
Pengenalan Semiotika dalam Desain Komunikasi Visual
Dalam desain komunikasi visual semiotika, pengenalan semiotika adalah bidang yang spesifik mengenai tanda dan bagaimana tanda-tanda itu digunakan untuk menyampaikan makna. Semiotika ialah bagian utama yang tidak terpisahkan dari desain komunikasi visual karena berperan dalam penempatan atau hubungan antara unsur grafis dengan pesan yang ingin disampaikan kepada seseorang. Desain lainnya, seperti warna, bentuk, gambar, huruf, dan tipografi, selain untuk mempercantik juga menjadi penanda yang memiliki makna tertentu. Seperti yang kita ketahui, logo atau ikon dalam desain grafis merupakan gambar yang tidak hanya bersifat dekoratif namun juga bersifat sebagai tanda/simbol bagi audiens yang dapat membantu dalam mengingat suatu merek dan berinteraksi dengan produk yang ditawarkan. Untuk itu, penting untuk selalu memahami secara mendalam bagaimana cara tanda tersebut bekerja agar desain yang dibuat dapat berfungsi secara efisien.
Ferdinand de Saussure menciptakan teori tanda yang terdiri dari dua bagian: penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah bentuk fisik atau bentuk dan wujud luar yang diwakili oleh kata, gambar atau lambang tertentu, seperti gambar atau kata. Dalam hal ini, petanda adalah berarti, makna, atau pemikiran yang dimiliki atau yang diwakili oleh bentuk tersebut. Dapat diamati dari hubungan desain komunikasi visual bahwa dimungkinkan untuk menyampaikan makna tertentu dengan pemilihan dan pengaturan elemen visual seperti warna dan ukuran. Sebagai contoh, desain mengasosiasikan warna merah dengan bahaya dan energi, sedangkan warna biru lebih mengekspresikan kepercayaan diri dan ketenangan. Oleh karena itu, desainer grafis harus menggunakan penjelasan visual untuk lebih memahami bagaimana bentuk dan warna yang dipilih terlihat dan berfungsi.
Charles Sanders Peirce, serupa dengan de Saussure, memberikan pandangan yang lebih fleksibel dalam proses berkomunikasi melalui tanda, walaupun dengan pendekatan lain, Charles Sanders Peirce menawarkan pendekatan berbeda dalam memahami tanda melalui pembagian tiga jenis tanda: ikon, indeks, dan simbol. Dalam desain komunikasi visual, ketiga jenis tanda ini dapat digunakan untuk menciptakan pesan yang berbeda tergantung pada tujuan dan konteksnya. Misalnya, sebuah ikon yang digunakan dalam aplikasi bisa dengan mudah dikenali karena menyerupai objek yang dimaksud, sementara sebuah simbol dalam logo merek mungkin membutuhkan pengenalan kontekstual lebih dalam untuk memahami maknanya. Penerapan teori Peirce dalam desain membantu desainer untuk memilih jenis tanda yang tepat untuk audiens yang dituju.
Teori Semiotika Charles Sanders Peirce
Charles Sanders Peirce, seorang filsuf Amerika, mengembangkan teori semiotika yang membagi tanda menjadi tiga kategori utama: ikon, indeks, dan simbol. Yang dikenal sebagai “klasifikasi tanda triadik Peirce”, kategori ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang cara kita menggunakan tanda untuk menyampaikan makna dalam komunikasi. Masing-masing kategori ini memiliki karakteristik yang berbeda, dan penerapannya dalam desain visual sangat membantu untuk memahami bagaimana elemen visual berkomunikasi dengan audiens.

1. Ikon
Ikon adalah tanda yang mirip dengan objek yang ditunjuk; misalnya, gambar pohon adalah ikon karena terlihat seperti pohon. Ikon dapat ditemukan dalam berbagai bentuk, seperti peta, emotikon, dan diagram. Ikon adalah tanda yang mirip dengan objek yang ditunjuk dan mengandalkan kesamaan sebagai bentuk representasi.
2. Indeks
Tanda yang secara kausal terhubung dengan objek yang ditunjuk disebut indeks. Misalnya, asap adalah indeks api karena asap dihasilkan oleh api. Indeks adalah tanda yang memiliki hubungan kausal dengan sesuatu yang lain.
3. Simbol
Tanda yang didasarkan pada kesepakatan atau perjanjian atau konvensi disebut simbol. Sebagai contoh, kata “rumah” adalah simbol untuk konsep tempat tinggal karena kita setuju untuk menggunakan kata tersebut untuk mewakili konsep tersebut. Contoh lainnya bulan dan bintang yang diasosiasikan sebagai Islam di Indonesia. Tanda yang kita anggap sebagai representasi sesuatu yang lain berdasarkan aturan, konvensi, atau kesepakatan
Peirce berpendapat bahwa ikon, indeks, dan simbol tidak eksklusif satu sama lain; banyak simbol dapat memiliki kualitas yang termasuk dalam lebih dari satu kategori. Misalnya, tumpeng dapat berfungsi sebagai ikon karena bentuknya mirip dengan gunung atau sebagai indeks karena menandakan perayaan atau syukuran.
Peirce berpendapat bahwa tanda atau representasi mewakili objek dan menghasilkan interpretan dalam proses signifikasi. Pada gilirannya, interpretasi berubah menjadi representasi baru, yang kemudian membawa objek ke interpretasi baru, dan seterusnya. Jadi, dengan cara ini, klasifikasi tanda triadik Peirce dapat membantu kita memahami cara makna dikomunikasikan.
Selain itu, teori semiotika Peirce memberikan dasar untuk memahami cara tanda digunakan dalam berbagai konteks dan budaya. Kita juga dapat memahami bagaimana makna dapat berkembang seiring waktu. Ini dapat digunakan dalam banyak bidang, termasuk seni, sastra, dan studi media, serta komunikasi, pemasaran, dan bahkan ilmu komputer.
Karena itu, klasifikasi tanda triadik Peirce ikon, indeks, dan simbol memberikan kerangka kerja yang berguna untuk memahami cara kita menggunakan tanda untuk menyampaikan makna dalam komunikasi. Dengan memahami karakteristik setiap jenis tanda, kita dapat lebih baik menganalisis dan menafsirkan tanda dan simbol yang kita lihat dalam kehidupan sehari-hari.
Teori Segitiga Charles
Teori Semiotika Charles Sanders Peirce ini berasal dari bahasa Yunani dengan kata”semeion”, yang berarti tanda. Semiotika adalah bidang ilmu yang mempelajari tanda, termasuk sistem tanda dan bagaimana mereka digunakan. Studi tanda disebut semiotika. Kami menggunakan tanda-tanda sebagai alat untuk mencari jalan di dunia ini, di antara manusia, dan dengan mereka. Sebuah tujuan dari semiotika adalah untuk menyelidiki bagaimana kemanusiaan (humanity) memberikan makna kepada hal-hal (things). Memaknai berarti bahwa objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda (Sobur, 2006 : 15)
Ilmu semiotika menyelidiki tanda-tanda dalam kehidupan manusia. Ini berarti bahwa semua yang ada dalam kehidupan kita dianggap sebagai tanda, atau sesuatu yang harus kita maknai. Analisis semiotika adalah metode analisis, dan ada banyak model pendekatan yang dapat digunakan untuk melakukannya. Analisis semiotika Charles Sanders Peirce, bersama dengan teori segitiga makna yang dia buat, digunakan untuk menganalisis data untuk mengkaji penelitian ini. Peirce menganggap tanda (representasi) sebagai bagian integral dari objek referensinya, serta pemahaman subjek tentang tanda.
Charles berpendapat bahwa teori segitiga makna, atau triangel makna, adalah dasar dari makna. Ada tiga komponen utama, yaitu:
- Tanda, atau tanda, adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indra manusia, termasuk pikiran dan perasaan, dan berfungsi sebagai tanda untuk mewakili suatu entitas tertentu. Menurut Lechte, tanda mewakili sesuatu bagi seseorang dalam lingkup semiotika Peirce. Tanda harus ditafsirkan dan memiliki arti agar dapat digunakan sebagai tanda. Peirce menganggap tanda sebagai bagian integral (bagian yang tidak dapat dipisahkan) dari objek referensinya.
- Objek (objek) adalah situasi sosial yang menjadi referensi tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda (representasi). Materi yang tertangkap oleh panca indra manusia dapat dianggap sebagai objek. Objektif diwakili. Objektif dapat berupa benda nyata, benda yang dapat dikenali secara visual, atau mungkin sekadar imajinasi atau bagian dalam dari kenyataan tanda atau pemikiran.
- Interpretan (interpretant) adalah konsep pemikiran orang yang menggunakan tanda atau bisa dikatakan konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang. Dapat dicontohkan jika objek adalah warna merah dalam bendera merah putih maka representamen adalah keberanian dan interpretan dari warna merah tersebut yakni tak gentar mengambil resiko. (Okke Zaimar, 2008 : 4)
Salah satu metode studi tanda adalah semiotika. Makna yang tersembunyi di balik tanda juga termasuk dalam analisis semiotik. Analisis semiotik berupaya menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi di balik sebuah tanda. Karena sistem tanda sifatnya amat kontekstual dan bergantung pada pengguna tanda tersebut. Pemikiran pengguna tanda merupakan hasil pengaruh dari berbagai konstruksi sosial di mana pengguna tanda tersebut berada (Kriyantono, 2006 : 262).
Peirce membagi tanda dalam perangkat Semiotik menjadi sepuluh jenis, yaitu diantaranya:
Qualisign, yang menunjukkan kualitas sejauh yang dimiliki tanda, seperti kualitas kata-kata yang digunakan bersama tanda tersebut, seperti kata-kata yang keras, kasar, atau lembut.
Iconic Sinsign, yaitu tanda yang memperlihatkan kemiripan. Misalnya, foto dan peta.
Rhematic Indexical Sinsign, yakni tanda berdasarkan pengalaman yang secara langsung menarik perhatian karena kehadirannya disebabkan oleh sesuatu.
Contohnya, bendera tengkorak akan dipasang di pantai yang sering menyebabkan kematian orang saat mandi.
Dicent Sinsign, atau tanda yang berisi informasi Sebagai contoh, rambu hati rawan kecelakaan dipasang di jalan yang rawan kecelakaan.
Dicent Sinsign, atau tanda yang berisi informasi sesuatu. Sebagai contoh, rambu hati-hati rawan kecelakaan dipasang di jalan yang rawan kecelakaan.
Iconic Legisign, yaitu tanda yang menyatakan aturan atau hukum Contoh rambu lalu lintas yang menunjukkan hal-hal yang tidak boleh dilakukan saat berkendara.
Rhematic Indexical Legisign, yakni tanda yang mengacu kepada
objek tertentu, misalnya kata ganti penunjuk. Contohnya adalah gambar pada pintu toilet yang menunjukkan toilet wanita atau pria.
Dicent Indexical Legisign, yakni tanda yang bermakna informasi dan
menunjuk subjek informasi. Sebagai contoh, sirine yang berbunyi pada ambulans menunjukkan bahwa seseorang yang sakit telah dibawa ke rumah sakit.
Rhematic Symbol atau Symbolic Rheme, yakni tanda yang
dihubungkan dengan objeknya melalui asosiasi ide umum. Misalnya, kita
melihat gambar ular. Lantas kita katakan, ular. Mengapa kita katakan
demikian, karena ada asosiasi antara gambar dengan benda atau hewan yang kita lihat yang namanya ular.
Dicent Symbol atau Proposition (Proposisi), adalah tanda yang
langsung menghubungkan dengan objek melalui asosiasi dalam otak. Jika
seseorang berkata, “Masuk!” penafsiran kita langsung berasosiasi pada otak, dan serta merta kita masuk. Padahal proposisi yang kita dengar hanya kata.
Dalam otak kita, kata-kata yang kita gunakan untuk membuat kalimat adalah proposisi yang memiliki makna yang berasosiasi. Seseorang segera mengambil keputusan atau pilihan setelah otak secara otomatis menafsirkan proposal itu.
Argument adalah istilah yang berarti bahwa seseorang bertindak terhadap sesuatu dengan alasan tertentu. Jika seseorang berkata, “Kotor”, mereka melakukannya karena mereka merasa ruangan itu cocok untuk disebut kotor.
Teori Semiotika Tanda sebagai Hubungan Penanda dan Petanda oleh Ferdinand de Saussure

Ferdinand de Saussure, seorang ahli linguistik struktural, menggambarkan tanda sebagai hubungan antara penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah konsep atau makna yang diwakili oleh penanda, sedangkan penanda merujuk pada bentuk fisik tanda, seperti bunyi, kata, atau simbol. Saussure menekankan bahwa hubungan antara penanda dan petanda bersifat arbitrer, artinya tidak ada hubungan alami antara keduanya; sebaliknya, hubungan ini ditentukan oleh kesepakatan sosial dalam sistem tanda. Misalnya, meskipun kata “pohon” sebagai penanda tidak langsung terkait dengan pohon secara fisik, kita memahami hubungan ini melalui konstruksi budaya dan bahasa. Saussure menekankan sifat relasional makna dengan mengatakan bahwa tanda hanya memiliki makna dalam hubungannya dengan tanda lain dalam sistem tertentu.
Perbandingan Teori Semiotika Ferdinand de Saussure dengan Charles Sanders Peirce
Ferdinand de Saussure dan Charles Sanders Peirce memiliki pandangan berbeda tentang tanda yang memengaruhi desain. Saussure fokus pada tanda sebagai hubungan antara penanda dan petanda dalam sistem yang tertutup, yang relevan untuk memahami struktur bahasa dalam desain visual. Sebaliknya, Peirce melihat tanda sebagai bagian dari triadik, yaitu hubungan antara representamen (penanda), objek (apa yang diwakili), dan interpretant (pemahaman tentang tanda).
Pendekatan Peirce lebih fleksibel untuk menganalisis desain, karena ia memasukkan peran interpretasi audiens dalam menciptakan makna. Dalam desain, pendekatan Peirce dapat membantu memahami bagaimana audiens merespons elemen visual, sementara pendekatan Saussure berguna untuk melihat struktur internal desain sebagai sistem tanda. Kedua teori ini saling melengkapi, memberikan wawasan yang mendalam tentang bagaimana tanda bekerja dalam konteks desain.
Teori tanda Saussure dan Peirce memberikan kerangka kerja penting untuk menganalisis makna dalam desain, khususnya dalam memahami hubungan antara elemen visual dan audiens. Saussure menawarkan pendekatan struktural yang berfokus pada hubungan internal antara elemen desain, sedangkan Peirce memperluas analisis dengan menambahkan peran interpretasi dan konteks. Bagi desainer, menggabungkan kedua perspektif ini dapat menghasilkan karya yang komunikatif dan estetis. Dengan memahami bagaimana tanda menciptakan makna, desainer dapat membuat pilihan media visual yang lebih baik untuk menyampaikan pesan.
Penulis:
Santyka Rachmawaty
51922115
DKV 4
Program Studi Desain Komunikasi Visual
Fakultas Desain
Universitas Komputer Indonesia
Referensi:
- Saussure, F. de. (2011). Course in General Linguistics (W. Baskin, Trans.). Columbia University Press.
- Peirce, C. S. (1998). The Essential Peirce: Selected Philosophical Writings (Vol. 1). Indiana University Press.
- Chandler, D. (2007). Semiotics: The Basics (2nd ed.). Routledge.
- Barnard, M. (2005). Graphic Design as Communication. Routledge.
- Resmi, Rizky Pradana. (2021). Analisis Semiotika Makna Motivasi Pada Lirik Lagu “Breath” Karya Lee Hi.
- Saussure, F. de. (2011). Course in General Linguistics (W. Baskin, Trans.). Columbia University Press.
- Sudarsono, Sony Christian. (2023). Ikon, Indeks, dan Simbol dalam Semiotika Peirce. Sastranesia.Id.[online]: https://sastranesia.id/ikon-indeks-dan-simbol-dalam-semiotika-peirce/