INFLUENCER SEBAGAI AKTOR POLITIK BARU: ANALISIS DISKURSUS DI INLUENCER MELALUI MEDIA SOSIAL

Muhammad Setiawan Ichsan 44319018

Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah secara signifikan merubah cara masyarakat berinteraksi dan berpartisipasi dalam proses politik. Media Sosial, sebagai salah satu inovasi terbesar di era digital, telah menjadi platform utama bagi individu untuk berbagi informasi, berpendapat dan terlibat dalam diskusi publik. Dalam fenomena ini muncul sosok yang dikenal sebagai influencer-individu yang memiliki pengaruh signifikan terhadap audiens mereka melalui konten yang mereka buat dan bagikan. Influencer tidak lagi hanya berperan dalam industri pemasaran, tetapi juga sudah memasuki ranah politik sebagai aktor baru yang mampu mempengaruhi opini publik dan memobilisasi tindakan sosial.

Peran influencer dalam politik mencerminkan perubahan besar dalam paradigma komunikasi politik tradisional. Jika sebelumnya partisipasi politik sering diwakili oleh tokoh-tokoh formal seperti politisi atau aktivis atau pemimpin organisasi, kini influencer hadir sebagai pemain non-konvensional yang memanfaatkan platform digital untuk menjangkau audiens luas tanpa batasan geografis. Mereka menggunakan gaya komunikasi yang menarik, personal, dan mudah dipahami, sehingga dapat menjangkau generasi muda yang mungkin tidak tertarik pada bentuk komunikasi politik konvensional. Hal ini menunjukan bahwa influencer memiliki potensi untuk menjadi jembatan antara isu-isu politik yang kompleks dan masyarakat umum. Dengan pendekatan ini, influencer menjadi jembatan yang menghubungkan isu-isu politik yang kompleks dengan masyarakat umum, membantu menyederhanakan dan mempopulerkan narasi politik melalui media sosial.

Fenomena ini dapat dilihat dari berbagai gerakan sosial yang dipopulerkan oleh influencer di media sosial. Salah satu contoh nyata dari fenomena ini adalah gerakan sosial yang dipelopori oleh influencer di media sosial. Kampanye-kampanye seperti #BlackLivesMatter dan #FreePalestine menunjukan bagaimana influencer dapat memobilisasi dukungan untuk isu-isu penting dan mendorong partisipasi aktif dari masyarakat. Di Indonesia, fenomena serupa juga dapat dilihat dalam gerakan-gerakan yang berkaitan dengan pemilu dan isu-isu kebijakan politik, dimana influencer menggunakan platform mereka untuk menyebarkan informasi, mengedukasi audiens dan mendorong keterlibatan politik. Dengan demikian, influencer tidak hanya sebagai penyampai informasi tetapi juga sebagai agen perubahan sosial.Dalam konteks ini, influencer tidak hanya bertindak sebagai penyampai informasi, tetapi juga sebagai agen perubahan sosial yang dapat memengaruhi opini publik dan mendorong tindakan kolektif.

Namun, peran influencer dalam politik menghadapi berbagai tantangan dan kritik. Salah satu isu utama adalah potensi penyebaran disinformasi dan hoaks yang dapat merusak integritas informasi di media sosial. Ketika influencer menyebarkan informasi tanpa verifikasi yang memadai, hal ini dapat menimbulkan kebingungan di kalangan masyarakat dan mengancam proses demokrasi. Selain itu, ada pernyataan etis mengenai tanggung jawab influencer dalam menyampaikan informasi yang akurat dan relevan serta dampak dari pengaruh mereka terhadap perilaku pemilih.Pengaruh besar yang dimiliki influencer terhadap audiens mereka juga menimbulkan kekhawatiran tentang manipulasi opini publik, terutama ketika mereka memanfaatkan platform mereka untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu tanpa mengungkapkan afiliasi politik secara jelas.

Artikel ini bertujuan untuk menganalisis peran influencer sebagai aktor politik baru melalui pendekatan diskursif di media sosial tertentu. Fokus penelitian ini adalah menggali strategi komunikasi yang digunakan oleh influencer untuk menyampaikan pesan-pesan politik, membentuk narasi, dan memengaruhi pandangan publik terhadap isu-isu penting. Melalui analisis mendalam, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan tentang dinamika baru dalam komunikasi politik serta implikasinya terhadap partisipasi masyarakat dan proses demokrasi di era digital. Dengan menggali strategi komunikasi yang digunakan oleh influencer dalam menyampaikan pesan-pesan politik, penelitian ini mengungkap bagaimana mereka membentuk narasi dan mempengaruhi pandangan publik terhadap isu-isu penting. Melalui analisis mendalam ini, diharapkan makalah ini dapat memberikan wawasan tentang dinamika baru dalam komunikasi politik serta implikasinya terhadap partisipasi masyarakat dan proses demokrasi di era digital ini. Dengan memahami fenomena ini, kita dapat mengevaluasi secara kritis peran influencer dalam membangun ruang diskursus politik yang sehat, inklusif, dan bertanggung jawab.

Di era gpobalisasi ini Informasi dapat tersebar dengan cepat je berbagai belahan dunia sehingga menciptakan dunia yang saling terhubung, Dengan adanya kemajuan teknologi yang semakin canggih sehingga melalui  berbagai platfrom mefia sosia para infividu atau influencer dapat menarik perhatian masyarakat atau audiens dengan jumlah besar berbeda dengan pada zaman media tradisional. Dengan adanya berbagai platfrom meria sosial seperti youtube,instagram,tiktok, serta twitter menjadikan influencer dari berbagai latar belakang memanfaatkan pengaruh media tersebut untuk membangun citranya serta pengaruhnya. Dimana dengan citra dan pengaruh yang dibangun untuk menarik perhatian masyarakat influencer berperan sebagai aktor non-pemerintah yang dapat mempengaruhi opini masyarakat, perilaku para konsumen, dan keputusan dari politik dengan luas. (Freberg, Graham, McGaughey, & Freberg (2011))

Influencer sendiri tidak hanya sekedar membuat konten di media sosial akan tetapi sebagai sarana dalam menyebarkan wacana serta nilai dari budaya untuk menggerakkan norma yang ada di dalam masyarakat serta dapat menjadi peratara untuk menyebarkan informasi guna menghubungkan komunikasi di antara kelompok sosial yang terpisah serta dengan adanya jarak geografis dan budaya. Menurut Arvidsson dan Caliandro (2016).

Kemajuan teknologi digital telah mengubah cara masyarakat berkomunikasi, berbagi informasi, dan berpartisipasi dalam politik secara signifikan di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Salah satu aktor baru yang menjadi bagian dari dinamika ini adalah influencer, yang tidak hanya memainkan peran sebagai pembentuk opini dalam isu-isu sosial tetapi juga dalam wacana politik. Melalui media sosial, mereka menggunakan kekuatan pengaruhnya untuk menjangkau audiens dalam skala besar dengan cara yang cepat dan efektif. Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran strategis influencer sebagai aktor politik baru, dengan memeriksa cara mereka membangun komunikasi, menciptakan narasi politik, dan memengaruhi diskursus politik yang berkembang di ruang digital.

Influencer memegang posisi strategis dalam menjembatani kesenjangan komunikasi antara elite politik dan masyarakat umum. Berbeda dengan politisi tradisional yang sering kali menggunakan pendekatan formal dan birokratis, influencer menawarkan komunikasi yang lebih santai, relatable, dan berbasis pengalaman pribadi. Pesan-pesan mereka dirancang untuk lebih dekat dengan kebutuhan dan aspirasi audiens, sehingga menciptakan rasa kepercayaan yang lebih besar. Di Indonesia, influencer kerap menjadi motor penggerak partisipasi politik, seperti mendorong pemilih pemula untuk menggunakan hak suaranya atau mempromosikan agenda politik yang relevan dengan isu-isu terkini. Dengan demikian, mereka mampu menginspirasi dan menggerakkan kelompok masyarakat yang sebelumnya mungkin apatis terhadap politik.

Media sosial telah melahirkan para influencer yang dinilai mampu berpengaruh terhadap penyebaran informasi dan pesan secara digital. Influencer dapat memberikan dampak bagi para pengikutnya melalui unggahan foto dan electronic word of mouth yang mereka sampaikan di media sosial. Hal ini yang kemudian memberikan dampak pada perkembangan pola komunikasi di masyarakat karena dukungan teknologi. Influencer sering kali memuat narasi politik yang berakar pada isu-isu yang relevan dengan pengikutnya, seperti kesetaraan sosial, keberlanjutan lingkungan, dan tantangan ekonomi. Mereka menggunakan gaya komunikasi yang emosional, narasi personal, serta bahasa sehari-hari untuk menciptakan keterlibatan yang mendalam. 

Konten yang dihasilkan, baik berupa video, unggahan, atau siaran langsung, tidak hanya mendorong diskusi di ruang komentar tetapi juga memicu tindakan nyata, seperti partisipasi dalam kampanye atau gerakan sosial tertentu. Dengan begitu, diskusi yang mereka bangun sering kali menjadi katalis bagi perubahan sosial yang lebih besar.

Perkembangan influencer sebagai aktor non-pemerintah di era globalisasi menunjukkan bagaimana kemajuan teknologi dan media sosial telah menghasilkan kekuatan baru dalam masyarakat. Dengan kemampuan komunikasi mereka, pengaruh berperan sebagai agen perubahan dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi. Namun, karena kekuatan mereka yang besar, penting untuk terus mengevaluasi dampak sosial dan etis dari keberadaan mereka untuk memastikan bahwa peran mereka digunakan untuk kebaikan bersama.