Keterkaitan Arsitektur dan Lingkungan dengan Pendekatan Arsitektur Green Design

Penjelasan keterkaitan antara bangunan dengan keadaan lingkungan sekitar.

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan dan lingkungan binaan. Seorang arsitek akan memikirkan segala aspek dari sebuah bangunan, mulai dari fungsi, estetika, hingga dampaknya terhadap lingkungan sekitar. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar kita, baik itu benda hidup (biotik) maupun benda mati (abiotik), yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Lingkungan mencakup semua komponen fisik, kimia, dan biologis yang membentuk ekosistem tempat kita hidup. Maka dari itu dapat di simpulkan bahwa Arsitektur dan lingkungan adalah dua konsep yang saling berkaitan erat. Arsitektur, sebagai seni dan ilmu dalam merancang bangunan dan lingkungan binaan, memiliki dampak langsung terhadap lingkungan. Sebaliknya, lingkungan juga mempengaruhi bagaimana sebuah bangunan dirancang dan dibangun.

Sering kali perhatian pembahasan terhadap hubungan antara lingkungan dan arsitektur merupakan hal yang penting. Itu karena kondisi lingkungan yang semakin parah, mengakibatkan banyaknya terjadi bencana alam seperti banjir, gempa, longsor (hal tersebut menunjukkan adanya ketidak seimbangan alam), pertumbuhan bangunan-bangunan yang pesat mngakibatkan berkurangnya area hijau, dan area peresapan air, yang mengakibatkan terganggunya
keseimbangan lingkungan, penggunaan sumber daya alam tak tergantikan, timbulnya wabah penyakit. Peranan arsitektur dalam sebuah bangunan sangatlah penting karena arsitektur menggunakan sumber daya alam dalam proses mewujudkan bangunan dan infrastruktur. Arsitektur berperan dalam menjaga manusia / pengguna bangunan /penghuni untuk terhindar atau aman dari bencana (bencana fisik maupun non fisik: kerusakan bangunan akibat gempa, longsor, banjir, kesehatan dan kenyamanan penghuni).

Peranan arsitektur sangatlah penting dalam pembangunan sebuah bangunan karena bangunan dan arsitektur dianggap turut bertanggung jawab terhadap kerusakan alam, Akibat dari kerusakan itu diantaranya:
• Bangunan arsitektur menghabiskan lebih dari 50% sumber daya dunia
• 16% dari sumber daya air tawar
• 30-40% dari semua sumber pasokan energi
• 50% dari semua bahan mentah yang diambil dari permukaan bumi
• 40-50% dari buangan sampah
• 20-30% gas emisi rumah kaca.

Konsep pembangunan berkelanjutan telah menjadi perhatian utama dunia saat ini. Dalam konteks pembangunan fisik, arsitektur green design memainkan peran yang sangat penting. Melalui penerapan prinsip-prinsip ekologi, arsitektur green design bertujuan untuk menciptakan bangunan yang efisien energi, menghemat sumber daya, dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Tulisan ini akan membahas berbagai aspek arsitektur green design, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan, serta manfaatnya bagi masyarakat dan lingkungan.

Ada pula kebutuhan manusia yang di perhatikan dalam bidang arsitektur, diantaranya adalah

  1. Kebutuhan akan subsistensi yang merupakankebutuhan untuk mempertahankan eksistensi dan individualitas pada tatanan fisik maupun psikis.
  2. Kebutuhan akan perkembangan atau pertumbuhan, yaitu kebutuhan untuk mengembangkan potensi yang di miliki.
  3. Kebutuhan akan transendensi, yaitukebutuhan yang mendorong manusia untuk mengatasi individualisnya untuk berkomunikasi dengan orang lain, dengan alam, dengan kekuatan yang mengatasi dirinya, atau dengan yang transenden. Kebutuhan ini juga disebut sebagai kebutuhan akan makna kehidupan.

Pentingnya untuk memperhatikan dan peduli terhadap masalah lingkungan bagi seorang arsitek adalah dengan adanya berbagai masalah yang ada pada lingkungan maka akan ada keterkaitan antara lingkungan dengan bangunan yang akan di buat atau di rancang, diantaranya:
1. Iklim, fenomena Perubahan iklim: Perubahan suhu terjadi secara global, Perubahan iklim global mempengaruhi pola hidup penduduk bumi, Iklim makro maupun iklim mikro berubah.
2. Kondisi Lingkungan
Pemanfaatan lingkungan secara berlebihan mengakibatkan kerusakan habitat manusia dan mahluk hidup lain, Pemanfaatan hutan tropis secara berlebihan berpengaruh terhadap penurunan kadar CO2 secara global (Perdagangan karbon, protokol Kyoto), Alih fungsi lahan hutan lindung menjadi ladang sayur, kebun berpotensi menimbulkan bencana.
3. Bencana
Bencana alam semakin berat akibat degradasi lingkungan, Pembangunan fisik di lahan berpotensi bencana gempa, tsunami, longsor, banjir, letusan gunung dsb, Keamanan dari ancaman orang (crime) atau binatang buas (hutan tempat hidup).
4. Menurunnya kualitas hidup manusia
Berkurang sumber air bersih dan energi, Pengelolaan sampah yang kurang disadari masyarakat, Menurunnya ketersediaan udara bersih (cukup oksigen, rendah polutan seperti CO2, SO2, NOx), Menurunnya kualitas makanan yang layak (cukup nutrisi, sehat (tidak terkontaminasi, diproduksi secara alamiah / non biotek, penggunaan pupuk organik), Menurunnya kondisi tempat tinggal yang nyaman secara fisik dan psikis yaitu memenuhi persyaratan spasial, visual, audial, termal, aman dari bencana alam.

Bangunan memberi kontribusi terhadap kerusakan lingkungan, oleh karena itu upaya untuk mengurangi kerusakan lingkungan adalah melalui rancang bangun yang tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Tanggung jawab arsitek adalah menggabungkanberagam solusi bangunan ramah lingkungan. Seluruh fase dalam siklus hidup bangunan pada (tahap persiapan, perencanaan dan perancangan, pelaksanaan, sampai tahap demolisi atau pembongkaran) menerapkan prinsip bangunan hijau, yaitu prinsip ramah lingkungan baik lingkungan ruang dalam mamupunruangluar bangunan. Perancangan harus didasarkan pada: prinsip– prinsip bangunan yang berkelanjutan dan ekologis. Pembangunan dan pemanfaatan teknologi material hijau Kriteria bangunan yang memiliki kriteria tinggi.

Arsitektur yang tanggap lingkungan adalah suatu teknologi yang merupakan kemampuan suatu budaya tertentu untuk mengadaptasi dan memanfaatkan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pendekatan arsitektur yang sadar lingkungan tentunta akan memperhatikan faktor-faktor:
1. Lahan / site dan lingkungan (pengelolaan tapak)
2. Efisiensi penggunaan air
3. Efisiensi penggunaan energi
4. Penggunaan material ramah lingkungan dan sumbernya
5. Kualitas pengudaraan dan pencahayaan dalam bangunan
6. Pengelolaan limbah (padat, cair)
7. Inovasi dalam proses perancangan
8. Sertifikasi bangunan

Pendekatan Arsitektur Green Design dapat di lakukan melalui berbagai cara, diantaranya:
1. Meminimalisir perolehan panas matahari langsung
2. Tanggap terhadap iklim
3. Memaksimalkan pelepasan panas bangunan
4. Meminimalisir radiasi panas dari matahari dari atap ke plafond
5. Hindari radiasi matahari masuk ke bangunan atau mengenai bidang kaca
6. Memanfaatkan radiasi matahari tidak langsung untuk penerangan alami
7. Mengoptimalkan ventilasi silang
8. Penyesuaian warna sehingga tidak memberikan tambahan hawa panas terhadap bangunan
9. Rancangan ruangan luar
10. Mengutamakan kemiringan jalur relative datar.

Berikut merupakan unsur-unsur untuk penerapan Green Design terhadap bangunan:
1. Efisiensi energi
Penggunaan energi terbarukan seperti panel surya dan turbin angin. Isolasi bangunan yang baik untuk mengurangi kehilangan panas atau dingin. Sistem pencahayaan alami dan ventilasi yang optimal. Penggunaan peralatan hemat energi.
2. Penggunaan material ramah lingkungan
Material daur ulang atau material alami yang mudah terurai. Cat dan bahan bangunan yang rendah VOC (Volatile Organic Compounds). Kayu bersertifikat dari hutan yang dikelola secara berkelanjutan.
3. Pengelolaan air
Sistem penampungan air hujan untuk keperluan non-potable. Penggunaan tanaman yang tahan kekeringan untuk mengurangi kebutuhan penyiraman. Perangkat hemat air pada toilet dan keran.
4. Pengelolaan limbah
Sistem pemilahan sampah dan daur ulang. Penggunaan kompos untuk menyuburkan tanaman. Minimisasi penggunaan bahan sekali pakai.

Manfaat dari bangunan arsitektur yang menerapkan arsitektur green design:
1. Melindungi Lingkungan: Mengurangi emisi karbon, konsumsi energi, dan limbah.
2. Meningkatkan Kesehatan: Menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan nyaman.
3. Menghemat Biaya: Penggunaan energi yang efisien dapat mengurangi tagihan listrik dan perawatan.
4. Meningkatkan Nilai Properti: Bangunan hijau umumnya memiliki nilai jual yang lebih tinggi.

Contoh bangunan yang menerapkan prinsip green design:
1. Conserving Energy (Hemat Energi)
2. Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami)
3. Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan)
4. Menggunakanmaterial lokal dan material yang tidak merusak lingkungan.
5. Respect for User
6. Limitting new resources
7. Holistic

Maka dari itu dapat di simpulkan bahwa Keterkaitan Arsitektur dan Lingkungan dengan Penerapan Arsitektur green design adalah pendekatan perancangan bangunan yang mengutamakan keberlanjutan lingkungan. Konsep ini mengintegrasikan prinsip-prinsip ekologi ke dalam setiap tahap pembangunan, mulai dari perencanaan hingga operasional. Tujuan utamanya adalah menciptakan bangunan yang efisien energi, ramah lingkungan, dan memberikan kualitas hidup yang lebih baik bagi penghuninya.

Penerapan green design dalam bangunan melibatkan berbagai aspek, seperti:
1. Efisiensi Energi: Meminimalkan penggunaan energi melalui isolasi yang baik, penggunaan energi terbarukan, sistem pencahayaan alami, dan ventilasi alami.
2. Penggunaan Material Ramah Lingkungan: Memilih material bangunan yang berkelanjutan, mudah didaur ulang, dan berasal dari sumber daya lokal.
3. Pengelolaan Air: Mengoptimalkan penggunaan air melalui sistem penampungan air hujan, penggunaan tanaman yang tahan kekeringan, dan perlengkapan hemat air.
4. Pengelolaan Limbah: Meminimalkan produksi limbah bangunan dan mengelola limbah secara bertanggung jawab.
5. Kualitas Udara Dalam Ruangan: Menciptakan lingkungan dalam ruangan yang sehat dengan menggunakan material bangunan yang tidak beracun dan memastikan sirkulasi udara yang baik.

Manfaat penerapan green design:
1. Memperkuat ketahanan terhadap perubahan iklim: Bangunan hijau lebih tahan terhadap dampak perubahan iklim seperti kenaikan suhu dan banjir.
2. Melindungi lingkungan: Mengurangi emisi karbon, konsumsi energi, dan limbah.
3. Meningkatkan kesehatan: Menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan nyaman bagi penghuni.
4. Menghemat biaya: Penggunaan energi yang efisien dapat mengurangi biaya operasional bangunan.
5. Meningkatkan nilai properti: Bangunan hijau umumnya memiliki nilai jual yang lebih tinggi.

Tantangan dalam penerapan green design:
1. Kurangnya kesadaran: Masih banyak pihak yang belum memahami pentingnya green design dan manfaatnya.
2. Biaya awal yang lebih tinggi: Penerapan green design seringkali membutuhkan investasi awal yang lebih besar dibandingkan dengan bangunan konvensional.
3. Keterbatasan teknologi: Tidak semua teknologi yang dibutuhkan untuk green design sudah tersedia secara luas dan terjangkau.