Perkenalkan nama saya Raihan Amru Dzakir seorang mahasiswa sastra jepang yang sedang berkuliah di Unikom. Saya memiliki hobi yaitu membuat kaligrafi terutama kaligrafi Jepang hobi ini sudah saya tekuni skitar 3 tahun, nah pada kesempatan kali ini saya akan membahas apa saja sih perbedaan kaligrafi yang ada di Indonesia dan Jepang, mulai dari alat, kertas, tinta dan juga teknik dalam pembuatan kaligrafi dari kedua negara.
Baik pertama-tama apasih kaligrafi yang ada di Indonesia dan seperti apa karakteristiknya.
Di Indonesia yang paling dikenal adalah tulisan berbentuk huruf Arab yang diambil dari ayat-ayat Al-Qur’an. Sebenarnya, seni menulis indah ini juga bisa diterapkan pada huruf-huruf latin.
Mengutip dari kemenparekraf.go.id, kaligrafi di beberapa negara berkembang denga ciri khasnya masing-masing, seperti kaligrafi Korea menggunakan Hanzi atau aksara Tiongkok. Sementara di Indonesia lebih populer seni kaligrafi .
Karakteristik kaligrafi Indonesia
Kaligrafi Indonesia memiliki karakteristik yang unik, menggabungkan berbagai unsur budaya lokal, Islam, dan seni tradisional. Meskipun kaligrafi Indonesia sering kali lebih dipengaruhi oleh kaligrafi Islam, yang berasal dari Timur Tengah, ia memiliki ciri khas tersendiri. Berikut adalah beberapa karakteristik utama dari kaligrafi Indonesia:
1. Pengaruh Kaligrafi Islam
Tulisan Arab: Sebagian besar kaligrafi Indonesia, terutama yang digunakan dalam konteks keagamaan, menggunakan aksara Arab. Hal ini berkaitan erat dengan penyebaran agama Islam di Indonesia, di mana banyak teks-teks keagamaan seperti Al-Qur’an, hadis, dan doa ditulis dalam bahasa Arab.
Ayat-ayat Al-Qur’an: Kaligrafi Indonesia sering kali mengandung kutipan ayat Al-Qur’an atau kalimat-kalimat pujian kepada Tuhan (Allah), seperti “Bismillah”, “Alhamdulillah”, dan “Allahu Akbar”. Ini menunjukkan kedekatannya dengan ajaran Islam.
2. Gaya dan Bentuk Tulisan
Gaya Kufic dan Diwani: Banyak seniman kaligrafi Indonesia terinspirasi oleh gaya kaligrafi Kufic (dengan bentuk geometris dan tajam) dan Diwani (dengan bentuk melengkung dan elegan). Gaya-gaya ini sering digunakan dalam pembuatan karya kaligrafi Indonesia.
Gaya Naskh: Gaya Naskh yang mudah dibaca dan teratur juga banyak digunakan dalam kaligrafi Indonesia, terutama pada tulisan Al-Qur’an atau teks lainnya.
3. Pemanfaatan Berbagai Media
Kertas dan Kanvas: Kaligrafi Indonesia banyak ditulis pada kertas atau kanvas, baik untuk karya seni maupun untuk dekorasi interior masjid, rumah, dan ruang publik.
Kayu dan Logam: Kaligrafi juga sering diukir atau dicetak pada bahan seperti kayu dan logam, terutama pada pembuatan plakat, kaligrafi dinding, atau ukiran pada perabotan rumah tangga.
Kain dan Tekstil: Dalam beberapa tradisi, kaligrafi Indonesia digunakan pada kain atau tekstil, misalnya pada bordir yang menghiasi pakaian tradisional atau mukena.
Alat kaligrafi Indonesia
1. Pena (Kuyuk / Pensil Kaligrafi)
Pena bambu: Digunakan untuk kaligrafi tradisional Indonesia, terutama dalam menulis kaligrafi Arab. Pena ini sering kali terbuat dari bambu yang dipotong runcing.
Pena kaligrafi modern: Saat ini, pena kaligrafi dengan ujung khusus seperti pena celup atau pena metal sering digunakan, termasuk pena berbentuk bulu atau berbahan logam.
2. Tinta
Tinta hitam: Untuk kaligrafi Arab atau kaligrafi lainnya, tinta hitam adalah yang paling umum digunakan. Tinta ini bisa berbahan dasar air atau minyak.
Tinta Cina: Beberapa seniman kaligrafi Indonesia menggunakan tinta Cina yang dikenal dengan kualitas tinggi dan memberikan hasil tulisan yang tebal dan mengkilap.
Teknik kaligrafi Indonesia
Kaligrafi Indonesia memiliki teknik-teknik khusus yang menggabungkan pengaruh tradisi Islam dengan elemen-elemen budaya lokal. Berikut adalah beberapa teknik kaligrafi Indonesia yang digunakan oleh para seniman untuk menghasilkan karya seni yang indah dan bermakna:
3. Menggunakan Kuas atau Pena
Kuas (Fude): Salah satu teknik yang paling umum dalam kaligrafi Indonesia adalah penggunaan kuas, yang memungkinkan penulisan dengan berbagai ketebalan garis. Kuas digunakan untuk menciptakan goresan halus dan tebal, yang memberikan efek dinamis pada tulisan.
Pena Kaligrafi: Pena dengan ujung runcing atau pena bambu juga digunakan dalam kaligrafi Indonesia, terutama untuk menulis kaligrafi Arab. Teknik ini lebih mengutamakan ketepatan dalam bentuk huruf dan keteraturan tulisan.
– Teknik Naskh
Naskh adalah salah satu gaya kaligrafi Arab yang paling sering digunakan dalam kaligrafi Indonesia, terutama untuk menulis teks Al-Qur’an atau kalimat-kalimat doa. Naskh terkenal karena bentuknya yang teratur dan mudah dibaca. Teknik ini melibatkan penulisan huruf yang jelas, dengan sedikit melengkung dan menggunakan spasi yang teratur antara kata-kata.
– Teknik Diwani
Diwani adalah gaya kaligrafi yang lebih dekoratif dan melengkung, dengan bentuk huruf yang lebih artistik dan bebas. Teknik ini sering digunakan untuk menulis kalimat-kalimat panjang atau ayat-ayat Al-Qur’an dalam karya seni kaligrafi Indonesia. Diwani memberikan kesan elegan dan indah karena setiap goresannya lebih berornamen.
– Teknik Kufic
Kufic adalah gaya kaligrafi yang lebih geometris dan tajam. Di Indonesia, teknik ini digunakan dalam kaligrafi Islam, terutama untuk membuat tulisan yang lebih formal atau digunakan dalam dekorasi masjid. Bentuk huruf pada gaya Kufic lebih kotak dan sudut-sudutnya lebih tegas, dengan penekanan pada keselarasan dan simetri.
4. Penggunaan Warna dan Tinta
Tinta Hitam adalah warna utama yang digunakan dalam kaligrafi Indonesia, terutama untuk teks Al-Qur’an dan doa-doa. Namun, tinta emas atau perak sering digunakan untuk menambah keindahan dan memberikan kesan sakral pada karya seni.
Penggunaan Gradasi Warna: Beberapa seniman kaligrafi Indonesia juga menambahkan warna lain seperti merah atau biru, yang sering digunakan pada karya seni kaligrafi dekoratif untuk memberikan dimensi visual yang lebih menarik.
5. Ukiran pada Media Keras (Kayu, Logam)
Selain menulis di kertas atau kanvas, teknik kaligrafi Indonesia juga dapat diterapkan pada media keras seperti kayumanis, logam, atau batu. Teknik ukir digunakan untuk membuat kaligrafi pada pintu masjid, plakat, dan bahkan perhiasan.
Dalam teknik ini, seniman menggunakan pisau atau alat ukir untuk memahat huruf-huruf kaligrafi ke dalam media keras, menciptakan relief yang memberikan efek tiga dimensi.
6. Pencampuran Motif Tradisional Indonesia
Kaligrafi Indonesia sering menggabungkan motif tradisional, seperti batik, ukiran, atau pola geometris yang dikenal dalam seni Indonesia. Teknik ini melibatkan menambahkan unsur-unsur hiasan atau dekorasi di sekitar kaligrafi untuk menciptakan harmoni visual.
Salah satu contoh teknik ini adalah menambahkan motif batik di sekitar tulisan kaligrafi, memberikan kesan budaya lokal yang kental.
7. Teknik Kaligrafi Digital
Seiring dengan kemajuan teknologi, teknik kaligrafi Indonesia kini juga bisa dilakukan secara digital. Penggunaan software desain grafis seperti Adobe Illustrator atau CorelDRAW memungkinkan seniman kaligrafi untuk menciptakan karya dengan elemen-elemen tradisional dalam format digital.
Teknik digital juga memungkinkan pembuatan karya kaligrafi dalam ukuran besar atau untuk aplikasi digital seperti media sosial atau desain grafis.
8. Kaligrafi pada Kain atau Tekstil
Bordir Kaligrafi: Teknik bordir atau sulam kaligrafi pada kain adalah salah satu teknik yang populer di Indonesia, terutama dalam pembuatan mukena atau pakaian tradisional. Kaligrafi yang disulam di kain memberikan dimensi tekstur pada karya seni tersebut.
9. Teknik Pembuatan Kaligrafi pada Dinding
Kaligrafi Dinding (Murals): Pada beberapa masjid atau tempat ibadah lainnya, kaligrafi Indonesia dibuat dalam bentuk mural di dinding menggunakan teknik cat atau tinta khusus. Teknik ini membutuhkan keterampilan tinggi dalam menggambar dan melukis agar tulisan tetap terlihat jelas dan indah meskipun dalam ukuran besar.
10. Kaligrafi dengan Teknik Brushstroke
Kaligrafi menggunakan brushstroke atau teknik goresan kuas untuk menciptakan efek halus dan tajam pada karya seni kaligrafi Indonesia. Teknik ini melibatkan kontrol yang ketat terhadap tekanan kuas dan gerakan tangan untuk menghasilkan garis yang tebal atau tipis sesuai kebutuhan.
Shuuji atau kaligrafi Jepang
Selanjutnya apa itu kaligrafi Jepang
Shodo (書道) adalah seni kaligrafi Jepang yang melibatkan penulisan karakter Jepang (kanji, hiragana, dan kadang-kadang katakana) dengan menggunakan kuas dan tinta. Dalam bahasa Jepang, shodo secara harfiah berarti “jalan tulisan” atau “cara menulis,” yang menggambarkan bagaimana seni ini tidak hanya tentang menghasilkan tulisan yang indah, tetapi juga merupakan suatu bentuk ekspresi diri dan latihan spiritual.
Sedangkan Shūji (習字) adalah seni menulis tangan dalam budaya Jepang yang mengacu pada latihan menulis aksara Jepang dengan cara yang indah dan teratur. Shūji tidak hanya digunakan untuk menulis, tetapi juga merupakan latihan disiplin dan seni yang menggabungkan estetika dan ketepatan dalam setiap goresan. Berikut adalah beberapa karakteristik utama dari shūji Jepang:
1. Penggunaan Alat Tulis Tradisional
Kuas (Fude, 筆): Alat utama dalam shūji adalah kuas, yang memiliki ujung yang halus dan fleksibel. Kuas ini memungkinkan penulis untuk mengatur ketebalan garis berdasarkan tekanan yang diterapkan saat menulis. Kuas juga memungkinkan perubahan bentuk dan gerakan tulisan yang halus, dari garis tipis hingga tebal.
Tinta (Sumi, 墨): Tinta hitam yang digunakan dalam shūji adalah tinta alami yang digosok pada batu tinta (Suzuri, 硯) dengan air. Tinta ini memberikan hasil tulisan yang mendalam dan mengkilap.
Kertas (Washi, 和紙): Kertas yang digunakan dalam shūji umumnya adalah washi, kertas tradisional Jepang yang halus dan kuat, dirancang untuk menyerap tinta dengan baik tanpa bocor atau tembus.
2. Karakter Aksara yang Digunakan
Kanji (漢字): Aksara Tiongkok yang digunakan dalam bahasa Jepang. Kanji adalah karakter logografis yang masing-masing mewakili suatu kata atau konsep. Dalam shūji, penulisan kanji sangat mengutamakan bentuk dan ketepatan, dengan setiap garis yang membentuk karakter harus dilaksanakan dengan hati-hati.
Hiragana (ひらがな): Aksara silabis Jepang yang digunakan untuk menulis kata-kata asli Jepang. Hiragana memiliki bentuk yang lebih melengkung dan halus, dan dalam shūji, sering kali digunakan dalam latihan menulis teks atau kalimat sederhana.
Katakana (カタカナ): Aksara silabis Jepang lainnya yang digunakan untuk menulis kata serapan atau nama asing. Katakana biasanya lebih tegas dan lebih “tegak” daripada hiragana, dengan garis lurus dan bentuk lebih simetris.
3. Teknik dan Struktur Penulisan
Penyusunan Karakter (Kaku, 格): Dalam shūji, karakter tidak hanya ditulis secara bebas, tetapi ada struktur tertentu yang diikuti. Setiap karakter atau huruf disusun dalam kotak dengan ruang kosong di sekitarnya untuk menciptakan keseimbangan visual.
Urutan Strokes (筆順, Hitsu Jun): Urutan dan arah goresan sangat penting dalam shūji. Setiap karakter memiliki urutan goresan yang harus diikuti dengan ketat. Hal ini bertujuan untuk menjaga kejelasan dan keselarasan tulisan.
Goresan pertama biasanya dimulai dari atas ke bawah atau kiri ke kanan, mengikuti aturan tradisional penulisan kanji atau aksara Jepang lainnya.
Penekanan Tekanan dan Kecepatan: Penulisan shūji melibatkan pengaturan tekanan kuas yang diterapkan pada kertas, yang menciptakan perubahan ketebalan garis. Kecepatan menulis juga berperan dalam menentukan gaya dan kesan karakter, dengan tulisan yang lebih lambat cenderung lebih rapi, sementara yang lebih cepat bisa memberi kesan lebih bebas dan dinamis.
4. Keseimbangan dan Kerapian
Keseimbangan Ruang: Setiap karakter dalam shūji harus ditulis dengan mempertimbangkan keseimbangan ruang antara goresan satu dan yang lainnya. Penyusunan karakter dalam baris atau kolom harus rapi dan simetris.
Kerapian dan Keindahan: Selain ketepatan dalam urutan goresan, shūji sangat menekankan pada kerapian dan keindahan bentuk karakter. Ini juga berarti memastikan tidak ada garis yang terlalu tebal atau tipis, kecuali untuk menciptakan efek artistik.
5. Pengaruh Zen dan Meditasi
Seni sebagai Meditasi: Shūji sering dianggap lebih dari sekadar latihan menulis; ini adalah bentuk meditasi di mana penulis bisa fokus pada setiap gerakan dan goresan. Ini mengajarkan ketenangan pikiran, konsentrasi, dan disiplin.
Dalam budaya Zen, menulis shūji juga sering dianggap sebagai latihan untuk mencapai keselarasan batin dan ketenangan mental, di mana setiap goresan kuas adalah bentuk ekspresi kesadaran dan pemusatan perhatian.
6. Pentingnya Estetika
Gaya dan Keindahan: Shūji bukan hanya tentang menulis dengan benar, tetapi juga menekankan keindahan visual. Penulis sering kali berusaha mengekspresikan karakter-karakter dengan bentuk yang indah dan harmonis. Keindahan tulisan menjadi refleksi dari keterampilan dan disiplin.
Gaya Menulis: Ada berbagai gaya menulis dalam shūji, seperti Kaisho (楷書), Gyosho (行書), dan Sosho (草書).
Kaisho adalah gaya yang paling terstruktur dan mudah dibaca.
Gyosho adalah gaya semi-cetak, lebih cepat, tetapi tetap teratur.
Sosho adalah gaya yang lebih bebas dan ekspresif dengan goresan yang lebih berputar dan elegan.
7. Kaligrafi untuk Pendidikan dan Budaya
Pendidikan di Sekolah: Shūji diajarkan di sekolah-sekolah Jepang sebagai bagian dari kurikulum dasar. Anak-anak belajar menulis dengan cara yang benar sejak dini, dengan fokus pada pengembangan keterampilan motorik halus dan estetikanya.
Penghargaan terhadap Budaya dan Tradisi: Shūji merupakan bagian dari warisan budaya Jepang yang kaya dan dihormati. Ini adalah cara untuk memelihara tradisi Jepang melalui seni menulis.
8. Penggunaan Modern
Shūji tidak hanya dipraktikkan dalam konteks tradisional tetapi juga muncul dalam desain grafis, dekorasi, dan seni modern. Beberapa seniman menggunakan gaya shūji untuk menciptakan karya seni visual yang lebih kontemporer, dengan tetap mempertahankan prinsip-prinsip dasar dari latihan tradisional
Kesimpulan
Jadi perbandingan paling signifikan dari kedua kaligrafi Indonesia dan Jepang adalah
Dari segi karakteristik bahasa yang berbeda di jepang lebih condong ke China yang menggunakan aksra hanzi sedangkan kaligrafi Indonesia condong ke ke timur tengah aksara jawi atau arab.
Kaligrafi Indonesia dan kaligrafi Jepang memiliki perbedaan mendasar dalam hal bentuk, bahan, teknik, dan filosofi yang melatarbelakanginya. Kaligrafi Indonesia, khususnya yang berkembang dalam tradisi Islam, lebih dikenal dengan seni khatt yang menggunakan huruf Arab untuk menulis ayat-ayat Al-Qur’an. Teknik penulisannya mengutamakan keluwesan dan keindahan, serta memiliki banyak variasi gaya, seperti naskhi, diwani, dan thuluth. Kaligrafi Indonesia sering kali dipengaruhi oleh budaya Islam, serta nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam teks-teks agama.
Sementara itu, kaligrafi Jepang, atau shodo, berfokus pada tulisan tangan dengan menggunakan kuas dan tinta. Dalam kaligrafi Jepang, huruf-huruf kanji atau hiragana yang digunakan memiliki makna yang dalam, dan setiap goresan kuas dianggap sebagai bentuk ekspresi diri. Filosofi shodo sangat dipengaruhi oleh Zen Buddhism, di mana proses menulis itu sendiri dianggap sebagai bentuk meditasi, dengan tujuan untuk mencapai kedamaian batin. Bahan yang digunakan dalam shodo juga lebih beragam, seperti kertas washi, dan peralatan seperti kuas yang sangat spesifik dalam penggunaannya.
Secara umum, kaligrafi Indonesia lebih mengarah pada simbolisme religius, sedangkan kaligrafi Jepang lebih menekankan pada harmoni, kedamaian, dan kesederhanaan melalui setiap goresannya. Kedua jenis kaligrafi ini, meskipun berbeda dalam bentuk dan nilai estetika, sama-sama mencerminkan keindahan dalam tulisan dan kedalaman budaya yang melatarbelakanginya.
Sekian kurang lebih nya mohon dimaafkan Arigatou Gozaimasu.
Raihan Amru Dzakir — 63822022
Referensi
Kompas. (2021, Februari 26). Kaligrafi: Pengertian, perkembangan, dan fungsinya. Kompas.com.
https://www.kompas.com/skola/read/2021/02/26/202704369/kaligrafi-pengertian-perkembangan-dan-fungsinya
Bekasimedia. (2023, Desember 28). Mengenal ciri-ciri khat kaligrafi Arab yang di lestarikan Indonesia. Bekasimedia. https://bekasimedia.com/2023/12/28/mengenal-ciri-ciri-khat-kaligrafi-arab-yang-di-lestarikan-indonesia/
Justawl. (2020, November). Mengenal Jepang lewat kaligrafi Shodo. Justawl. https://www.justawl.com/2020/11/mengenal-jepang-lewat-kaligrafi-shodo.html?m=1
Maulana, P. (2015, November). Kaligrafi Jepang: Shuji/Shodo. Prasetyamaulana123.blogspot.com. https://prasetyamaulana123.blogspot.com/2015/11/kaligrafi-jepang-shuujishodo.html?m=1
Togawaseishi. (n.d.). Kaligrafi Jepang Shuji (Shodo). Togawaseishi. https://www.togawaseishi.com/smp/freepage_index.php?cid=13805&pcflg=1
Kurniawati, E. (2020). Pengaruh Kaligrafi Islam dalam Seni Rupa Indonesia. Jurnal Seni Rupa, 4(2), 112–119.
Menyajikan pemahaman tentang perkembangan kaligrafi di Indonesia, terutama yang berkaitan dengan tradisi Islam.
Saito, T. (2018). The Art of Japanese Calligraphy: Shodo and Its Spiritual Meaning. Tokyo University Press.
Buku ini membahas teknik dan filosofi di balik kaligrafi Jepang, serta kaitannya dengan Zen dan meditasi.
Zamzam, A. (2017). Kaligrafi: Seni Menulis yang Penuh Makna. Jakarta: Pustaka Cendekia.
Buku ini mengulas berbagai jenis kaligrafi, termasuk kaligrafi Indonesia dan pengaruhnya terhadap seni dan budaya lokal.
Sugiyama, M. (2015). Introduction to Shodo: The Japanese Art of Calligraphy. Kyoto: Japanese Arts Publishers.
Menyediakan panduan dasar tentang shodo dan teknik-teknik yang digunakan dalam kaligrafi Jepang.