Business Matching sebagai Solusi Pemasaran dan Ekspansi Jaringan Usaha Mahasiswa

PENDAHULUAN
Dalam beberapa tahun terakhir, wirausaha mahasiswa telah berkembang menjadi salah satu pilar penting dalam pengembangan kewirausahaan nasional. Semangat berwirausaha di kalangan generasi muda tidak lagi dipandang sekadar sebagai alternatif pekerjaan, melainkan sebagai strategi aktif untuk menciptakan lapangan kerja, mendorong inovasi, dan membangun ketahanan ekonomi bangsa. Fenomena ini juga menjadi respons terhadap dinamika ketenagakerjaan yang semakin kompetitif dan tidak menentu, di mana lulusan perguruan tinggi dituntut memiliki keunggulan kompetitif yang lebih dari sekadar nilai akademik (Vodă et al., 2019).
Berbagai perguruan tinggi di Indonesia telah mengantisipasi tren ini dengan menyediakan ekosistem kewirausahaan yang kondusif. Program-program seperti inkubator bisnis, kursus kewirausahaan, pelatihan keterampilan digital, dan mentoring usaha kini menjadi bagian integral dari sistem pendidikan tinggi. Dukungan tersebut tak hanya hadir dalam bentuk pelatihan teknis, tetapi juga dalam bentuk akses ke pembiayaan, peluang pasar, dan jejaring industri (Utama et al., 2025). Faktor internal seperti motivasi pribadi, locus of control, serta kebutuhan akan pencapaian terbukti memengaruhi keputusan mahasiswa untuk terjun ke dunia wirausaha (Paolucci et al., 2024). Di sisi lain, keterlibatan dalam kegiatan ekstrakurikuler, organisasi kemahasiswaan, dan komunitas bisnis turut memperkuat karakter dan sikap kewirausahaan (Lee & Eesley, 2020).
Namun demikian, salah satu tantangan utama yang masih dihadapi oleh mahasiswa wirausaha adalah keterbatasan akses terhadap sumber daya strategis seperti mitra usaha, investor, serta pasar yang lebih luas (Hundt et al., 2016). Dalam konteks ini, business matching muncul sebagai pendekatan strategis yang mampu menjembatani kesenjangan antara pelaku usaha pemula dan ekosistem bisnis yang lebih mapan (Utama et al., 2025). Business matching merupakan kegiatan yang mempertemukan pelaku usaha dengan investor, mitra bisnis, serta mentor dalam format terstruktur dan terarah (Zheng et al., 2020). Melalui kegiatan ini, mahasiswa dapat mempresentasikan ide atau produk usahanya, menerima masukan langsung dari praktisi industri, serta menjajaki peluang kerja sama yang konkret.
Business matching juga berfungsi sebagai mekanisme pembelajaran yang mempercepat proses transisi mahasiswa dari fase ideasi menuju tahap implementasi dan ekspansi bisnis (Paolucci et al., 2024). Dengan mempertemukan mahasiswa dengan berbagai pemangku kepentingan, business matching berpotensi memperkuat kapasitas bisnis, membuka akses ke sumber daya finansial dan non-finansial, serta memperluas jaringan pemasaran (Utama et al., 2025). Dalam lingkungan pendidikan tinggi yang terus beradaptasi dengan perubahan ekonomi global, integrasi antara program kewirausahaan dan kegiatan business matching menjadi semakin penting dan relevan. Berdasarkan latar belakang tersebut tujuan artikel ini adalah untuk mengkaji peran business matching sebagai solusi pemasaran dan ekspansi jaringan usaha mahasiswa, serta menganalisis bagaimana mekanisme ini dapat mempercepat pertumbuhan dan keberhasilan usaha yang dijalankan oleh mahasiswa.

Definisi dan Konsep Bussines Matching

Business Matching merupakan sebuah kegiatan yang dirancang khusus untuk mempertemukan pelaku usaha dengan calon investor, pembeli, ataupun mitra bisnis potensial dalam satu forum (Mohd et al., 2025). Kegiatan ini bertujuan untuk membuka peluang kerja sama yang saling menguntungkan, baik dalam bentuk investasi, pemasaran, maupun kolaborasi pengembangan produk (Paolucci et al., 2024). Selain itu, business matching juga berperan sebagai sarana untuk memperluas jaringan profesional, berbagi ide dan pengalaman antar pelaku usaha, serta mencari peluang pendanaan yang sesuai dengan kebutuhan bisnis (Zheng et al., 2020). Dalam konteks wirausaha mahasiswa, kegiatan ini memberikan ruang bagi pelaku usaha pemula untuk memperkenalkan produk atau jasa mereka secara lebih profesional kepada para pemangku kepentingan industri. banyak kegiatan business matching yang kini difasilitasi oleh institusi pendidikan dan inkubator bisnis guna menjembatani mahasiswa dengan dunia usaha nyata.
Format kegiatan business matching umumnya bervariasi, mencakup sesi pitching singkat, pertemuan satu lawan satu (speed-dating), networking session, hingga pameran (booth expo) yang menampilkan produk unggulan. Setiap format dirancang untuk memberikan waktu dan ruang optimal bagi pelaku usaha dalam menyampaikan nilai jual bisnis mereka. Salah satu contoh implementasi yang efektif dapat ditemukan di Telkom University, khususnya melalui Bandung Techno Park (BTP), yang sejak tahun 2024 telah menyelenggarakan kegiatan business matching secara rutin. Dalam kegiatan tersebut, mahasiswa yang tergabung dalam program inkubasi startup diberi kesempatan untuk melakukan presentasi bisnis (pitching) secara langsung di hadapan investor dan pelaku industri. Format ini memungkinkan terjadinya interaksi dua arah yang konstruktif dan membuka peluang kerja sama secara lebih cepat dan terarah (btp.telkomuniversity.ac.id). Keberhasilan model seperti ini menunjukkan bahwa business matching bukan hanya sekadar acara formal, melainkan sebuah strategi pemasaran dan ekspansi yang berdampak langsung terhadap pertumbuhan bisnis mahasiswa.

Manfaat Business Matching bagi Pengusaha Pemula

Kegiatan business matching memberikan sejumlah manfaat krusial bagi pengusaha pemula, khususnya mahasiswa yang sedang merintis usaha. Salah satu manfaat utamanya adalah perluasan jaringan industri. Melalui forum business matching, mahasiswa dapat bertemu langsung dengan investor, pelaku industri, perwakilan perusahaan besar, inkubator bisnis, hingga institusi pembiayaan. Interaksi ini memungkinkan terciptanya hubungan bisnis yang strategis, yang tidak mudah diperoleh melalui jalur promosi konvensional. Dengan memperluas jejaring, mahasiswa wirausaha memperoleh peluang untuk masuk ke ekosistem industri yang lebih besar, mendapatkan masukan dari pelaku usaha berpengalaman, serta memperkuat posisi tawar bisnis mereka di pasar.
Selain itu, peluang pendanaan juga menjadi daya tarik utama dari kegiatan ini. Melalui proses pitching yang dilakukan di hadapan calon investor, mahasiswa memiliki kesempatan untuk menarik minat pihak ketiga terhadap usahanya. Sebagai contoh, dalam kegiatan business matching yang diselenggarakan oleh Petra Christian University (PCU) dan Politeknik Negeri Malang (Polinema) pada tahun 2023, beberapa startup mahasiswa berhasil menjalin nota kesepahaman (MoU) dengan investor lokal untuk pendanaan awal maupun lanjutan. Di sisi lain, validasi produk dan pasar juga menjadi manfaat yang tak kalah penting. Mahasiswa diberi kesempatan untuk mempresentasikan ide bisnis, menunjukkan prototype, serta mendapatkan umpan balik dari profesional dan pakar industri. Contohnya adalah program Student Innovation Kickoff (SIK) PCU, di mana produk mahasiswa diuji secara langsung oleh pelaku bisnis untuk menilai kelayakan pasar dan keunikan inovasinya.
Lebih lanjut, business matching sering kali dilengkapi dengan dukungan mentoring dan kolaborasi. Program seperti Skystar Ventures di Universitas Multimedia Nusantara (UMN) secara aktif melibatkan mentor dari dunia industri untuk membimbing mahasiswa dalam hal strategi pemasaran, perencanaan keuangan, branding, dan pengelolaan bisnis yang berkelanjutan. Dukungan ini membantu mahasiswa mengasah mentalitas kewirausahaan yang kuat dan realistis. Tidak hanya itu, kegiatan seperti Demo Day yang diadakan IIB Darmajaya pada tahun 2024 menunjukkan bahwa business matching juga membuka akses ke kanal-kanal pemasaran dan lembaga keuangan strategis, seperti bank, mitra dagang, dan lembaga pendukung bisnis lainnya. Dengan demikian, business matching bukan hanya menjadi ajang promosi ide bisnis, tetapi juga menjadi pintu gerbang pengusaha pemula untuk terhubung dengan berbagai sumber daya penting yang mampu mempercepat pertumbuhan dan keberlanjutan usaha mereka.
Cara Mempersiapkan Diri Untuk Business Matching
Agar dapat memanfaatkan peluang secara maksimal dalam kegiatan business matching, pengusaha pemula terutama mahasiswa perlu melakukan persiapan yang matang di berbagai aspek. Langkah awal yang sangat penting adalah menyusun pitch deck yang profesional dan terstruktur. Pitch deck merupakan presentasi singkat yang merangkum elemen utama dari sebuah usaha, seperti visi dan misi, profil tim, analisis pasar, model bisnis, proyeksi keuangan, serta kebutuhan pendanaan. Investor cenderung lebih tertarik pada data konkret dan realistis, termasuk segmentasi pasar seperti Total Addressable Market (TAM), Serviceable Available Market (SAM), dan Serviceable Obtainable Market (SOM). Oleh karena itu, penggunaan bahasa visual yang efektif seperti infografis, grafik, dan bullet point yang ringkas akan meningkatkan daya tarik dan kejelasan presentasi. Selain menampilkan potensi bisnis, pitch deck juga harus menekankan solusi nyata yang ditawarkan terhadap permasalahan yang ada di masyarakat.
Selain pitch deck, pengusaha mahasiswa juga sebaiknya menyiapkan prototype atau Minimal Viable Product (MVP), yaitu versi awal dari produk yang dapat digunakan langsung oleh pelanggan untuk memberikan validasi pasar. MVP menjadi alat bukti (proof-of-concept) bahwa ide bisnis tersebut bukan sekadar teori, tetapi sudah mengalami proses pengembangan yang nyata. Hal ini sangat penting untuk menunjukkan keseriusan tim serta potensi kelayakan produk di mata investor atau mitra bisnis. Tak kalah penting adalah memperhatikan aspek branding produk, yang mencakup identitas visual seperti logo, kemasan, dan nama usaha. Branding yang kuat dan konsisten mampu meningkatkan kredibilitas usaha, terutama ketika melakukan presentasi bisnis secara business-to-business (B2B). Dalam sesi pitching, storytelling yang menyentuh—mengenai asal usul produk atau motivasi usaha—dapat memberikan nilai emosional yang memperkuat daya tarik brand.
Selanjutnya, mahasiswa perlu melakukan riset terhadap profil calon mitra atau investor yang akan hadir dalam business matching. Informasi seperti bidang usaha, nilai-nilai perusahaan, serta kecenderungan investasi sangat penting untuk menyesuaikan strategi komunikasi dan materi presentasi. Materi yang disesuaikan dengan audiens tertentu akan lebih efektif dibandingkan presentasi yang bersifat umum. Untuk mendukung performa presentasi, penting pula melakukan latihan dan simulasi pitching. Rehearsal dengan mentor, dosen pembimbing, atau teman satu tim dapat membantu memperkuat penyampaian pesan dan mengantisipasi pertanyaan kritis dari calon investor, seperti seputar sumber modal, strategi pendapatan, hingga kepatuhan terhadap regulasi. Seperti yang disarankan oleh IPB University dalam kegiatan Demo Day mereka, latihan yang intensif akan meningkatkan kepercayaan diri dan kualitas penyampaian saat menghadapi forum formal (stp.ipb.ac.id). Dengan persiapan yang komprehensif, mahasiswa wirausaha akan lebih siap dalam memanfaatkan peluang besar yang ditawarkan melalui kegiatan business matching.

Platform dan Event Business Matching

Berbagai platform dan acara business matching saat ini telah banyak diselenggarakan oleh institusi pendidikan, inkubator bisnis, perusahaan swasta, hingga kementerian, guna mendorong pertumbuhan wirausaha mahasiswa di Indonesia. Di ranah perguruan tinggi, misalnya, Telkom University melalui Bandung Techno Park (BTP) sejak tahun 2024 rutin menyelenggarakan sesi pitching dan networking sebagai bagian dari program inkubasi startup. Kegiatan ini membuka peluang bagi mahasiswa untuk memperkenalkan produk inovatif mereka langsung kepada pelaku industri dan calon investor (btp.telkomuniversity.ac.id). Sementara itu, Skystar Ventures di Universitas Multimedia Nusantara (UMN), sebagai salah satu inkubator teknologi unggulan, telah memfasilitasi business matching sejak 2023 yang mencakup sesi temu industri, pendampingan mentor bisnis, serta showcase produk dari startup binaan. Event ini didesain agar mahasiswa mendapatkan bimbingan praktis dan peluang kolaborasi nyata (umn.ac.id).
Platform lain yang juga sukses menggelar business matching adalah IPB University melalui program Demo Day pada tahun 2022, yang diikuti oleh 41 tenant startup, 16 di antaranya melakukan pitching di hadapan mitra usaha dan investor. Hasilnya, lebih dari 20 kesepakatan awal (intent to collaborate dan MoU) berhasil tercapai dalam satu hari (stp.ipb.ac.id). Di Lampung, IIB Darmajaya pada tahun 2024 juga menggelar Demo Day Business Matching and Exhibition yang diikuti oleh 12 tenant dari program P2MW dan Darmajaya Startup Center. Selain pitching, kegiatan ini turut memfasilitasi akses ke lembaga keuangan dan mitra industri seperti bank daerah dan perbankan nasional (darmajaya.ac.id). Sementara itu, kolaborasi antara Petra Christian University (PCU) dan Polinema Surabaya–Malang pada 2023 menjadi contoh lain dari keberhasilan business matching di tingkat mahasiswa. Acara tersebut menghadirkan 15 startup yang melakukan presentasi bisnis dan berhasil menarik perhatian investor hingga menghasilkan nota kesepahaman kerja sama (kumparan.com; kempalan.com).
Di luar lingkungan kampus, sejumlah inkubator dan akselerator bisnis juga turut menyelenggarakan business matching yang bersifat terbuka. Program Indigo Accelerator bersama Yogyakarta Investment Club (YKIC) menggelar sesi speed-dating antara startup dan investor pada tahun 2024, yang bertujuan mempercepat koneksi antara pemilik usaha dan penyandang dana (mediaformasi.com). Sementara itu, S4I Investment Summit pada tahun yang sama menghadirkan forum business matching yang dikombinasikan dengan diskusi panel oleh tokoh industri nasional (jagoweb.com). Di sisi lain, program pemerintah seperti Entrepreneur Hub Jakarta yang diinisiasi oleh Kementerian Koperasi dan UKM RI (2023) juga menawarkan sesi “Meet the Investor”, di mana wirausaha pemula dapat melakukan pitch dan networking dalam satu rangkaian acara.

KESIMPULAN

Business matching terbukti menjadi sarana strategis dalam mempercepat pemasaran, pendanaan, dan ekspansi jaringan usaha mahasiswa. Berbagai manfaat nyata seperti akses langsung ke dunia industri, validasi produk secara profesional, peluang pendanaan awal hingga keberhasilan menjalin nota kesepahaman kerja sama menunjukkan betapa pentingnya kegiatan ini dalam mendukung pertumbuhan usaha rintisan mahasiswa. Tidak hanya itu, business matching juga memperkuat kemampuan soft skill, kesiapan branding, dan kematangan berpikir strategis yang sangat dibutuhkan dalam dunia wirausaha modern.
Namun, keberhasilan dalam forum business matching tentu tidak datang secara instan. Persiapan yang matang melalui penyusunan pitch deck, pengembangan prototype atau MVP, perancangan identitas branding yang kuat, riset mendalam terhadap calon mitra, serta latihan presentasi yang konsisten sangatlah krusial. Oleh karena itu, mahasiswa didorong untuk aktif mengikuti berbagai platform business matching baik di tingkat kampus, nasional, maupun swasta. Dengan dukungan inkubator, akselerator, dan kebijakan pemerintah, diharapkan wirausaha mahasiswa dapat tumbuh menjadi pelaku ekonomi kreatif yang tangguh, kompetitif, dan mampu berkontribusi secara nyata terhadap pembangunan ekonomi lokal dan nasional.

Signature: Vanessa Esperança De Carvalho Lake Guterres

REFERENSI

Hundt, C., Bergmann, H., & Sternberg, R. (2016). What makes student entrepreneurs? On the relevance (and irrelevance) of the university and the regional context for student start-ups. Small Business Economics, 47, 53-76. https://doi.org/10.1007/S11187-016-9700-6.

Lee, Y., & Eesley, C. (2020). Do university entrepreneurship programs promote entrepreneurship?. Strategic Management Journal. https://doi.org/10.1002/smj.3246.

Mohd, Z., Utama, I., & Prabowo, P. (2025). Integrating Business Courses Mentorship Programs and Investment to Enhance Entrepreneurial Opportunities. Aptisi Transactions on Technopreneurship (ATT). https://doi.org/10.34306/att.v7i1.525.


Paolucci, E., Sansone, G., Mele, G., & Secundo, G. (2024). Speeding Up Student Entrepreneurship: The Role of University Business Idea Incubators. IEEE Transactions on Engineering Management, 71, 2364-2378. https://doi.org/10.1109/TEM.2022.3175655.


Utama, I. D., Prabowo, P., & Mohd, Z. (2025). Integrating Business Courses Mentorship Programs and Investment to Enhance Entrepreneurial Opportunities. APTISI Transactions on Technopreneurship, 7(1), 228–239. https://doi.org/10.34306/att.v7i1.525


Vodă, A. I., & Florea, N. (2019). Impact of personality traits and entrepreneurship education on entrepreneurial intentions of business and engineering students. In Sustainability (Switzerland) (Vol. 11, Issue 4). https://doi.org/10.3390/SU11041192


Zheng, C., Ahsan, M., DeNoble, A., & Musteen, M. (2018). From Student to Entrepreneur: How Mentorships and Affect Influence Student Venture Launch. Journal of Small Business Management, 56, 102 – 76. https://doi.org/10.1111/jsbm.12362.