Digitaka: Mengangkat Kisah Aji Saka dalam Game ARPG Mobile 2.5D

Di tengah gempuran game-game global yang didominasi oleh judul-judul blockbuster dari developer raksasa, tim kami melalui program Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), memiliki sebuah misi ambisius: menyajikan sebuah game mobile yang tidak hanya menghibur, tetapi juga turut melestarikan dan memperkenalkan kekayaan cerita rakyat Indonesia kepada audiens yang lebih luas. Produk luaran yang telah kami eksperimenkan dan tuangkan dalam proposal ini adalah sebuah game Top-Down Action RPG (ARPG) dengan grafis 2.5D yang kami beri nama “Digitaka”. Game ini secara khusus mengangkat kisah heroik Aji Saka dan dirancang untuk platform Android.

Gagasan ini bermula dari pengamatan kami terhadap minimnya representasi cerita rakyat lokal dalam media digital modern, terutama di industri game. Padahal, kisah-kisah legendaris seperti Aji Saka, dengan nilai-nilai moral dan petualangan epiknya, memiliki potensi besar untuk dieksplorasi dan disajikan dalam format yang menarik serta relevan bagi generasi muda saat ini. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk mengembangkan sebuah prototype game. Prototype ini bukan hanya sekadar demonstrasi teknis, melainkan embrio dari visi besar kami untuk memberikan sentuhan digital dan modern pada warisan budaya yang tak ternilai ini. Kami percaya bahwa melalui game interaktif, pesan-pesan dan keindahan cerita rakyat dapat tersampaikan dengan cara yang lebih imersif dan mudah diingat.

Konsep Game “Digitaka”: Menyelami Dunia Aji Saka di Genggaman Pemain

Pemilihan genre Top-Down ARPG untuk “Digitaka” bukan tanpa alasan. Genre ini menawarkan kebebasan eksplorasi dunia yang luas, memungkinkan pertarungan yang dinamis dan intens, serta mendukung sistem pengembangan karakter yang mendalam—semua adalah elemen kunci yang kami rasa esensial untuk mengisahkan kembali sebuah epik seperti perjalanan Aji Saka. Pemain akan mengendalikan karakter dari sudut pandang atas, bergerak secara bebas dalam lingkungan 2.5D yang dirancang dengan artistik. Mereka akan menghadapi berbagai musuh mitologis, mengumpulkan item, dan memecahkan teka-teki yang terintegrasi erat dengan alur cerita.

Kami secara sadar memilih Grafis 2.5D untuk “Digitaka” sebagai strategi untuk menyeimbangkan antara estetika visual yang kaya dan performa yang optimal. Pendekatan ini memungkinkan kami menggabungkan elemen visual 2D yang digambar tangan dengan detail dan kedalaman lingkungan 3D. Hasilnya adalah visual yang unik, berkarakter, dan imersif, namun tetap ringan untuk platform mobile (Android). Pilihan ini krusial agar game dapat diakses oleh spektrum pengguna smartphone yang lebih luas, termasuk mereka yang memiliki perangkat dengan spesifikasi menengah, tanpa mengorbankan frame rate atau kualitas visual yang signifikan.

Cerita Rakyat Aji Saka akan menjadi inti narasi “Digitaka” yang tak tergantikan. Kami tidak sekadar mengadaptasi kisahnya secara literal; kami juga menambahkan elemen fantasi, sub-plot, dan gameplay mechanic yang relevan untuk membuatnya lebih menarik dan interaktif. Pemain akan memerankan Aji Saka dalam perjalanannya yang penuh tantangan, mulai dari mengalahkan Dewata Cengkar yang kejam, menyelamatkan rakyat Medang Kamulan dari tirani, hingga pada akhirnya, menciptakan aksara Jawa Hanacaraka yang legendaris—sebuah warisan budaya tak benda. Setiap elemen cerita, mulai dari kisah kesetiaan antara Dora dan Sembodo, hingga pertarungan heroik dengan naga raksasa yang mengancam kedamaian, akan diterjemahkan menjadi serangkaian misi, tantangan, dan boss battle yang menarik di dalam game, membuat pemain terlibat secara emosional dengan setiap langkah perjalanan sang pahlawan.


Eksperimen Produk Luaran: Dari Ide Konseptual Menuju Prototype “Digitaka” Fungsional

Sebagai bagian integral dari luaran Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) kami, fokus utama tim adalah menciptakan sebuah prototype fungsional dari “Digitaka”. Prototype ini berfungsi sebagai bukti konsep dan demonstrasi awal dari core mechanics serta visi artistik game kami. Proses eksperimen kami meliputi beberapa tahapan kunci, yang masing-masing dirancang untuk menguji kelayakan teknis dan desain game:

  1. Pengembangan Core Gameplay Loop yang Responsif: Kami memulai dengan mengimplementasikan sistem pergerakan karakter Aji Saka yang sangat responsif, memungkinkan pemain untuk bergerak dengan lancar di lingkungan game. Kemudian, kami mengembangkan sistem pertarungan dasar yang memadukan serangan fisik standar dengan penggunaan skill khusus yang unik. Skill ini dapat di-upgrade seiring kemajuan pemain, memberikan kedalaman strategi. Kami juga memastikan interaksi yang mulus dengan objek di lingkungan, seperti mengambil item penting atau mengaktifkan mekanisme puzzle. Untuk pengalaman bermain di smartphone, kami melakukan iterasi berulang pada berbagai layout kontrol sentuh, termasuk posisi joystick virtual dan ukuran tombol skill, untuk menemukan konfigurasi yang paling intuitif dan nyaman bagi pemain.
  2. Perancangan Level dan Lingkungan 2.5D yang Imersif: Kami melakukan eksperimen intensif dengan tool desain level untuk menciptakan lingkungan yang terasa hidup dan sesuai dengan nuansa cerita Aji Saka yang epik. Ini mencakup penempatan props (objek statis di lingkungan) yang strategis, desain enemy spawn points yang menantang, serta jalur eksplorasi yang mendorong rasa penasaran pemain. Tim juga berfokus pada pemilihan palet warna dan gaya seni yang konsisten di seluruh level agar visual 2.5D kami terlihat menarik, kohesif, dan memberikan kesan mendalam pada setiap area yang dijelajahi pemain, dari desa-desa damai hingga gua-gua yang gelap.
  3. Implementasi Sistem Musuh dan AI Sederhana yang Dinamis: Kami mengembangkan berbagai tipe musuh dengan pola serangan dan perilaku dasar yang berbeda. Ini termasuk prajurit biasa dengan serangan melee, pemanah dengan serangan jarak jauh, hingga makhluk-makhluk mitologis dengan skill unik. Eksperimen dengan Artificial Intelligence (AI) sederhana memungkinkan musuh-musuh ini merespons pergerakan pemain, menyerang secara taktis, dan memberikan tantangan yang bervariasi. Misalnya, beberapa musuh mungkin mengejar pemain, sementara yang lain bertahan atau memanggil bala bantuan. Hal ini menjaga gameplay tetap segar dan menarik di setiap encounter.
  4. Integrasi Narasi dan Dialog Awal yang Mengikat: Meskipun dalam bentuk prototype, kami memahami pentingnya narasi yang kuat. Oleh karena itu, kami mengintegrasikan beberapa segmen narasi penting dan dialog awal untuk memberikan gambaran alur cerita yang kohesif kepada pemain. Ini melibatkan penentuan bagaimana cutscene singkat akan ditampilkan untuk memajukan plot, bagaimana teks dialog muncul di layar agar mudah dibaca dan tidak mengganggu gameplay, serta bagaimana trigger tertentu di dalam game dapat mengaktifkan dialog atau event naratif.
  5. Uji Performa Awal pada Berbagai Perangkat Android: Salah satu eksperimen terpenting adalah menguji performa prototype “Digitaka” pada beberapa model smartphone Android dengan spesifikasi yang beragam—mulai dari perangkat low-end dengan RAM terbatas hingga high-end dengan chipset terbaru. Eksperimen ini krusial untuk mengidentifikasi bottleneck performa, seperti frame rate drop atau penggunaan memori yang berlebihan. Hasil dari pengujian ini memungkinkan kami melakukan optimasi awal, memastikan game bisa berjalan lancar dan stabil di sebanyak mungkin perangkat, sehingga pengalaman bermain optimal bagi lebih banyak pengguna.

Tantangan Teknologi yang Kami Hadapi dan Solusi Awal untuk “Digitaka”

Selama proses eksperimen ini, tim kami menghadapi sejumlah tantangan teknis yang membutuhkan solusi inovatif, pemikiran kreatif, dan kerja keras yang tak kenal lelah. Mengatasi hambatan ini adalah bagian integral dari pembelajaran kami di PKM:

  • Optimalisasi Kontrol Sentuh yang Intuitif: Merancang kontrol ARPG yang responsif dan nyaman di layar sentuh smartphone adalah salah satu tantangan terbesar. Kami melakukan iterasi berulang pada posisi joystick virtual, ukuran tombol skill, dan sensitivitas tap untuk serangan. Kami juga bereksperimen dengan berbagai kombinasi gestures (misalnya, swipe untuk dodge) untuk memastikan input yang akurat dan minim frustrasi, memungkinkan pemain merasakan kendali penuh tanpa perlu external controller.
  • Efisiensi Asset Creation untuk Grafis 2.5D: Dengan tim yang terbatas, kami harus sangat efisien dalam pembuatan aset grafis 2.5D. Kami memanfaatkan tool standar industri seperti Blender untuk modeling 3D dasar dan kemudian mengkonversinya ke sprite 2D atau menggunakan teknik isometric rendering untuk menciptakan ilusi kedalaman tanpa membebani performa perangkat. Selain itu, kami menerapkan strategi penggunaan kembali aset (asset re-use) yang cerdas dan batching gambar untuk mengurangi draw calls dan meningkatkan efisiensi rendering.
  • Manajemen Memori yang Ketat pada Android: Game mobile seringkali terkendala oleh keterbatasan memori perangkat, yang dapat menyebabkan lag atau bahkan crash. Kami menerapkan teknik asset loading dinamis, di mana aset hanya dimuat ke memori saat benar-benar dibutuhkan (misalnya, saat memasuki area baru). Kami juga menggunakan object pooling secara ekstensif untuk objek-objek yang sering muncul dan menghilang (seperti peluru, efek partikel, atau musuh yang dikalahkan) untuk mengurangi alokasi dan dealokasi memori yang berulang.
  • Sinkronisasi Narasi dan Gameplay yang Mulus: Memastikan cerita mengalir secara mulus dengan gameplay tanpa terasa terputus adalah tantangan desain dan teknis yang kompleks. Kami bereksperimen dengan pemicu event berbasis lokasi, trigger dialog otomatis yang muncul pada momen yang tepat, dan sistem quest yang terintegrasi erat dengan alur cerita. Hal ini bertujuan agar pemain merasakan progres naratif yang kohesif dan setiap aksi mereka memiliki dampak pada perkembangan cerita Aji Saka.
  • Kompatibilitas Lintas Perangkat Android yang Beragam: Ekosistem Android yang sangat fragmentasi, dengan ribuan model smartphone berbeda, menghadirkan tantangan besar dalam hal kompatibilitas. Kami melakukan pengujian ekstensif pada berbagai resolusi layar, rasio aspek, dan versi OS Android. Ini melibatkan penyesuaian UI (User Interface) agar tetap terlihat proporsional di berbagai ukuran layar dan memastikan shader atau efek visual berfungsi dengan baik di berbagai chipset grafis. Tujuan kami adalah memastikan game “Digitaka” dapat berjalan dengan optimal dan memberikan pengalaman yang konsisten di sebanyak mungkin perangkat.

Langkah Selanjutnya: Dari Proposal Menuju Pengembangan Penuh “Digitaka”

Prototype fungsional yang kami hasilkan dari serangkaian eksperimen ini telah menjadi fondasi kuat untuk proposal PKM kami. Proposal tersebut tidak hanya mendetailkan hasil prototype yang telah dicapai, tetapi juga merinci rencana pengembangan game “Digitaka” secara penuh dan komprehensif. Ini mencakup detail gameplay yang lebih kompleks (seperti sistem skill tree, crafting, atau upgrade karakter), level design yang lebih luas dan menantang, integrasi elemen audio visual yang kaya (musik latar, sound effect, dan voice acting untuk karakter utama), hingga rencana pemasaran dan strategi monetisasi yang berkelanjutan untuk mendukung pengembangan di masa depan.

Kami sangat yakin bahwa dengan dukungan lebih lanjut, game “Digitaka” ini tidak hanya akan menjadi produk yang menarik dari sisi hiburan, tetapi juga akan memainkan peran penting sebagai media edukasi dan pelestarian budaya yang efektif. Kami berharap Digitaka bisa menjadi jembatan bagi generasi muda Indonesia untuk lebih mengenal, memahami, dan mencintai cerita-cerita adiluhung dari tanah air mereka sendiri, yang dikemas dalam format yang modern, interaktif, dan sangat relevan di era digital ini.