Inovasi camilan terus -menerus muncul untuk memenuhi selera komunitas yang beragam, karena dunia kuliner melanjutkan pertumbuhannya yang cepat. Di antara banyak ide yang muncul, terdapat satu nama yang menarik dan menggugah selera: Kriksi, kependekan dari kriuk kriuk pake nasi. Usaha yang dimulai sebagai brand makanan ringan ini tidak hanya menyuguhkan rasa unik, tetapi juga memancarkan semangat kewirausahaan, kreativitas, dan ambisi untuk menjangkau pasar yang lebih luas. Kriksi merupakan merek yang dibangun pada tahun 2022. Konsep dasar yang digunakan sangat sederhana yaitu mengolah kulit dan usus ayam menjadi camilan yang gurih dan renyah, yang dapat dinikmati sebagai snack atau sebagai pelengkap nasi. Dalam kondisi pasar yang semakin terbuka terhadap camilan berbahan hewani, Kriksi melihat peluang besar, terutama di kalangan generasi muda dan keluarga. Camilan gurih yang bisa dinikmati langsung atau sebagai pelengkap makanan menjadi pilihan yang banyak diminati.
Namun, menjalani bisnis yang berbahan kulit dan usus ayam hadir dengan tantangan tersendiri. Kedua bahan tersebut dikenal suli atau tricky, karena mudah bau, cepat rusak dan memerlukan standar kebersihan yang tinggi. Oleh karena itu, sejak awal berdirinya, tim Kriksi menetapkan bahwa kebersihan dan kualitas adalah hal yang utama. Kami menjaga agar semua bahan baku dicuci bersih, diproses dengan higienis, dan menggunakan bahan berkualitas terbaik. Ketelitian menjadi aspek penting dalam proses produksi. Proses pencucian dilakukan berulang kali hingga kulit dan usus benar-benar bersih dan bebas bau. Bahkan sebelum diproses, bahan baku melewati proses sortir untuk memastikan hanya bagian terbaik yang digunakan. Ini bukan hanya soal menjaga kualitas rasa, tetapi juga bentuk tanggung jawab kepada konsumen dalam menjaga standar higienitas produk. Dengan standar ini, Kriksi membangun kepercayaan dari konsumen meskipun masih dalam kategori usaha kecil.
Kriksi tidak lahir hanya karena tuntutan pasar, tetapi juga karena kebutuhan pribadi. Berawal dari hobi ngemil dan keinginan untuk mandiri secara finansial alias banyak uang serta kaya raya, ide Kriksi berkembang menjadi usaha yang menyenangkan dan menjanjikan. Inovasi citarasa menjadi salah satu keunggulan utama. Kriksi menawarkan tiga varian rasa khas Indonesia: original daun jeruk, cabe ijo, dan chili oil. Semua varian ini kami racik sendiri dengan mengangkat cita rasa Nusantara yang kaya akan rempah-rempah dan menggugah selera. Rasa original daun jeruk memberikan sensasi segar yang ringan, cabe ijo memberikan rasa pedas yang khas namun tidak membakar, dan chili oil cocok bagi penggemar rasa pedas gurih yang intens. Hal ini tidak hanya memperkuat karakter produk, tetapi juga menjadi ciri khas yang membedakan Kriksi dari camilan lainnya.
Saat ini, Kriksi masih dijual secara terbatas di daerah rumah produksi dan melalui sistem titip jual di beberapa toko swalayan terdekat. Namun, sambutan dari pasar sangat positif. Produk ini terbukti cepat habis dan menunjukkan bahwa peluang untuk berkembang sangat besar. Oleh karena itu, tim Kriksi mulai merancang strategi untuk memperluas pasar melalui pemasaran digital. Media sosial menjadi saluran utama yang kami gunakan untuk mengenalkan produk kepada audiens yang lebih luas. Dengan konten visual yang menarik, testimoni pelanggan, serta strategi promosi yang tepat, Kriksi ingin membangun merek yang kuat dan dikenal luas.
Selain itu kriksi membuat komitmen dalam konteks pembangunan berkelanjutan, Kriksi juga turut serta mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/ Sustainable Development Goals (SDGs). Paling tidak, usaha ini menyentuh beberapa poin penting dalam SDGs. Misalnya, SDG nomor 1 tentang tanpa kemiskinan dan SDG nomor 8 tentang pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi. Dengan melibatkan warga lokal sebagai pekerja dan mitra usaha, Kriksi menjadi salah satu UMKM bisa berperan langsung dalam menciptakan kesempatan ekonomi.
Dari sisi konsumsi dan produksi, Kriksi mendorong pemanfaatan bahan makanan lokal dengan cara yang bijak, yang selaras dengan SDG nomor 12 tentang konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab. Usaha ini memanfaatkan bagian ayam yang sering diabaikan, meminimalisasi limbah makanan, dan mengolahnya menjadi produk bernilai. Ditambah dengan keseriusan dalam menjaga proses produksi yang sehat dan higienis, Kriksi juga mendukung SDG nomor 3 mengenai kesehatan dan kesejahteraan. Kontribusi lain Kriksi terhadap pembangunan manusia dapat dilihat dari peran usaha ini dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), khususnya dalam dimensi ekonomi dan pendidikan keterampilan. Melalui pelatihan produksi, pengemasan, dan pemasaran yang diberikan kepada anggota tim dan mitra komunitas, Kriksi menjadi ruang edukasi informal yang memperkaya pengetahuan kewirausahaan dan membangun kapasitas generasi muda. Hal ini juga sejalan dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas SDM Indonesia agar siap menghadapi tantangan ekonomi masa depan.
Kriksi mencoba untuk dapat berperan aktif dalam pembangunan ekonomi nasional melalui jalur UMKM. Di tengah isu pengangguran dan ketimpangan pendapatan, usaha seperti Kriksi memberikan harapan. usaha ini tidak hanya menciptakan peluang kerja bagi tim internalnya, tetapi juga membuka kolaborasi dengan peternak ayam lokal, distributor bahan baku, toko kelontong, dan pelaku ekonomi lain yang berada dalam ekosistem produksi dan distribusi.
Selain itu Kriksi memiliki visi yang lebih besar yaitu menjadi bagian dari diplomasi kuliner Indonesia. Kuliner adalah jendela budaya. Melalui makanan, orang dari berbagai negara bisa mengenal lebih dalam tentang nilai-nilai, tradisi, hingga cara hidup suatu bangsa. Kuliner tidak hanya berfokus pada rasa, tetapi juga identitas budaya. Setiap makanan khas yang kami sajikan mengandung cerita tentang asal-usul, tradisi, dan karakter kelompok masyarakatnya. Kriksi membawa misi budaya. Kuliner, seperti yang kita tahu, adalah bagian dari identitas sebuah bangsa. Makanan yang kita sajikan kepada orang lain sering kali menjadi pintu masuk untuk mengenal nilai, tradisi, bahkan cara hidup masyarakatnya. Dalam konteks ini, Kriksi ingin menjadi contoh bagaimana makanan sederhana seperti kulit dan usus ayam dapat diolah menjadi produk berkualitas yang mencerminkan kekayaan budaya Indonesia. Konsep ini berkaitan dengan ide tentang gastrodiplomasi atau diplomasi melalui kuliner. Mary Jo Pham mendefinisikan gastrodiplomasi sebagai “tindakan pemerintah dalam mempromosikan warisan kuliner nasional sebagai elemen dari diplomasi publik untuk meningkatkan visibilitas merek negara, mendorong investasi dan perdagangan, serta menciptakan hubungan budaya dan personal dengan masyarakat di seluruh dunia. ” Meskipun istilah ini sering dihubungkan dengan strategi negara, tetapi gastrodiplomasi juga bisa dilakukan oleh individu, diaspora atau pelaku usaha kecil. Dalam konteks ini, Kriksi tidak hanya berperan sebagai pelaku bisnis makanan, tetapi juga sebagai agen kecil diplomasi kuliner. Konsep ini dikenal sebagai gastrodiplomacy, yakni strategi memperkenalkan makanan lokal sebagai bagian dari diplomasi publik yang lebih luas. Citra Indonesia sebagai negara dengan kekayaan rempah dan keberagaman kuliner bisa diperkuat lewat produk-produk seperti Kriksi yang mengangkat nilai lokal dengan cara modern.
Produk Kriksi yang mengusung rasa khas Indonesia sangat potensial untuk diekspor ke luar negeri, terutama ke negara-negara dengan komunitas diaspora Indonesia yang cukup besar seperti Malaysia, Arab Saudi, Hong Kong, hingga Belanda dan Australia. Selain menjangkau pasar diaspora, Kriksi juga bisa menjadi pintu masuk untuk mengenalkan camilan lokal kepada masyarakat internasional yang tertarik dengan masakan eksotis. Tentunya, untuk menuju tahap ekspor, Kriksi perlu mempersiapkan legalitas, sertifikasi halal dan BPOM, serta kemasan dan branding yang memenuhi standar internasional.
Kriksi menyadari bahwa jalan menuju pasar global bukanlah hal mudah. Namun dengan strategi yang tepat, kolaborasi yang luas, dan semangat yang konsisten, peluang tersebut bukan hal mustahil. Ke depan, Kriksi ingin mengembangkan produk baru, memperluas jaringan distribusi, serta menjalin kerja sama dengan instansi pemerintah maupun swasta untuk memperluas dampak usahanya. Tak hanya itu, Kriksi juga akan terus memperkuat kapasitas tim melalui pelatihan, riset pengembangan rasa, serta standarisasi produksi. Semua langkah ini diambil agar Kriksi tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh sebagai usaha yang memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat dan bangsa.
Tidak hanya berfokus pada aspek produksi, strategi pemasaran, dan ambisi untuk menembus pasar global, Kriksi juga menjadikan keterbukaan terhadap kritik, saran, dan inovasi sebagai salah satu nilai utama dalam perjalanan usahanya. Kami meyakini bahwa pelanggan bukan sekadar konsumen, melainkan juga mitra penting dalam proses pertumbuhan dan penyempurnaan produk. Setiap masukan yang diberikan baik secara langsung, melalui media sosial, maupun dari pengalaman belanja dianggap sebagai aset berharga yang dapat membantu memperbaiki dan mengembangkan Kriksi lebih jauh.
Sebagai wujud dari komitmen ini, tim Kriksi secara rutin melakukan evaluasi menyeluruh terhadap produk dan proses pemasaran. Evaluasi ini mencakup berbagai aspek, mulai dari rasa yang ditawarkan, kualitas kerenyahan, hingga kemasan produk yang menjadi wajah pertama saat konsumen berinteraksi dengan Kriksi. Tak jarang, tim juga mengadakan survei kecil-kecilan untuk mengetahui varian rasa apa yang paling diminati atau apa yang dirasakan kurang oleh pelanggan. Bahkan dalam beberapa kesempatan, ide varian rasa baru lahir dari permintaan konsumen yang merasa penasaran akan kombinasi rasa tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa inovasi dalam Kriksi tidak hanya bersumber dari dapur produksi, melainkan juga dari keaktifan dan keinginan komunitas pelanggan yang terlibat. Di sisi lain, keterbukaan ini juga menjadi ruang belajar yang dinamis bagi tim. Kami belajar memahami selera pasar yang terus berubah, menyadari pentingnya fleksibilitas dalam bisnis, dan semakin menyadari bahwa loyalitas pelanggan bukan hanya dibentuk oleh kualitas produk, tetapi juga dari rasa dihargai dan didengar. Karena itulah, dalam setiap tahap pengembangan usaha, kami selalu berusaha menjadikan suara pelanggan sebagai bahan pertimbangan utama, bukan sekadar formalitas. Dengan prinsip ini, Kriksi tidak hanya bergerak sebagai produsen makanan ringan, tetapi sebagai komunitas kecil yang tumbuh bersama, belajar bersama, dan menciptakan nilai bersama. Budaya mendengarkan dan berinovasi dari masukan pelanggan inilah yang kami yakini akan menjadi fondasi kuat bagi Kriksi dalam menghadapi persaingan bisnis yang semakin kompetitif, sekaligus membangun hubungan yang berkelanjutan dengan para penikmat kriuk-kriuk kami di mana pun berada.
semoga usaha kriski ini akan terus maju dan berkembang yang menjadikan motivasi dan inspirasi bagi kita semua.
– Dibuat oleh : Dina Maulidina_HI2 –
Reference
United Nations. (n.d.). The 17 goals. United Nations Sustainable Development. https://sdgs.un.org/goals
Sari, R. P. (2023). ASEAN dan respon terhadap krisis Myanmar: Studi kasus pasca kudeta militer 2021. Terekam Jejak: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora, 1(1), 51–60. https://journal.terekamjejak.com/index.php/jtj/article/download/26/81/127