Sekilas Permasalahan
Setiap hari, kita menghasilkan sampah. Mulai dari bungkus makanan ringan, sisa makan siang, botol plastik bekas minum, hingga baterai habis. Sayangnya, kebanyakan dari kita masih membuang semua jenis sampah ke satu tempat yang sama.
Fakta dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa sekitar 60% sampah di Indonesia belum dipilah. Padahal, pemilahan sampah dari sumbernya sangat penting untuk mempermudah daur ulang dan mencegah pencemaran lingkungan.
Melihat masalah ini, kami dari Tim PKM-KC Universitas Komputer ingin menawarkan sebuah solusi berbasis teknologi yang praktis, edukatif, dan ramah lingkungan. Solusi itu adalah ECOBIN.
Apa Itu ECOBIN?
ECOBIN adalah sebuah tempat sampah pintar berbasis Internet of Things (IoT) yang dirancang untuk memilah sampah secara otomatis berdasarkan jenisnya: organik, anorganik, dan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
Konsep ECOBIN kami ajukan dalam program PKM-KC (Karsa Cipta) tahun 2025, dan berhasil mendapat pendanaan. Sejak saat itu, kami mengembangkan ide ini hingga menjadi sebuah prototipe yang siap diuji di lingkungan masyarakat.
Komponen dan Cara Kerja ECOBIN
ECOBIN bekerja dengan menggabungkan beberapa komponen utama sebagai berikut:
- Sensor Warna dan Berat
Untuk membaca jenis sampah berdasarkan warnanya (contohnya, sisa makanan biasanya gelap dan berat) dan bobotnya (plastik cenderung ringan). - NodeMCU ESP8266
Mikrokontroler ini berfungsi sebagai otak sistem. Ia menerima data dari sensor dan mengirimkan sinyal ke motor untuk membuka kompartemen yang sesuai. - Motor Servo Otomatis
Motor ini mengarahkan sampah ke ruang yang tepat (organik, anorganik, atau B3). - Modul IoT
Modul ini menghubungkan ECOBIN dengan dashboard digital untuk memberikan notifikasi jika tempat sampah penuh dan memantau statistik pemakaian. - Panel Surya atau Baterai Isi Ulang
Sebagai sumber energi alternatif, terutama saat ECOBIN ditempatkan di luar ruangan.
Eksperimen dan Hasilnya
Setelah pengembangan produk selesai, kami melakukan uji coba lapangan selama 3 minggu. Lokasi pengujian mencakup lingkungan kampus dan pemukiman warga.
Tujuan Uji Coba:
- Mengukur akurasi pemilahan sampah
- Melihat ketahanan sistem dalam penggunaan sehari-hari
- Mengetahui respon dan kemudahan penggunaan oleh masyarakat
Hasil Uji Coba:
Parameter | Hasil Eksperimen |
---|---|
Akurasi Pemilahan Sampah | ±85% – Sudah cukup baik untuk tahap awal |
Waktu Respon Sistem | ±2,5 detik dari deteksi hingga kompartemen terbuka |
Penggunaan Harian | ±65 kali pemakaian per hari, tanpa kendala berarti |
Daya Tahan Energi | 2 hari nonstop dengan baterai penuh, lebih lama dengan panel surya |
Respon Pengguna | Positif – pengguna merasa terbantu dan tertarik dengan teknologinya |
Selain hasil teknis, kami juga mendapat insight dari pengguna yang mengatakan bahwa ECOBIN sangat membantu edukasi anak-anak dalam memilah sampah. Banyak warga juga tertarik karena ECOBIN memberikan pengalaman yang berbeda dibanding tempat sampah konvensional.
Kendala dan Solusi
Dalam proses pembuatan dan uji coba, tentu ada beberapa tantangan yang harus kami hadapi, antara lain:
Sensor Tidak Akurat di Malam Hari
Solusi: Kami menambahkan lampu LED kecil di bagian dalam ECOBIN agar sensor tetap bisa membaca warna dengan jelas meski minim cahaya.
Komponen Asli Terlalu Mahal
Solusi: Kami mencari alternatif lokal yang lebih terjangkau namun tetap dapat menjalankan fungsi yang sama, seperti sensor warna versi open-source.
Pemilahan Belum 100% Akurat
Solusi: Saat ini sistem menggunakan logika berbasis threshold berat dan warna. Ke depan, kami rancang pembaruan menggunakan machine learning ringan agar klasifikasinya bisa semakin presisi.
Manfaat Nyata ECOBIN
Beberapa manfaat dari eksperimen produk ini sudah kami rasakan, antara lain:
- Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memilah sampah
- Membantu petugas kebersihan memantau kapasitas tempat sampah
- Menjadi media edukasi lingkungan untuk anak dan remaja
- Menciptakan lingkungan lebih bersih dan tertib
- Menyediakan data digital untuk perencanaan pengelolaan sampah
Kami juga menemukan bahwa desain interaktif ECOBIN membuat pengguna lebih tertarik dan terbiasa memilah sampah dengan benar, bahkan tanpa membaca panduan tertulis.
Rencana Pengembangan Selanjutnya
Kami percaya bahwa ECOBIN punya potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut. Beberapa rencana yang akan kami realisasikan:
- Menambah fitur sensor bau untuk deteksi sampah organik yang membusuk
- Integrasi dengan bank sampah digital, agar pengguna bisa mendapat insentif
- Membuat aplikasi pemantauan untuk pengelola lingkungan atau RT/RW
- Mengembangkan fitur suara (voice assistant) untuk memandu pengguna lansia dan anak-anak
- Menyusun model AI sederhana berbasis MicroPython agar klasifikasi bisa lebih cerdas
Pelajaran yang Didapat
Proyek ini memberikan banyak pelajaran bagi kami, baik secara teknis maupun non-teknis:
- Inovasi itu bukan hanya tentang alat yang canggih, tapi soal menyelesaikan masalah dengan cara yang efektif.
- Kerja tim dan komunikasi sangat penting dalam proses pembuatan produk.
- Kami belajar bahwa masyarakat terbuka pada teknologi, asalkan mudah dipahami dan digunakan.
- Kami juga sadar bahwa teknologi bisa jadi alat untuk mendorong perubahan perilaku, bukan hanya sekadar alat bantu.
Penutup
ECOBIN adalah wujud nyata bahwa mahasiswa bisa berkontribusi untuk menyelesaikan persoalan lingkungan dengan teknologi. Inovasi ini bukan hanya berguna dari sisi teknis, tapi juga membawa nilai edukatif dan sosial yang kuat.
Kami berharap, ke depannya ECOBIN bisa diterapkan secara luas—baik di sekolah, taman kota, perumahan, hingga tempat wisata. Dengan begitu, budaya memilah sampah bisa dimulai dari kebiasaan paling sederhana: membuang sampah di tempat yang tepat.
Penutup
ECOBIN adalah wujud nyata bahwa mahasiswa bisa berkontribusi untuk menyelesaikan persoalan lingkungan dengan teknologi. Inovasi ini bukan hanya berguna dari sisi teknis, tapi juga membawa nilai edukatif dan sosial yang kuat.
Kami berharap, ke depannya ECOBIN bisa diterapkan secara luas—baik di sekolah, taman kota, perumahan, hingga tempat wisata. Dengan begitu, budaya memilah sampah bisa dimulai dari kebiasaan paling sederhana: membuang sampah di tempat yang tepat.
Referensi:
- Gawai, J. S., Bhavsar, K. R., & Shahare, S. (2025). Smart Dustbin Using Arduino, Ultrasonic Sensor and Wi-Fi Module for Garbage Monitoring System. IJSREM.
- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2023). Laporan Tahunan Pengelolaan Sampah Nasional.
- Priyanka, P., & Das, M. (2024). IoT Based Smart Bin for Waste Management. JETIR.
- World Bank (2023). Indonesia’s Waste Management Outlook Report.