DAMPAK FAST FASHION TERHADAP LINGKUNGAN YANG TAK TERLIHAT

PENDAHULUAN
Dengan perkembangan zaman yang sangat pesat, dunia industri fashion menjadi salah satu sektor terbesar di dunia. Selama bertahun-tahun, industri fashion Indonesia telah bergeser secara signifikan kearah fast fashion, yang mengandalkan siklus produk yang pendek, termasuk desain, produksi, distribusi dan pemasaran yang cepat. Dengan kemudahan akses melalui media sosial dan iklan yang mempromosikan tren terbaru secara instan, fast fashion mendorong pola konsumsi yang terus meningkat. Pakaian adalah kebutuhan sehari-hari, dan bagi banyak orang merupakan aspek penting dari ekspresi diri (Anonim, 2018).

Dalam banyak kasus, dampak lingkungan yang dihasilkan oleh industri fast fashion sangat besar, namun tidak selalu disadari oleh publik. Proses produksi massal, penggunaan bahan sintetis, pemborosan sumber daya alam seperti air dan energi, serta pencemaran dari limbah tekstil adalah beberapa masalah utama yang terjadi di balik layar. Selain itu, faktor-faktor seperti eksploitasi pekerja dan ketidaktahuan konsumen mengenai dampak jangka panjang juga memperburuk situasi. Banyak konsumen membeli pakaian tanpa memikirkan bagaimana produk tersebut diproduksi, bagaimana proses daur ulangnya, atau bahkan bagaimana pengelolaan limbahnya dilakukan.

Solusi konsumsi berkelanjutan yang disebut dengan “thrifting” atau belanja barang bekas, bisa mengatasi masalah ini. Thrifting merupakan cara yang efektif untuk mendapatkan pakaian berkualitas dengan biaya yang lebih murah dan meminimalisir limbah, serta melindungi lingkungan.

METODE
Metode yang diterapkan dalam penulisan artikel ini adalah metode kualitatif deskiptif melalui observasi, wawancara dan studi literatur. Metode kualitatif deskriptif ini disajikan berupa penjelasan mengenai permasalahan dari artikel.

HASIL DAN DISKUSI
Fast Fashion dan Dampak Negatifnya

Fast fashion bermula pada tahun 1960-an. Saat itu generasi muda menolak mengikuti tradisi busana dari generasi yang lebih tua, lalu para generasi muda menerima pakaian dengan harga yang lebih murah tetapi lebih mengikuti tren (Muazimah, 2020).

Fast fashion adalah istilah yang merujuk pada industry mode yang memproduksi pakaian dengan cepat, murah dan dalam jumlah besar untuk tren yang selalu berubah.
Industri fast fashion memberikan keuntungan yang sangat besar bagi produsen dan konsumen. Produsen memperoleh keuntungan signifikan berkat permintaan konsumen yang terus meningkat, khususnya dikalangan generasi muda yang sangat dipengaruhi oleh tren yang sedang berkembang (Haug & Busch, 2016). Merek-merek fast fashion secara terus-menerus memperkenalkan koleksi pakaian baru yang mengikuti mode terkini dengan kecepatan yang luar biasa. Di sisi lain, konsumen diuntungkan dengan akses mudah terhadap produk fashion yang sedang tren dengan harga terjangkau, yang memungkinkan mereka untuk mengikuti tren tanpa mengeluarkan banyak uang.

Namun, dibalik keuntungan yang diperoleh produsen dan konsumen, industri fast fashion juga memiliki dampak yang sangat besar dan merugikan bagi lingkungan. Industri fashion merupakan salah satu industri yang menyumbang polusi terbesar didunia. Dalam proses produksinya industri fashion mereka menggunakan air dengan jumlah banyak yang melepaskan karbondioksida (CO2), menggunakan bahan kimia berbahaya, membutuhkan energi dalam jumlah yang besar dan menggunakan bahan-bahan yang tidak terbarukan (Shafie, 2021).

Bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi pakaian fast fashion , seperti formaldehid dan pewarna sintesis yang berbahaya bagi kesehatan. Pakaian yang mengandung bahan kimia dapat menyebabkan iritasi kulit atau masalah kesehatan lainnya. Pencemaran air dan udara yang terjadi selama produksi juga dapat berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat disekitar pabrik-pabrik tekstil.

Menurut Maiti, (2023), dampak lingkungan yang dihasilkan dari industri fast fashion, yaitu tingginya penggunaan air untuk memproduksi pakaian menyebabkan pencemaranair menjadi pencemaran terbesar kedua di dunia. Sisa air yang dihasilkan dari proses ini sering dibuang ke selokan dan sungai. Satu setengah triliun liter air bersih digunakan oleh industri pakaian tiap tahunnya, dimana satu sisi yang lain masih ada 750 milyar manusia di dunia yang kekurangan dan sangat membutuhkan air bersih. Tidak berhenti hanya dipenggunaan air bersih yang sangat banyak, 20% limbah air didunia juga ikut disumbangkan oleh industri ini.

Selain memberikan dampak negatif pada lingkungan, industri fast fashion juga memberikan dampak negatif pada pekerjanya. Para tenaga kerja menghabiskan jam kerja yang panjang, diberi gaji yang rendah dan tidak mendapatkan perlindungan yang memadai. Banyak dari mereka yang dieksploitasi, terutaa perempuan dan anak-anak, yang sering kali bekerja dibawah ancaman dan kekerasan atau pelecehan.

KESIMPULAN
Industri fast fashion, meskipun memberikan keuntungan besar bagi produsen dan konsumen, memiliki dampak yang sangat merugikan bagi lingkungan dan kehidupan sosial. Produsen mendapat keuntungan dari tingginya permintaan pakaian tren yang terus berubah, terutama di kalangan generasi muda, yang mudah dipengaruhi oleh mode terbaru. Konsumen juga diuntungkan dengan harga yang terjangkau untuk mengikuti tren, memungkinkan mereka untuk terus memperbarui koleksi pakaian mereka. Namun, kecepatan dan volume produksi yang sangat besar dalam industri ini datang dengan konsekuensi yang tidak bisa diabaikan.

Dampak negatif utama dari fast fashion adalah kerusakan lingkungan yang signifikan. Penggunaan sumber daya alam yang berlebihan, seperti air dan energi, serta pencemaran air akibat limbah kimia dari proses produksi, memperburuk kondisi ekosistem. Limbah tekstil yang meningkat, terutama dari pakaian berbahan sintetis, menciptakan masalah sampah global yang sulit diatasi. Selain itu, industri ini berkontribusi pada polusi mikroplastik yang mencemari lautan dan mengancam kehidupan laut. Di sisi sosial, banyak pekerja di pabrik-pabrik fast fashion dieksploitasi dengan kondisi kerja yang buruk, upah rendah, dan tanpa perlindungan yang memadai. Pekerja perempuan dan anak-anak sering kali menjadi korban dari sistem ini, memperburuk ketidakadilan sosial dan ekonomi.

Untuk mengurangi dampak negatif tersebut, penting bagi kita untuk beralih ke pola konsumsi yang lebih bijaksana, mendukung merek yang memprioritaskan keberlanjutan, dan mengurangi pemboros-an dengan memilih produk yang tahan lama dan ramah lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
(1) Anonim. 2018. Redesigning The Future of Fashion. Ellen Macarthur Foundation
(2) Haug, A., & Busch, J. (2016). Towards an Ethical Fashion Framework. September 2015.
https://doi.org/10.1080/1362704X.2015.1082295
(3) Maiti, R. (2023). Fast fashion and its environm
(4) Muazimah, A. (2020). PENGARUH FAST FASHION TERHADAP BUDAYA KONSUMERISME DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN DI INDONESIA. 7, 1–15.
(5) Shafie, S., Kamis, A., & Firdaus, M. (2021). Fashion Sustainability : Benefits of Using Sustainable Practices in Producing Sustainable Fashion Designs. International Business Education Journal, 14(1), 103–111.