KRIKSI: Inovasi Camilan Lokal Melalui Kewirausahaan Digital dan Branding Kreatif

Pendahuluan

Perubahan sosial, ekonomi, dan teknologi yang terjadi dalam dua dekade terakhir telah mendorong transformasi besar dalam dunia kewirausahaan. Salah satu dampak paling nyata dari transformasi ini adalah semakin terbukanya peluang bagi individu, termasuk mahasiswa, untuk menjadi wirausaha mandiri yang kreatif dan berdaya saing. Di tengah krisis ekonomi yang kerap melanda berbagai sektor, kewirausahaan mahasiswa dipandang sebagai solusi alternatif untuk menciptakan lapangan kerja, meningkatkan literasi finansial, serta membangun kemandirian ekonomi sejak usia muda.

Program INBISKOM (Inkubator Bisnis dan Komunikasi) merupakan salah satu program strategis yang digagas oleh Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) untuk mendorong lahirnya mahasiswa-mahasiswa berjiwa entrepreneur. Melalui pendekatan praktis dan terintegrasi, INBISKOM menggabungkan aspek kreatif, teknologi, dan komunikasi dalam proses pengembangan ide bisnis mahasiswa. Dalam program ini, mahasiswa tidak hanya belajar merancang produk, tetapi juga mempraktikkan strategi branding, pemasaran digital, dan business matching secara langsung.

Salah satu produk unggulan yang lahir dari program ini adalah KRIKSI, sebuah camilan berbahan dasar usus dan kulit ayam yang diolah menjadi makanan ringan crispy. KRIKSI bukan hanya representasi dari kreativitas mahasiswa dalam mengolah bahan tradisional menjadi produk bernilai jual tinggi, tetapi juga bukti konkret bahwa inovasi lokal bisa memiliki daya saing jika dibekali strategi yang tepat.

Kewirausahaan: Dari Dapur Tradisional Menuju Industri Kreatif

Ide dasar KRIKSI muncul dari pengamatan terhadap kebiasaan konsumsi masyarakat Indonesia yang menyukai camilan gurih dan renyah. Usus dan kulit ayam, yang biasanya hanya diolah untuk lauk makan rumahan, memiliki potensi besar untuk diangkat sebagai produk camilan jika diproses secara higienis dan dikemas secara menarik. Inilah titik tolak dari konsep KRIKSI.

Dalam proses pengembangan, tim mahasiswa yang tergabung dalam proyek KRIKSI melakukan riset pasar sederhana untuk mengetahui selera konsumen, harga yang kompetitif, dan potensi permintaan. Hasilnya menunjukkan bahwa banyak konsumen menyukai camilan berbasis protein hewani yang crispy dan pedas. Dengan informasi ini, KRIKSI mulai dikembangkan dengan berbagai varian rasa seperti original, balado, barbeque, dan keju pedas.

Proses produksi KRIKSI dilakukan secara manual namun tetap mengutamakan standar sanitasi makanan. Bahan baku dibersihkan dengan air mengalir, direbus untuk menghilangkan bau dan kotoran, kemudian digoreng dengan teknik deep frying menggunakan minyak bersuhu stabil agar teksturnya renyah dan tahan lama. Camilan ini kemudian dikemas dalam kemasan ziplock berbahan food-grade yang menjaga kualitas produk selama masa penyimpanan.

Kegiatan produksi juga memberikan peluang kerja bagi warga sekitar, terutama ibu rumah tangga yang dilibatkan dalam proses pengemasan. Dengan demikian, KRIKSI tidak hanya menjadi sarana belajar bisnis bagi mahasiswa, tetapi juga berkontribusi dalam pemberdayaan masyarakat lokal.

Digital Marketing: Memperluas Jangkauan Pasar

Sejak awal, KRIKSI dirancang sebagai produk yang tidak hanya dijual secara konvensional, tetapi juga dipasarkan melalui kanal digital. Strategi ini sejalan dengan perilaku konsumen modern yang cenderung mencari informasi dan berbelanja secara online. Untuk itu, tim KRIKSI membangun branding melalui akun Instagram, TikTok, dan marketplace seperti Shopee dan Tokopedia.

Di Instagram, KRIKSI menyajikan konten visual yang estetik, mulai dari foto produk, testimoni pelanggan, hingga konten edukatif tentang bahan baku dan proses produksi. Feed Instagram dirancang dengan konsep warna yang konsisten, tone yang ceria, dan gaya bahasa yang dekat dengan anak muda. Hal ini bertujuan untuk membentuk citra brand yang enerjik dan kekinian.

Di TikTok, strategi konten diarahkan pada tren yang sedang populer, seperti video mukbang, ASMR makan camilan kriuk, dan challenge bertema “Makan KRIKSI Tanpa Bunyi”. Video-video ini mampu menjangkau ribuan penonton dalam waktu singkat dan meningkatkan kesadaran merek secara signifikan.

Strategi digital marketing juga dilengkapi dengan penggunaan iklan berbayar (ads) di Instagram dan Facebook dengan targeting berdasarkan usia, lokasi, dan minat. Iklan ini terbukti mampu meningkatkan jumlah pengikut akun dan konversi penjualan di marketplace. Berdasarkan data internal, penjualan meningkat 40% dalam dua bulan pertama setelah kampanye digital marketing dijalankan.

Branding Produk: Identitas yang Melekat di Benak Konsumen

Branding merupakan elemen kunci dalam membangun daya saing produk. Nama “KRIKSI” dipilih karena menggambarkan suara kriuk yang identik dengan tekstur produk, sekaligus mudah diucapkan dan diingat. Logo KRIKSI menggunakan tipografi bold dengan ilustrasi camilan crispy yang menggoda selera.

Kemasan produk juga dirancang agar menarik perhatian konsumen. Dengan warna dominan merah-oranye dan elemen grafis yang mencolok, kemasan KRIKSI menciptakan kesan produk yang berani dan lezat. Selain itu, pada setiap kemasan disertakan QR code yang mengarahkan konsumen ke akun media sosial resmi KRIKSI untuk membangun interaksi lanjutan.

Citra merek KRIKSI dibangun bukan hanya melalui tampilan visual, tetapi juga melalui pengalaman pelanggan. Mulai dari proses pemesanan yang mudah, pengiriman cepat, hingga layanan pelanggan yang responsif—semua dirancang untuk memberikan pengalaman yang menyenangkan dan berkesan. Tagline “Kriuknya Bikin Nagih!” digunakan secara konsisten di seluruh media promosi sebagai identitas verbal yang memperkuat pesan merek.

Business Matching dan P2MW: Menuju Skala Usaha Lebih Besar

Setelah produk KRIKSI berhasil dikenalkan dan diterima pasar, langkah berikutnya adalah melakukan ekspansi skala usaha. Salah satu cara yang ditempuh adalah melalui kegiatan Business Matching yang mempertemukan pelaku bisnis mahasiswa dengan mitra strategis seperti investor, mentor bisnis, dan lembaga pembiayaan.

Dalam sesi Business Matching yang difasilitasi oleh INBISKOM, tim KRIKSI mempresentasikan profil usaha, analisis SWOT, strategi pemasaran, dan proyeksi keuangan kepada panel ahli. Hasilnya, KRIKSI mendapatkan masukan berharga terkait efisiensi produksi, strategi diversifikasi produk, serta peluang kemitraan dengan pelaku bisnis makanan lainnya.

Selain itu, KRIKSI juga mendaftarkan diri dalam Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW) yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek. Program ini memberikan dana hibah, pelatihan intensif, serta pendampingan dari dosen dan praktisi bisnis. Dengan mengikuti P2MW, KRIKSI mendapatkan akses ke jaringan yang lebih luas, termasuk peluang mengikuti pameran kewirausahaan tingkat nasional dan internasional.

Kontribusi terhadap Pemberdayaan dan Keberlanjutan

Lebih dari sekadar bisnis yang berorientasi pada keuntungan, KRIKSI hadir sebagai entitas sosial yang memiliki visi untuk menciptakan dampak positif yang nyata bagi masyarakat dan lingkungan. Sejak awal pendiriannya, KRIKSI telah menjadikan pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu pilar utama dalam operasionalnya. Salah satu langkah konkret yang dilakukan adalah dengan melibatkan masyarakat sekitar, khususnya ibu rumah tangga dan pemuda lokal, dalam proses produksi, pengemasan, hingga distribusi produk. Pendekatan ini tidak hanya membuka lapangan kerja baru, tetapi juga memberikan peluang peningkatan kapasitas dan keterampilan, khususnya dalam bidang kewirausahaan, manajemen usaha kecil, dan pengelolaan rantai pasok.

Melalui pelatihan-pelatihan rutin dan pendampingan yang intensif, KRIKSI membantu masyarakat untuk lebih mandiri dan percaya diri dalam mengelola potensi lokal yang mereka miliki. Selain itu, sistem kerja kolaboratif yang diterapkan juga mendorong terciptanya solidaritas sosial yang kuat di lingkungan sekitar. Hal ini membuktikan bahwa KRIKSI bukan hanya menjadi penggerak ekonomi, tetapi juga agen perubahan sosial yang progresif.

Di sisi lain, kesadaran akan pentingnya keberlanjutan lingkungan juga menjadi bagian integral dari identitas KRIKSI. Dalam proses produksinya, KRIKSI mulai merancang dan menerapkan strategi yang mendukung keberlanjutan lingkungan. Salah satu inisiatif yang tengah dikembangkan adalah penggunaan kemasan ramah lingkungan berbahan dasar daur ulang dan biodegradable. Selain itu, KRIKSI juga mulai mengelola limbah minyak goreng dengan lebih bertanggung jawab, seperti dengan menjalin kerja sama dengan komunitas pengelola limbah atau mendonasikan limbah tersebut untuk diolah kembali menjadi produk turunan seperti sabun atau bahan bakar alternatif.

Langkah-langkah ini dilakukan sebagai wujud nyata dari komitmen terhadap praktik bisnis yang beretika dan berkelanjutan. Tidak hanya memikirkan dampak jangka pendek, KRIKSI berupaya untuk meminimalkan jejak ekologis dari setiap aktivitas bisnisnya.

Lebih jauh, KRIKSI mengadopsi prinsip ekonomi sirkular sebagai dasar dari pengelolaan operasionalnya. Dalam ekonomi sirkular, limbah dianggap sebagai sumber daya baru yang dapat didaur ulang dan dimanfaatkan kembali dalam siklus produksi. Dengan cara ini, KRIKSI berhasil mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku baru dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya secara efisien. Hal ini memberikan nilai tambah tidak hanya secara finansial, tetapi juga dalam aspek lingkungan dan sosial.

Penerapan prinsip ini juga menjadikan KRIKSI sebagai salah satu pionir dalam industri makanan ringan lokal yang berorientasi pada keberlanjutan. Brand ini bukan hanya menjual produk, melainkan menjual nilai—nilai yang mencerminkan kepedulian terhadap bumi dan sesama manusia. Di era ketika konsumen semakin sadar akan pentingnya aspek sosial dan lingkungan dalam keputusan pembelian mereka, positioning KRIKSI sebagai brand yang peduli dan bertanggung jawab menjadi kekuatan kompetitif yang signifikan.

Dengan semua inisiatif ini, KRIKSI tidak hanya membangun bisnis yang menguntungkan, tetapi juga menggerakkan roda sosial dan menjaga harmoni lingkungan. Kontribusinya terhadap pemberdayaan masyarakat dan keberlanjutan lingkungan menjadi bukti nyata bahwa kewirausahaan dapat dijalankan secara inklusif dan etis. Strategi ini memperkuat posisi KRIKSI sebagai role model dalam pengembangan wirausaha muda di Indonesia—wirausaha yang tidak hanya cerdas secara bisnis, tetapi juga peka terhadap kebutuhan sosial dan tanggap terhadap tantangan ekologis yang dihadapi bangsa dan dunia saat ini.

Kesimpulan

KRIKSI adalah representasi dari potensi besar yang dimiliki oleh mahasiswa dalam menciptakan produk unggulan berbasis lokal. Dengan pendekatan yang holistik—mulai dari produksi berkualitas, strategi digital marketing yang efektif, branding yang kuat, hingga pengembangan skala usaha melalui Business Matching dan P2MW—KRIKSI membuktikan bahwa ide sederhana bisa tumbuh menjadi usaha nyata yang berdampak.

Program INBISKOM telah menjadi fondasi penting dalam membentuk pola pikir wirausaha di kalangan mahasiswa. KRIKSI hanyalah salah satu contoh keberhasilan dari program ini, dan masih banyak potensi lain yang dapat digali dari mahasiswa Indonesia jika diberi ruang, dukungan, dan ekosistem yang mendukung.

Dengan visi untuk menjadi ikon camilan lokal masa depan, KRIKSI terus berinovasi, memperluas jaringan, dan menjaga kualitas agar dapat bersaing di pasar yang lebih luas. Semangat kewirausahaan, kolaborasi, dan keberlanjutan yang diusung KRIKSI dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk berani bermimpi, berkarya, dan berkontribusi nyata bagi bangsa.

Daftar Pustaka

  • Wijayanti, A. (2022). Strategi Digital Marketing pada UMKM Kuliner di Era Digital. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan.
  • Kemendikbud. (2023). Panduan Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW).
  • Putri, L., & Ramadhan, T. (2021). Branding Produk UMKM Berbasis Lokalitas. Jurnal Ekonomi Kreatif dan Inovasi.
  • Drucker, P. F. (1985). Innovation and Entrepreneurship. Harper & Row.
  • Sarasvathy, S. D. (2001). Causation and Effectuation: Toward a Theoretical Shift from Economic Inevitability to Entrepreneurial Contingency. Academy of Management Review.