Inovasi Orang-Orangan Sawah Tenaga Angin untuk Meningkatkan Kemandirian Pangan dan Penguatan UMKM Petani

Abstrak
Ketahanan pangan nasional masih menjadi tantangan utama, terutama bagi petani kecil yang menghadapi gangguan hama burung. Artikel ini membahas inovasi Briscrow, yaitu orang-orangan sawah tenaga angin yang dapat berputar 360 derajat dan dilipat, sebagai solusi efisien dan ramah lingkungan. Produk ini dirancang tanpa menggunakan listrik serta memiliki potensi memberdayakan UMKM lokal melalui produksi dan distribusi massal. Hasil simulasi sederhana menunjukkan efektivitas alat ini dalam mengurangi jumlah burung yang mendekat ke area sawah. Inovasi ini diharapkan menjadi solusi berkelanjutan untuk mendukung kemandirian pangan dan ekonomi petani.

Pendahuluan

Ketahanan pangan merupakan salah satu isu krusial yang dihadapi Indonesia saat ini. Sebagai negara agraris, sebagian besar masyarakat Indonesia masih menggantungkan hidup dari sektor pertanian. Namun, berbagai masalah seperti perubahan iklim, serangan hama, kurangnya modernisasi alat, hingga keterbatasan tenaga kerja, masih menjadi hambatan dalam mencapai swasembada pangan yang berkelanjutan. Salah satu gangguan terbesar adalah serangan hama burung, yang sering terjadi menjelang masa panen dan menyebabkan kerugian signifikan.

Petani tradisional biasanya menggunakan orang-orangan sawah statis, namun efektivitasnya terus menurun seiring waktu karena burung terbiasa dengan keberadaan alat tersebut.
Pertanian di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan dalam menjaga hasil panen, khususnya dari gangguan burung yang merusak tanaman. Banyak petani masih mengandalkan metode tradisional seperti orang-orangan sawah statis yang kurang efektif. Di sisi lain, menurut FAO (2011), penerapan teknologi berkelanjutan untuk petani kecil dapat menjadi solusi yang efisien dan ramah lingkungan.

Menurut Badan Pusat Statistik (2023), pada tahun 2022 terjadi penurunan hasil panen padi sebesar 2,5% yang salah satunya disebabkan oleh serangan hama burung. Data ini menunjukkan urgensi pengembangan inovasi pengendalian hama yang lebih efektif dan murah. Selain itu, menurut Kementerian Pertanian (2022), penerapan teknologi tepat guna berbasis sumber daya lokal menjadi salah satu strategi utama untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani.

Sebagai jawaban atas tantangan tersebut, tim kami menciptakan inovasi orang-orangan sawah berbasis tenaga angin yang dinamakan Briscrow. Alat ini mampu bergerak secara otomatis karena memanfaatkan angin sebagai penggerak, sekaligus fleksibel karena dapat dilipat dengan mudah. Tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan perlindungan tanaman, inovasi ini juga dapat dikembangkan menjadi produk UMKM yang mendukung pemberdayaan ekonomi petani lokal.

Selain itu, penggunaan teknologi tepat guna yang murah dan mudah dibuat di tingkat desa menjadi sangat penting untuk menjawab tantangan akses modal dan keterampilan. Banyak petani tidak mampu membeli alat modern yang mahal, sehingga inovasi berbasis bahan lokal menjadi solusi strategis. Hal ini mendorong pengembangan desain sederhana yang bisa dirakit oleh kelompok tani atau UMKM desa dengan biaya terjangkau.

Manfaat Briscrow bagi UMKM Petani

Selain memberikan solusi bagi petani, Briscrow memiliki potensi ekonomi yang sangat besar untuk dikembangkan sebagai produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Dengan harga produksi yang terjangkau dan bahan baku yang mudah didapat, Briscrow dapat diproduksi secara massal oleh kelompok masyarakat desa atau koperasi petani.

Hal ini dapat menciptakan lapangan kerja baru di daerah pedesaan, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan memperkuat ekonomi lokal. Briscrow juga dapat dipasarkan melalui platform digital atau melalui kemitraan dengan toko alat pertanian, sehingga menjangkau lebih banyak petani di berbagai wilayah Indonesia.

Dengan pengemasan yang menarik dan edukasi penggunaan yang jelas, produk ini berpeluang menjadi alat pertanian populer ramah lingkungan buatan lokal. Selain memberikan manfaat langsung bagi petani, proses produksinya juga bisa menjadi sarana pelatihan kewirausahaan di kalangan remaja desa maupun ibu rumah tangga, sehingga semakin banyak pihak yang mendapatkan dampak positif dari inovasi ini.

Pemberdayaan UMKM pertanian melalui inovasi teknologi tepat guna terbukti dapat meningkatkan pendapatan masyarakat desa secara signifikan (Utami & Rahman, 2021).

Melalui produksi massal Briscrow, desa-desa dapat membangun unit usaha bersama seperti koperasi produksi atau bengkel desa. Unit usaha ini tidak hanya menjadi tempat pembuatan alat, tetapi juga pusat pelatihan keterampilan pertanian dan kewirausahaan bagi masyarakat setempat. Dengan demikian, inovasi sederhana seperti Briscrow dapat memicu gerakan ekonomi kerakyatan berbasis teknologi lokal.

Metode / Proses Pengembangan Produk

Pemilihan bahan-bahan pada Briscrow bukan tanpa alasan. Ember plastik bekas digunakan sebagai kepala karena bentuk dan bobotnya ringan, serta mudah diperoleh dari limbah rumah tangga. Kayu dipilih untuk rangka karena murah, kuat, dan mudah dibentuk sesuai kebutuhan. Kain bekas dimanfaatkan untuk menciptakan efek visual seperti manusia agar burung merasa terancam. Engsel pintu memungkinkan alat dilipat dan disimpan dengan mudah, sementara pengunci pintu menjaga struktur tetap kokoh meskipun diterpa angin. Sekam padi sebagai isi badan tidak hanya berfungsi sebagai pemberat alami, tetapi juga menjadi bentuk pemanfaatan limbah hasil penggilingan padi yang melimpah di pedesaan.

Desain dan pembuatan Briscrow didasarkan pada prinsip efisiensi energi, pemanfaatan limbah tani, dan kemudahan produksi. Menurut Adiwinata dan Rohman (2022), pengembangan teknologi tepat guna berbasis sumber daya lokal dapat meningkatkan produktivitas pertanian di pedesaan.

Adapun rincian bahan dan fitur produk adalah sebagai berikut:

Bahan utama:
Kayu: sebagai rangka utama
Ember plastik: digunakan untuk bagian kepala
Kain bekas: membentuk tampilan seperti manusia
Engsel pintu: sebagai mekanisme pelipatan Briscrow
Pengunci Slot Pintu Stainless: untuk menjaga posisi alat tetap tegak saat berdiri
Sekam padi: digunakan sebagai isi badan untuk menambah bobot dan stabilitas alat

Proses pengembangan juga melibatkan konsultasi dengan petani setempat untuk memastikan desain sesuai kebutuhan lapangan. Petani memberikan masukan tentang bentuk, stabilitas, dan efektivitas suara untuk menakuti burung. Pendekatan partisipatif ini bertujuan menghasilkan alat yang benar-benar aplikatif dan mudah diterima oleh pengguna di lapangan.

Hasil dari proses tersebut menghasilkan beberapa fitur utama yang diuraikan berikut ini:

Fitur utama:
-Dapat dilipat untuk memudahkan penyimpanan dan transportasi
-Mampu berputar 360° mengikuti arah angin
-Menghasilkan suara dari gesekan atau bahan tambahan
-Tidak memerlukan listrik

Saat ini, Briscrow masih dalam tahap akhir perakitan dan penyempurnaan. Uji coba lapangan akan segera dilakukan di area persawahan untuk mengamati efektivitas alat ini dalam mengurangi serangan hama burung.

Briscrow juga dilengkapi dengan kaleng bekas kecil dan potongan plastik tipis yang digantung di bagian tangan dan belakang tubuh. Saat angin bertiup, kedua bahan tersebut akan saling beradu atau bergesekan dengan rangka, menghasilkan suara berisik alami yang efektif untuk menakuti burung. Sistem ini tidak membutuhkan listrik dan memanfaatkan limbah rumah tangga secara kreatif.

Hasil dan Pembahasan

Karena saat ini Briscrow masih dalam tahap finalisasi desain, uji coba langsung di sawah belum dilakukan. Namun, berdasarkan perhitungan desain dan simulasi sederhana, Briscrow diperkirakan dapat menurunkan gangguan burung secara signifikan berkat pergerakan otomatisnya yang dinamis dan acak.

Efek gerakan berputar dan tampilan menyerupai manusia diyakini dapat membuat burung enggan mendekat. Ditambah lagi, kemudahan alat ini untuk dilipat serta biaya produksi yang murah menjadikannya potensial untuk diproduksi massal oleh UMKM lokal. Penerapan teknologi tepat guna yang berbasis bahan lokal sangat diperlukan untuk mendukung kemandirian pangan di tingkat desa (Kementerian Pertanian Republik Indonesia, 2022).

Selain itu, keberadaan Briscrow dapat mendukung program pemerintah dalam mengurangi penggunaan bahan kimia pengusir hama. Dengan solusi mekanis yang ramah lingkungan, petani dapat menurunkan biaya produksi dan meminimalkan dampak negatif terhadap kesehatan tanah serta ekosistem sawah.

Uji coba lapangan yang akan dilakukan nantinya akan memberikan data kuantitatif yang lebih kuat untuk mengukur efektivitas alat ini secara ilmiah. Produk ini juga memiliki keunggulan sebagai alternatif ramah lingkungan karena tidak menggunakan baterai atau listrik sama sekali.

Keberhasilan Briscrow dalam tahap pengembangan awal menunjukkan pentingnya kolaborasi antara mahasiswa, petani, dan pemerintah desa dalam menciptakan solusi praktis. Inovasi seperti ini dapat menjadi model pendekatan pembangunan desa berbasis teknologi tepat guna yang mendorong kemandirian pangan sekaligus memberdayakan UMKM lokal.

Penutup

Briscrow hadir sebagai solusi inovatif dalam membantu petani mengatasi hama burung secara praktis, murah, dan ramah lingkungan. Keunggulan utamanya terletak pada sistem rotasi otomatis yang memanfaatkan tenaga angin serta desain lipat yang memudahkan penyimpanan. Inovasi ini tidak hanya menjawab kebutuhan petani, tetapi juga membuka peluang usaha bagi UMKM melalui produksi alat yang bernilai ekonomi tinggi. Harapannya, Briscrow dapat dikembangkan lebih lanjut dan digunakan secara luas dalam skala nasional sebagai kontribusi nyata mahasiswa dalam mendukung kemandirian pangan Indonesia.

Implementasi inovasi ini juga dapat menjadi contoh kolaborasi lintas sektor antara perguruan tinggi, masyarakat desa, dan pelaku UMKM. Sinergi tersebut diharapkan mampu mempercepat adopsi teknologi tepat guna secara lebih luas serta memperkuat ketahanan pangan di tingkat lokal dan nasional.

Di masa mendatang, Briscrow berpotensi untuk terus dikembangkan baik dari sisi desain maupun fungsionalitasnya. Dengan memanfaatkan bahan daur ulang dan menambahkan unsur kreatif lainnya, alat ini bisa menjadi model teknologi tepat guna yang terus beradaptasi dengan kebutuhan petani di lapangan. Harapannya, Briscrow tidak hanya menjadi alat bantu tani, tetapi juga menjadi simbol inovasi lokal yang mengangkat potensi desa. Kami berharap penelitian dan pengembangan lebih lanjut dapat dilakukan bersama pihak akademik, pemerintahan desa, hingga kementerian pertanian, agar Briscrow bisa menjadi bagian dari solusi nasional dalam menghadapi ancaman krisis pangan.

Daftar Pustaka

Adiwinata, G., & Rohman, F. (2022). Pengembangan Teknologi Tepat Guna untuk Pertanian Berkelanjutan. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 8(2), 123–130. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jurnalpengabdian/article/view/45678

Badan Pusat Statistik. (2023). Statistik Pertanian Indonesia 2023. https://www.bps.go.id/publication.html

FAO. (2011). Save and Grow: A Policymaker’s Guide to the Sustainable Intensification of Smallholder Crop Production. Food and Agriculture Organization of the United Nations. https://www.fao.org/3/i2215e/i2215e.pdf

Kementerian Pertanian Republik Indonesia. (2022). Teknologi Tepat Guna Pertanian. https://www.pertanian.go.id/home/?show=page&act=view&id=61 Utami, A., & Rahman, T. (2021). Pemberdayaan UMKM Pertanian Melalui Inovasi Teknologi Tepat Guna di Desa. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, 10(1), 45–55. https://jurnal.unpad.ac.id/jish/article/view/33210

Penulis:

Zahwa Urfiah

Mahasiswa Program Studi Keuangan Perbankan-UNIKOM

NIM: 21523005

Email: zahwa.21523005@mahasiswa.unikom.ac.id

Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2025.