Ikatan Masyarakat dan Suling Tambur di Raja Ampat

Sejarah & Asal – usul Suling Tambur

Suling Tambur merupakan kombinasi alat musik tradisional yang unik dari Raja Ampat menggabungkan suling (flute bambu) dengan tambur, sejenis tifa (gendang besar). Musik kolaboratif ini lahir dari proses akulturasi budaya : pengaruh migrasi masyarakat dari Maluku, Sulawesi Tenggara, dan misionaris Kristen ke wilayah pesisir Papua sejak abad ke-19 dan awal abad ke-20 .

https://westpapuavoice.ac/social-culture/raja-ampat-identity-in-the-suling-tambur-musical-instrument/

Instrumen tambur umumnya berbentuk tifa ukuran besar, dahulu menggunakan kulit ikan pari atau hiu, namun kini lebih umum memakai kulit kambing atau rusa, dibentuk di atas batang kayu kokoh tertentu . Pembuatan suling dari bambu memerlukan keahlian tinggi, setiap lubang harus presisi agar menghasilkan nada yang harmonis .

Menurut Senaman (2024), makna utamanya bukan sekedar musik suling tambur adalah doa dan pujian, khususnya di konteks keagamaan termasuk penyembahan dan gaya hidup Kristen masyarakat pesisir papua.

https://westpapuavoice.ac/social-culture/raja-ampat-identity-in-the-suling-tambur-musical-instrument/

Peran Sosial & Religi

Dalam masyarakat Suku Betew di pesisir Wejim, suling tambur memainkan peran ritual dalam kehidupan gereja. Menanamkan nilai solidaritas, kebersamaan, dan spirit religius https://repository.uksw.edu//handle/123456789/35439. Musik ini selalu hadir dalam :

  1. Upacara adat (pernikahan, kelahiran, kematian)
  2. Ibadah keagamaan (gereja, syukuran menjelang Natal dan Tahun Baru)
  3. Doa bersama atau sebagai pengiring doa para orang tua saat mengiring anak-anak bermain .

Pada acara kematian, misalnya, suling tambur dimainkan agar “jiwa dikawal menuju tempat yang terbaik”, sebagaimana diyakini masyarakat setempat.

https://westpapuavoice.ac/social-culture/raja-ampat-identity-in-the-suling-tambur-musical-instrument/

Evolusi Festival : Dari Lokal hingga Rekor Dunia

  • Awal menyelenggara

Pemda Raja Ampat mulai menginisiasi “Festival Suling Tambur” sejak 2017, rotasi di setiap distrik Waisai, Kabare, Pam, Wejim, hingga kembali ke Waisai pada 2022.

  • Rekor MURI

Festival kelima (2022) di pantai Waisai Torang Cinta berhasil memecahkan Rekor MURI untuk “Festival Suling Tambur dengan grup terbanyak”, dihadiri 25 grup, masing – masing sekitar 25 orang, total 625 pemain.

Wabup Orideko Burdam mengatakan rekor tersebut menunjukan dedikasi Pemkab dalam melestarikan budaya dan menjadikanya bagian dari Calendar of Event Indonesia.

  • Festival 2023

Tahun berikutnya tetap semarak 24 grup dari seluruh distrik ikut meramaikan acara, dibuka ole Wakil Bupati bersama Gubernur Papua Barat Daya, digabung Festival Pesona Bahari Raja Ampat, lengkap dengan lomba jalan santai, kuliner, tarian yosim pancar, hingga pemeran kerajinan tangan lokal.

https://www.infopublik.id/kategori/nusantara/788668/raja-ampat-gelar-festival-pesona-raja-ampat-dan-festival-suling-tambur-2023/

Tema Lagu & Elemen Musik Suling Tambur

Festival Suling Tambur tidak hanya menampilkan perpaduan alat musik, tetapi juga mengusung tema-tema luhur dan syair lokal yang mencerminkan harapan masyarakat. Lagu-lagu seperti “Aku Papua” sering menjadi penutup atau pengantar, mengajak warga dan wisatawan menyatu dalam semangat kebangsaan dan kebanggaan lokal.

https://en.wikipedia.org/wiki/Southwest_Papua/

Mayoritas lagu dalam festival bersifat ritmis, bergelombang, dan menggunakan pola ulang-alik antara suling dan tambur. Beberapa tema lokal seperti permintaan restu, syair doa, hingga ajakan gotong royong dibawakan dengan komposisi vokal ringan atau mayoret sebagai pemimpin ritme dan koreografi .

Spotlight Busana : Warna, Bahan, dan Karya Lokal

Festival Suling Tambur bukan hanya soal musik, tetapi juga busana tradisional : peserta mengenakan pakaian dari kulit kayu, daun sagu, kulit gamutu, serta aksesoris dari kerang, bunga, ukiran flora & fauna.

Ketua Panitia Apolos Bedes menjelaskan nilai strategis, karena menggairahkan regenerasi budaya di kalangan anak muda dari SD – SMA, melindungi nilai lokal dari derasnya arus globalisasi teknologi.

https://www.infopublik.id/kategori/nusantara/689581/festival-suling-tambur-raja-ampat-dorong-kemajuan-dan-regenerasi-budaya-daerah/

Gotong Royong & Ekonomi Lokal

Festival dilengkapi dengan lapak UMKM/kerajinan tangan : mahkota kulit kayu, gelang, noken, kalung kerang, ukiran. Bahkan dijajakan hingga investor digandeng, kata Wakil Bupati Orideko.

Pemkab mendorong pembentukan BUMDes untuk pengumpulan, pameran, dan pemasaran produk lokal ditargetkan menambah pendapatan peserta dan komunitas setempat.

Kreasi Tiap Distrik : Identitas lewat Kostum & Tarian

Setiap distrik di Raja Ampat tampil dengan identitas budaya unik, tercermin dari kostum dan tarian :

Jumlah peserta terus bertambah: tahun 2023 tercatat ada 24 grup distrik, sementara 2022 sempat memecahkan Rekor MURI dengan 25 grup masing-masing terdiri dari 14 peniup suling, 1 suling kepala, dan 10 penabuh tambur. https://papuabarat.antaranews.com/berita/23945/festival-suling-tambur-raja-ampat-pecahkan-rekor-muri/

Struktur & Mekanisme Festival

AspekRincian
ParadeGrup dari distrik mengarak musik di jalan utama menuju Pantai WTC, menampilkan harmonisasi tari dan alat
PenilaianMeliputi teknik suling & tambur, keharmonian, koreografi, busana, serta mayoret (pemimpin)
Prosesi adatTarian ritual, doa bersama, prosesi adat seperti adat pernikahan dan syukuran
Pameran lokalStand UMKM/kerajinan, kuliner, pelibatan pengrajin lokal
Hiburan lainnyaLomba yosim pancar, senam kreatif, lomba kuliner, atraksi budaya lainnya

Mekanisme dan Penilaian Kompetisi

Festival berjalan selama sekitar 4 hari, dengan alur sebagai berikut:

  1. Parade pembukaan dengan pawai musik keliling kota dari Pantai Waisai Torang Cinta sejauh ± 5 km.
  2. Tarian kolosal pembuka dan penutup, menampilkan puluhan penari yosim pancar dan suling tambur bersama.
  3. Lomba musik dan koreografi tampil di panggung utama, dengan juri profesional menilai aspek :
    • Kekompakan irama suling–tambur
    • Teknik bermain dan harmoni
    • Kreativitas mayoret (gerakan/peluit/foto/fkoreo)
    • Estetika kostum & ritme tarian
  4. Pameran budaya & UMKM kuliner lokal, dengan bazaar suvenir seperti noken, ukiran kayu, dan kerajinan kulit kayu serta cenderamata laut .
  5. Lomba tambahan seperti yosim pancar, senam kreasi, dan videografi budaya pengunjung
  6. Pengumuman pemenang + hadiah uang: juara utama, harapan I (Misool Timur dapat Rp 25 juta), dan doorprize lainnya

https://eventdaerah.kemenparekraf.go.id/cerita-ken/cerita/festival-pesona-raja-ampat/

Dampak Luas : Budaya, Sosial, Pariwisata

  1. Pelestarian budaya
  2. Penguatan identitas & solidaritas komunitas
    • Festival jadi ajang silaturahmi antar distrik/kampung
    • Musik/tarian membangun kebersamaan dan rasa bangga pada akar budaya
  3. Peningkatan ekonomi berbasis budaya
    • Produk lokal muncul di event : dipromosikan ke investor & wisatawan
  4. Wisata budaya
    • Festival jadi daya pikat wisatawan dibungkus jadi rangkaian Festival Pesona Bahari.
    • Lebih banyak kedatangan turis dan kunjungan media lokal/nasional

Studi Sosiologis & Teologis

Studi kualitatif di Universitas Kristen Satya Wacana mengenai suku Betew di Wejim menyimpulkan: suling tambur bukan sekadar alat musik, tetapi ritus sosial dan religius menumbuhkan nilai hidup bergereja seperti solidaritas dan kebersamaan dalam iman.

https://repository.uksw.edu//handle/123456789/35439/

Partisipasi Wisatawan : Ikut dan Merasakan Sendiri

Wisatawan bisa ikut dari berbagai jalur :

  • Menjadi audiens: Gratis di lokasi Pantai Waisai, tapi bisa naik kapal wisata atau menggunakan paket tur yang mencakup akses VIP serta workshop pengenalan alat musik
  • Workshop budaya: Beberapa paket tur lokal menawarkan belasan juri dan pemain senior mengajarkan teknik dasar suling-tambur, koreografi mayoret, bahkan pembuatan alat dari bambu dan kayu.
  • Ritual parade: Wisatawan VIP atau peserta domestik diperbolehkan bergabung sementara dalam barisan parade dengan atribut festival tertentu set lahir koswira, peluit mini, dan kostum ala mayoret (dapat disewa juga).
  • Pameran UMKM: Pengunjung dapat membeli dan mencoba baju adat, aksesoris, serta mencicipi kuliner setempat, disamping menyaksikan demonstrasi langsung pembuatan suvenir dan ukiran lokal

https://melanesiatimes.com/2023/10/18/festival-suling-tambur-dan-festival-pesona-bahari-raja-ampat-dibuka-dengan-gema-tambur/

Dampak bagi Masyarakat, Budaya & Pariwisata

Pelestarian Budaya & Regenerasi

  • Inklusivitas usia SD hingga SMA menciptakan regenerasi praktis tradisi—anak-anak jadi pewaris budaya sejak dini .
  • Festival menjadi identitas, bukan sekadar lomba: “bukan sekedar mencari juara, tapi menghargai nilai budaya kita” kata Bupati AFU.

https://papua-barat.wahananews.co/utama/bupati-afu-festival-suling-tambur-bukan-sekedar-festival-melainkan-menghargai-nilai-budaya-ls15Wd0i2v/

Ekonomi Kreatif

  • Stand UMKM dan bazaar menghidupkan ekonomi lokal, sekaligus menarik investor baru
  • Pemerintah dorong pembentukan BUMDes sebagai platform pemasaran dan branding budaya

Pariwisata & Branding Daerah

  • Festival terintegrasi dengan Festival Pesona Bahari (setiap Oktober), menarik wisatawan hiburan, spiritual, dan alam terbuka

https://melanesiatimes.com/2023/10/18/festival-suling-tambur-dan-festival-pesona-bahari-raja-ampat-dibuka-dengan-gema-tambur/

  • Momentum acara dijadikan alat mempromosikan Raja Ampat sebagai geopark dunia (UNESCO) dan destinasi budaya

https://www.infopublik.id/kategori/nusantara/788668/raja-ampat-gelar-festival-pesona-raja-ampat-dan-festival-suling-tambur-2023/

Solidaritas & Identitas Komunitas

  • 24 distrik bersaing fair namun lebih jauh menumbuhkan solidaritas, sinergi pelestarian budaya, serta memperkuat ikatan daerah .

Tantangan & Prospek Masa Depan ( Peluang )

Standarisasi budaya : Agar festival tetap otentik, butuh pengawasan Pemda untuk menjaga kualitas kostum, lirik, dan elemen ritual.

Mempertahankan keautentikan
Risiko komersialisasi bisa mengubah esensi budaya; perlu regulasi kuat dari Pemda terhadap standar kualitas dan tata tampil.

Pengembangan BUMDes : UMKM perlu difokuskan agar berdampak ekonomi nyata.

    Internasionalisasi festival : Potensi membuka registrasi grup mancanegara, lomba antar budaya Pasifik, atau pertukaran performa.

    Pendidikan resmi : Memasukkan suling tambur ke kurikulum muatan lokal di sekolah dasar hingga menengah.

    Pemberdayaan ekonomi
    Optimalisasi BUMDes menjadi platform merek lokal, expo, dan peluang pemasaran online.

    Jangkauan internasional
    Peluang disasarkan jadi event regional/global misalnya lomba suling tambur peserta Mancanegara, festival budaya Pasifik.

    Inovasi pendidikan budaya
    Pengajaran suling tambur bisa masuk kurikulum sekolah setempat sebagai mata pelajaran muatan lokal.

    Kesimpulan & Ajakan

    Festival Suling Tambur di Raja Ampat tidak hanya menjadi festival musik, tetapi:

    • Ritual spiritual: sebagai bentuk syukur, doa, dan ikatan religius.
    • Pameran budaya hidup: dari suling tambur ke kostum unik dan tarian distrik.
    • Motor ekonomi budaya: dari UMKM hingga pariwisata kreatif.
    • Pemersatu sosial: menyatukan para pemuda, orang tua, dan pengunjung dalam kebersamaan budaya.

    Penutup : Lebih dari Alunan Musik

    Suling Tambur di Raja Ampat adalah jantung kehidupan pesisir. Memadukan elemen adat, religius, hiburan, dan gotong royong. Dari acara kecil ke ritual adat hingga festival masif mencapai rekor dunia, ia mencerminkan :

    • Spiritualitas : musik sebagai doa dan pujian
    • Identitas : alat penguat kebersamaan komunitas
    • Ekonomi : jembatan kreativitas ke kesejahteraan
    • Pelestarian budaya : regenerasi nilai budaya lokal

    Event tahunan seperti Festival Pesona Bahari dan kolaborasi Pemda Sekolah UMKM semakin membuka banyak wajah budaya Raja Ampat kepada dunia, sekaligus menumbuhkan rasa memiliki terhadap warisan leluhur.