apa yang mereka beli. Kami tidak menjanjikan motor sempurna, tapi kami jujur soal kondisi. Bagi kami, kejujuran bukan hanya etika, tapi strategi jangka panjang.”
Setelah motor dinyatakan layak, saya yang mengurus bagian promosi. Saya memotret motor dengan pencahayaan yang baik dan latar belakang bersih. Lalu, saya buat video saat motor dinyalakan dan digunakan untuk test ride singkat agar pembeli bisa melihat kondisinya secara jujur. Semua konten tersebut saya unggah di berbagai kanal pemasaran seperti Facebook Marketplace, Instagram, OLX, serta WhatsApp. Deskripsi saya tulis lengkap: mulai dari tahun motor, kondisi fisik, kilometer, minus jika ada, dan tentunya harga yang jujur.
“Strategi digital ini sangat berpengaruh. Kami belajar membuat caption yang menarik, menjawab chat cepat, dan aktif membuat story untuk menjangkau lebih banyak orang. Bahkan dari konten TikTok sederhana yang menampilkan suara motor, kami pernah dapat pembeli dari luar provinsi. Era digital membuka pintu luas, selama kita konsisten dan responsif.”
Saya menyediakan sistem COD (cash on delivery) dan layanan antar motor langsung ke pembeli. Karena banyak pelanggan datang dari luar kota, saya dan tim bersedia melayani transaksi hampir 24 jam. Kami juga memberikan bonus sparepart jika tersedia dan garansi ringan. Jika terjadi kerusakan karena kelalaian tim kami dalam pengecekan, maka kami tanggung biaya servis atau membantu biaya perbaikan jika lokasi pelanggan jauh.
Tantangan tentu tidak sedikit. Salah satunya adalah pembeli yang mengklaim garansi di luar batas waktu, misalnya dua bulan setelah motor dipakai. Ada juga masalah teknis seperti saat kami membeli motor dari lelang dan ternyata kondisinya rusak parah. Dua unit motor dari lelang mengalami kerusakan mesin besar, sehingga kami harus mencari cara untuk memperbaikinya dengan biaya seminimal mungkin. Setelah diperbaiki, kami tidak langsung menjualnya karena harga pokoknya sudah terlalu tinggi. Sebagai solusi, kami jadikan motor itu sebagai pilihan tukar tambah dengan perhitungan harga khusus agar tetap bisa menekan kerugian.
Momen tak terlupakan lainnya adalah saat kami tertipu oleh oknum penjual. Dari luar motor tampak bagus, tapi ternyata pernah mengalami tabrakan parah hingga sasisnya miring. Kejadian ini menjadi pelajaran penting agar kami tidak lengah dan selalu memeriksa dengan lebih teliti.
“Saya juga semakin belajar soal intuisi bisnis—tentang membaca gerak pasar, mengenali mana pelanggan potensial, dan kapan waktu terbaik untuk beli atau jual. Semua itu tidak bisa diajarkan di bangku kuliah, hanya bisa dipahami lewat pengalaman langsung di lapangan.”
Seiring berjalannya waktu, semakin banyak orang mengenal usaha saya. Awalnya hanya beberapa orang yang tahu dari mulut ke mulut dan postingan media sosial, tapi sekarang orang-orang sudah mulai mengenal kami sebagai tempat jual beli motor yang bisa dipercaya. Bahkan beberapa orang datang ke tempat saya karena rekomendasi dari pembeli sebelumnya. Itu yang membuat saya dan tim semangat untuk terus menjaga kualitas dan pelayanan.
Sekarang, dalam menjalankan usaha ini saya tidak sendiri. Ada tim kecil yang sudah saya bentuk dan saya anggap seperti keluarga sendiri. Kami saling bantu dan saling percaya. Tim saya ada yang khusus mencari motor ke lapangan, ada yang bertugas cek kelengkapan surat dan kondisi motor, dan ada juga yang bantu urus kebutuhan teknis seperti servis kecil atau ganti sparepart ringan. Saya sendiri masih pegang bagian komunikasi dengan pembeli dan promosi, karena saya ingin tetap tahu siapa yang membeli dan bagaimana kebutuhan mereka.
Dalam satu hari kami bisa keliling ke 3 sampai 6 tempat berbeda hanya untuk melihat motor yang ditawarkan ke kami. Kadang motor bagus tapi harganya terlalu tinggi, kadang motor murah tapi kondisinya sangat jelek. Semua itu harus kami pertimbangkan dengan cepat karena jika tidak, bisa diambil oleh penjual lain. Maka dari itu, pengalaman dan kerja sama tim jadi sangat penting.
“Saya juga belajar menjadi pemimpin. Awalnya canggung memberi arahan atau menegur jika ada kesalahan. Tapi sekarang saya sadar, komunikasi yang jujur dan terbuka justru memperkuat tim. Kita bukan hanya bekerja bersama, tapi tumbuh bersama.”
Saya juga pernah menghadapi situasi di mana dalam seminggu tidak ada satu pun motor yang laku. Saat seperti itu rasanya cukup berat, apalagi kalau stok motor banyak dan butuh biaya untuk servis dan perawatan. Tapi saya tidak menyerah. Saya terus posting, aktif di semua grup jual beli, dan membuat konten yang menarik. Sampai akhirnya, satu per satu motor mulai laku lagi dan semangat itu kembali tumbuh.
Satu hal yang saya pelajari dari semua proses ini adalah: usaha yang dibangun dengan sungguh-sungguh akan terlihat hasilnya, walau tidak langsung. Banyak orang hanya melihat saat usaha sedang ramai dan mengira semuanya mudah. Tapi mereka tidak melihat proses jatuh bangunnya, bagaimana susahnya di awal, dan berapa kali saya harus kehilangan uang karena salah beli atau ditipu. Semua itu jadi bagian dari perjalanan saya yang saya syukuri sekarang.
Sekarang, setelah lebih dari satu tahun usaha ini berjalan, saya dan tim bersyukur karena telah berhasil menjual lebih dari 100 unit motor second kepada pelanggan dari berbagai daerah. Pencapaian ini bukan hanya soal angka, tapi juga soal kepercayaan dan kepuasan pelanggan yang terus kami jaga. Jumlah tersebut menjadi bukti bahwa dengan konsistensi, usaha kecil pun bisa berkembang besar.
Saya juga makin paham bahwa yang dibutuhkan dalam usaha bukan hanya modal uang, tapi juga modal sabar, modal niat, dan modal berani tanggung risiko. Kadang kita harus mengambil keputusan cepat dalam situasi mendesak, dan itu tidak selalu mudah. Tapi dari sanalah mental kita ditempa. Kalau kita terus menunda karena takut rugi, kita tidak akan pernah benar-benar mulai.
Saya juga bersyukur karena usaha ini bisa bantu bukan cuma diri saya sendiri, tapi juga orang lain. Tim saya sekarang bisa mendapat penghasilan rutin, beberapa motor yang kami beli berasal dari penjual yang butuh uang cepat, jadi secara tidak langsung usaha ini juga membantu roda ekonomi orang lain.
Saya sendiri berniat mengembangkan usaha ini lebih serius di masa depan. Target saya adalah membuka showroom kecil yang khusus menjual motor second berkualitas, lengkap dengan layanan aftersales dan sistem tukar tambah yang lebih profesional. Saya percaya jika kita serius, fokus, dan terus memperbaiki kesalahan, usaha ini akan tumbuh lebih besar lagi.
Usaha ini telah membawa saya pada banyak pembelajaran hidup—tentang kejujuran, kerja keras, manajemen waktu, dan cara menghadapi konsumen dari berbagai latar belakang. Saya berharap cerita ini bisa menginspirasi mahasiswa lainnya untuk memulai langkah kecil mereka sendiri dalam dunia wirausaha. Karena sejatinya, wirausaha bukan hanya soal modal besar, tapi tentang keyakinan, konsistensi, dan kemauan untuk terus belajar.
“Saya percaya, setiap orang punya potensi untuk memulai sesuatu. Tidak harus besar, tidak harus sempurna. Yang penting adalah berani mulai. Karena kadang, langkah kecil yang kita ambil hari ini—bisa jadi langkah besar yang mengubah hidup esok hari.”