Festival Matsuri: Perayaan Musim dan Tradisi Lokal di Jepang

Matsuri adalah festival yang menjadi bagian integral dari budaya Jepang, mencerminkan nilai-nilai spiritual dan tradisional masyarakat. Festival ini tidak hanya menjadi ajang perayaan, tetapi juga merupakan kesempatan bagi komunitas untuk berkumpul dan merayakan berbagai aspek kehidupan, mulai dari panen hingga penghormatan kepada dewa-dewi lokal.

Pengertian Matsuri

Matsuri (祭り) dalam bahasa Jepang berarti festival atau perayaan. Istilah ini merujuk pada berbagai jenis perayaan yang diadakan di seluruh Jepang, sering kali berkaitan dengan musim tertentu, panen, atau ritual keagamaan. Matsuri biasanya melibatkan prosesi, tarian, musik, dan berbagai kegiatan lainnya yang melibatkan masyarakat setempat.

Sejarah Matsuri

Matsuri memiliki akar sejarah yang dalam, berawal dari praktik keagamaan yang dilakukan untuk menghormati dewa-dewi dalam kepercayaan Shinto. Sejak zaman kuno, masyarakat Jepang percaya bahwa dewa-dewi bersemayam dalam berbagai elemen alam. Oleh karena itu, matsuri diadakan sebagai ungkapan syukur dan permohonan untuk perlindungan serta keberuntungan.

Festival pertama yang tercatat adalah Gion Matsuri di Kyoto, yang dimulai pada abad ke-9 sebagai upacara untuk mengusir penyakit. Seiring berjalannya waktu, matsuri berkembang menjadi perayaan yang lebih besar, melibatkan komunitas dan menampilkan berbagai aspek budaya Jepang.

Jenis-Jenis Matsuri

Matsuri dapat dibedakan berdasarkan musimnya, tema yang dirayakan, serta lokasi penyelenggaraannya. Berikut adalah beberapa kategori utama dari festival matsuri:

  1. Matsuri Musim Panas

Musim panas adalah waktu yang paling ramai untuk matsuri di Jepang. Banyak festival diadakan dengan suasana meriah dan penuh warna. Beberapa festival musim panas yang terkenal antara lain:

  • Gion Matsuri (Kyoto)

Gion Matsuri adalah salah satu festival terbesar dan paling terkenal di Jepang yang diadakan setiap tahun selama bulan Juli di Kyoto. Festival ini memiliki sejarah lebih dari 1.100 tahun dan merupakan warisan budaya yang terus dirayakan oleh masyarakat Kyoto dengan penuh antusiasme dan kebanggaan. Dengan latar belakang historis yang kaya, ritual yang sakral, dan pawai yang meriah, Gion Matsuri menarik wisatawan dari berbagai penjuru dunia yang ingin menyaksikan keunikan budaya Jepang dari dekat.

Baca Selengkapnya Tentang Gion Matsuri

  • Awa Odori (Tokushima)

Awa Odori adalah festival tarian terbesar di Jepang yang diadakan di Tokushima setiap bulan Agustus. Festival ini telah ada sejak abad ke-16 dan menarik ribuan penari dan penonton setiap tahunnya. Awa Odori dikenal dengan tarian yang enerjik dan kostum berwarna-warni. Penari, yang terdiri dari berbagai kelompok, menari sepanjang jalan dengan irama musik tradisional yang dimainkan dengan shamisen, taiko, dan shinobue. Awa Odori bukan hanya tentang menari, tetapi juga tentang kebersamaan dan kegembiraan yang dirasakan oleh semua peserta dan penonton.

Baca Selengkapnya Tentang Awa Odori

  • Nebuta Matsuri (Aomori)

Festival Nebuta Aomori adalah festival api yang mewakili Jepang. Bersama dengan Festival Akita Kanto dan Festival Tanabata Sendai, ini disebut sebagai salah satu dari tiga Festival Tohoku. Nebuta yang glamor akan memikatmu saat berjalan-jalan di kota.

Festival Nebuta Aomori diadakan di Prefektur Aomori yang masuk dalam wilayah Tohoku. Berlangsung selama 6 hari dari 2 Agustus hingga 7 Agustus setiap tahun. Akar dari Festival Nebuta Aomori dimulai pada awal tahun 1700-an. Konon, itu dimulai dengan berjalan dan menari dengan lentera yang meniru Festival Neputa Hirosaki.

Kemudian, dari akhir tahun 1800-an diubah menjadi festival dengan kendaraan hias yang membawa boneka besar bernama Nebuta, dan Haneto yang melompat dan menari.

Bintang terbesar dari Festival Nebuta Aomori adalah Nebuta. Ia adalah boneka besar dengan bola lampu dan lampu fluorescent berbentuk kawat dan benang dan direntangkan dengan kertas. Desainnya bervariasi tergantung pembuatnya, dengan motif seperti legenda Jepang dan Cina, tokoh sejarah, Kabuki (pertunjukan klasik Jepang), dewa dan mitos.

Ukuran maksimalnya adalah lebar 9 meter, tinggi 5 meter, dan kedalaman 7 meter termasuk troli tempat boneka diletakkan. Kamu akan dibuat kewalahan oleh kemegahannya.

Selain itu, pemandangan Nebuta yang diterangi mewarnai kota malam sangat menawan. Wajah boneka, anggota badan, dan pola kimono yang digambar dengan tinta dihiasi dengan pencahayaan, dan kamu dapat menghargai karya yang menakjubkan.

Panduan Lengkap Festival Nebuta Aomori

  1. Matsuri Musim Dingin

Festival musim dingin sering kali berkaitan dengan perayaan Tahun Baru atau acara terkait salju. Contohnya:

  • Sapporo Snow Festival

Sapporo Snow Festival adalah festival salju yang paling ditunggu-tunggu oleh siapa pun yang berada di Jepang. Bahkan, turis asing pun tak segan-segan untuk terbang ke Hokkaido pada saat festival ini berlangsung. Maka dari itu, tidak heran kalau festival ini mampu menyedot perhatian setidaknya 2 juta pengunjung setiap tahunnya!

Saking besarnya festival ini, acaranya diadakan di berbagai area di Sapporo, yakni di Taman Odori, Susukino dan Tsudome. Konsep acara dan jenis patung salju yang dipamerkan di ketiga area ini pun berbeda-beda. Untuk lebih detilnya, berikut penjelasan untuk masing-masing area:

  1. Area Taman Odori

Di Taman Odori, kita akan dimanjakan dengan lebih dari 100 buah patung  salju dan es dari berbagai ukuran. Yang membedakan patung salju dan es adalah bahan dasar patungnya. Patung salju dibuat dengan cara membentuk tumpukan salju asli. Sementara, patung es dibuat dari balok-balok es. Ukuran terbesar dapat mencapai tinggi 15 meter, Patung-patung raksasa di area ini biasanya berbentuk bangunan-bangunan yang terkenal di Jepang atau manca negara. Dapat pula karakter atau event yang sedang hits di tahun itu.

Patung Hatsune Miku!

Selain terhibur dengan patung-patung raksasa, kita juga bisa menonton pertandingan snow-board secara live! Melihat aksi para atlet snow board yang melayang-layang dan kemudian meluncur di jalur salju, bikin deg-degan sekaligus takjub.

Arena Snow Board

Dan yang menjadi highlight dari semua atraksi yang ada di area Taman Odori. Video mapping di salah satu karya yang dipersembahkan oleh tim dari India. Tema yang diangkat adalah ceritera mengenai burung phoenix yang sedang mengembangkan sayapnya.

  1. Area Tsudome

Tsudome adalah tempat di mana anak-anak dan orang dewasa dapat menikmati bermain salju. Di area outdoor terdapat banyak atraksi, seperti perosotan salju, snow raft (rafting boat yang ditarik oleh snow mobile), labirin salju, dan lain-lain. Ketika masuk ke bagian indoor, kita akan disambut dengan stand-stand kuliner khas Hokkaido. Selain itu, ada juga stage event, Fuwa-Fuwa (arena bermain yang terbuat dari balon), dan banyak atraksi lainnya. Karena bermain salju di Tsudome bisa membuat pakaian jadi basah, kami menyarankan Anda untuk menyiapkan atasan dan bawahan yang hangat.

Baca Selengkapnya Sapporo Snow Festival

Festival Kamakura yang diadakan di Kota Yokote, Prefektur Akita, adalah tradisi yang berlangsung selama 450 tahun, menampilkan keindahan musim dingin di negara salju Jepang. Tanggal 15 Januari, menurut kalender bulan, adalah akhir dari liburan Tahun Baru, dan Dewa Air Shinto diabadikan di pondok salju (kamakura). Anak-anak masuk ke dalam kamakura dan menghidangkan amazake (anggur beras manis) serta mochi (kue beras kenyal) kepada tamu. Keindahan kamakura yang mengambang di kegelapan sangat fantastis.

Kamakura, gubuk salju yang diterangi oleh pencahayaan oranye, menghiasi lapangan bersalju. Di dalamnya, anak-anak yang mengenakan mantel tradisional akan memberi tahu Anda, “Haitte tanse (silakan masuk).” Ketika Anda memasuki kamakura, pertama-tama Anda harus memberikan persembahan kepada altar, tempat Dewa Air Shinto diabadikan. Anak-anak akan melayani Anda dengan amazake dan yakimochi (kue beras panggang). Anda dapat menghabiskan waktu bersama anak-anak sambil menghangatkan tangan Anda di atas anglo hibachi, momen ini persis seperti dalam cerita lama. Orang-orang mulai membuat kamakura pada akhir Januari. Pada awal Februari, Anda dapat melihat proses pembuatan kamakura.

  1. Matsuri Musim Semi dan Musim Gugur

Hanami adalah tradisi Jepang dalam menyambut musim semi. Hanami merupakan singkatan dari “Hana wo miru”, Juga dikenal sebagai “festival bunga sakura”.

Hanami sudah lama berada di Jepang. Hanami adalah salah satu acara Musim Semi yang paling populer. kebiasaan ini sudah dijalankan sejak periode Nara, pada awalnya dulu orang jepang melakukan hanami dengan melihat bunga plum, namun pada periode Heian, bunga Sakura menjadi lebih menarik untuk dilihat dan dinikmati ketika melakukan Hanami.

Bunga sakura awalnya digunakan untuk mengecek hari berkumpul tahunan dan musim berkembangnya padi. Orang Jepang mempercayai Essence of God di pohon ceri dan memberikan kontribusi. Kemudian orang Jepang akan minum untuk merayakannya.

Hanami pada awalnya terbatas pada ujung atas kekaisaran, namun seiring berjalannya jaman Hanami atau festival bunga sakura ini dinikmati oleh seluruh orang.

perayaan ini dilakukan pada akhir bulan maret hingga bulan mei, dan berlangsung selama beberapa hari hingga berminggu-minggu.

ada beberapa jenis bunga sakura yang mekar ketika musim semi,

pertama ada Someiyoshino, yaitu jenis bunga sakura yang paling banyak terlihat di Jepang. Bunga ini merupakan jenis bunga sakura yang dikembangkan di Tokyo sekitar tahun 1860

kedua adalah Satozakura. Bunga ini disebut juga Yaezakura karena kelopak bunganya yang bertumpuk-tumpuk. Dibandingkan dengan Someiyoshino, waktu mekar Satozakura lebih lambat. Untuk wilayah Tokyo dan sekitarnya diperkirakan akan mekar sekitar pertengahan hingga akhir bulan April.

dan yang terakhir adalah  Shidarezakura. Bunga ini mekar dalam keadaan batang cabangnya menggantung ke bawah. Bunga ini dapat tumbuh dalam jangka panjang, waktu mekarnya 1 bulan lebih cepat daripada Someiyoshino.

Jidai Matsuri adalah festival yang diadakan setiap tahun pada tanggal 22 Oktober, sebagai peringatan berdirinya Kyoto. Festival ini biasanya terdiri dari parade besar yang diadakan dengan berjalan dari Istana Kekaisaran ke Kuil Heian. Jidai Matsuri adalah bahasa Jepang untuk “Festival”.  Ada sekitar 2000 peserta yang mengikuti festival.

Jidai Matsuri diadakan oleh Kuil Heian. Festival serta kuil ini sendiri didirikan pada tahun 1895 untuk merayakan sejarah dan budaya Kyoto. Beberapa tahun sebelumnya pada tahun 1868, ibu kota negara Jepang dipindahkan ke Tokyo setelah berada di Kyoto selama lebih dari seribu tahun. Meskipun sejarahnya singkat, Jidai Matsuri adalah salah satu dari tiga festival paling terkenal di Kyoto. Selain itu ada juga festival lainnya seperti Gion Matsuri yang diadakan pada bulan Juli dan Aoi Matsuri pada bulan Mei setiap tahunnya.

 peserta kehormatan festival, termasuk gubernur prefektur Kyoto, walikota dan ketua dewan kota

Di dalam parade festival ini ditampilkan berbagai karakter dan kostum dari tokoh yang terkenal dalam sejarah Jepang yang panjang (sekitar 1100 tahun). Dimana Kyoto merupakan ibu kota nasional Jepang sebelum akhirnya pindah ke Tokyo. Prosesi ini dibagi-bagi menjadi era sejarah dan kemudian dipisahkan lagi menjadi tema, yang kesemuanya ada sekitar dua puluh bagian.

Yang menempati urutan pertama adalah karakter dari Restorasi Meiji pada tahun 1868, yang kemudian dilanjutkan dengan perjalanan sejarah ke jaman dahulu hingga awal Periode Heian pada tahun 781.

Di bagian paling depan pawai ini biasanya ditempati oleh komisioner kehormatan festival yang menunggangi kereta kuda dengan gaya pertengahan 1800-an. Para komisaris tersebut terdiri dari tokoh-tokoh seperti gubernur Prefektur Kyoto, walikota Kota Kyoto dan ketua dewan kota. Turut dimeriahkan juga oleh penampilan marching band dengan drum dan seruling. Kemudian ada juga tentara yang akan bertarung dengan pasukan kekaisaran, serta beberapa tokoh paling terkenal di era itu, seperti Sakamoto Ryoma.

Kelompok marching band yang berasal dari masa restorasi Meiji.

Struktur dan Kegiatan dalam Matsuri

Setiap matsuri memiliki struktur dan kegiatan uniknya sendiri. Meskipun bervariasi dari satu festival ke festival lainnya, beberapa elemen umum sering ditemukan:

  • Mikoshi: Kuil miniatur portabel yang dipercaya membawa dewa selama perayaan. Mikoshi biasanya diarak oleh peserta festival melalui jalanan.
  • Parade: Banyak matsuri menampilkan parade besar dengan kereta hias (floats) yang dihias indah dan penampilan seni tradisional seperti tarian dan musik.
  • Makanan Tradisional: Selama festival, berbagai stan makanan menyediakan kuliner khas Jepang seperti yakisoba (mi goreng), takoyaki (bola-bola gurita), dan okonomiyaki (pancake gurih).

Makna Budaya Matsuri

Matsuri bukan hanya sekadar perayaan; mereka juga mengandung makna budaya yang dalam. Beberapa nilai penting yang terkandung dalam matsuri meliputi:

  • Kebersamaan: Matsuri menjadi ajang bagi masyarakat untuk berkumpul dan merayakan bersama, memperkuat ikatan sosial antarwarga.
  • Pelestarian Tradisi: Melalui matsuri, generasi muda belajar tentang budaya dan tradisi nenek moyang mereka.
  • Spiritualitas: Banyak festival mengandung unsur spiritualitas, di mana masyarakat berdoa untuk kesehatan, keselamatan, dan keberuntungan.

Dampak Ekonomi dari Matsuri

Festival matsuri juga memiliki dampak ekonomi yang signifikan bagi daerah penyelenggara. Dengan menarik wisatawan domestik maupun internasional, matsuri membantu meningkatkan pendapatan lokal melalui sektor pariwisata. Beberapa dampak ekonomi dari matsuri meliputi:

  • Peningkatan Kunjungan Wisatawan: Festival menarik ribuan pengunjung setiap tahun, memberikan peluang bagi bisnis lokal seperti hotel, restoran, dan toko suvenir.
  • Penciptaan Lapangan Kerja: Persiapan dan pelaksanaan festival menciptakan lapangan kerja sementara bagi penduduk setempat.
  • Promosi Budaya Lokal: Matsuri membantu mempromosikan budaya lokal kepada pengunjung luar daerah atau negara lain.

Kesimpulan

Festival matsuri merupakan cerminan kekayaan budaya Jepang yang tidak hanya menawarkan hiburan tetapi juga mengedukasi masyarakat tentang nilai-nilai tradisional. Dengan keunikan masing-masing festival yang mencerminkan sejarah dan kebudayaan lokal, matsuri menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan serta sarana bagi masyarakat untuk merayakan kehidupan bersama.

Menghadiri matsuri adalah pengalaman tak terlupakan bagi siapa saja yang ingin merasakan langsung keindahan tradisi Jepang sambil menikmati suasana ceria penuh warna dari setiap perayaan. Bagi para pengunjung yang tertarik dengan budaya Jepang, tidak ada cara yang lebih baik untuk memahami masyarakatnya selain melalui partisipasi dalam festival-festival ini

Pages: 1 2