Budaya Aisatsu di Jepang

Jepang adalah negara yang dikenal dengan adat istiadat dan budayanya yang kaya. Jepang juga dikenal sebagai negara yang sangat menghargai kesopanan dan tata krama. Salah satu aspek budaya yang mencerminkan nilai-nilai ini adalah aisatsu (あいさつ), yang secara harfiah berarti “sapaan” atau “salam”. Namun, aisatsu tidak hanya sekedar sapaan biasa. Ini adalah bentuk komunikasi yang mencerminkan rasa hormat, perhatian, dan keharmonisan, yang menjadi inti dari kehidupan sosial masyarakat Jepang.

Jadi, Aisatsu adalah istilah Jepang untuk sapaan atau salam, tetapi maknanya lebih dari sekedar kata-kata. Dalam budaya Jepang, aisatsu adalah cara menunjukkan penghormatan, perhatian, dan rasa terima kasih kepada orang lain. Aisatsu tidak hanya diungkapkan melalui kata-kata, tetapi juga melalui ekspresi wajah, intonasi suara, dan gerakan tubuh, seperti Ojigi yaitu membungkukkan badan. Saat berbicara di telepon orang Jepang membungkukkan badannya sedikit (padahal orang yang berbicara dengannya tidak dapat melihat dia). Ojigi adalah sebuah keharusan. Tradisi ini sudah diajarkan kepada anak-anak di Jepang sejak mereka masih balita.

Di Jepang aisatsu dianggap sebagai bagian penting dari etika sosial. Anak-anak diajarkan aisatsu sejak mereka kecil, dan budaya aisatsu tersebut akan mereka terapkan hingga mereka dewasa nanti, baik dalam kehidupan pribadi, profesional, maupun sosial. Orang jepang percaya bahwa aisatsu mencerminkan karakter dari seseorang. Seseorang yang memberikan aisatsu dengan baik akan dianggap sopan dan menghormati orang lain. Salah satu alasan utama aisatsu dianggap sebagai bagian penting di Jepang adalah untuk membangun hubungan sosial. Ketika seseorang menyapa orang lain dengan aisatsu, itu menunjukkan bahwa mereka peduli dan menghargai kehadiran orang tersebut. Aisatsu adalah cara yang efektif untuk memulai percakapan atau interaksi dengan orang lain, baik di tempat kerja, sekolah, atau dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, aisatsu juga berfungsi untuk menjaga harmoni sosial. Jepang adalah negara yang sangat mementingkan keharmonisan dalam masyarakatnya. Dalam budaya Jepang, hubungan antarindividu sering kali dijaga dengan cara yang sopan dan penuh rasa hormat. Aisatsu membantu menciptakan suasana yang nyaman dan saling menghormati di antara orang-orang, dan menciptakan lingkungan sosial yang harmonis. Aisatsu juga bisa mencerminkan karakter seseorang. Dalam budaya Jepang, kesan pertama itu sangatlah penting, dan aisatsu adalah cara pertama untuk menunjukkan bagaimana seseorang memberikan kesan pertamanya kepada orang lain. Jika seseorang memberikan aisatsu dengan sopan dan penuh perhatian, itu menunjukkan bahwa mereka menghargai orang lain dan memiliki tata krama yang baik. Sebaliknya, aisatsu yang kurang sopan bisa memberikan kesan yang buruk di mata orang lain.

Tidak hanya itu, aisatsu juga berperan penting dalam membangun kepercayaan. Ketika seseorang memberikan aisatsu yang sopan dan tulus, hal itu dapat meningkatkan rasa keparcayaan di dalam hubungan antarpribadi. Di tempat kerja, misalnya, aisatsu yang baik dapat memperkuat hubungan antara rekan kerja atau atasan dan bawahan, yang akan mendukung terciptanya suasana kerja yang produktif dan positif. Secara keseluruhan, aisatsu sangat penting dalam budaya Jepang karena aisatsu mencerminkan nilai-nilai seperti kesopanan, rasa hormat, dan perhatian terhadap orang lain. Dengan memberikan aisatsu yang baik, kita bisa membangun hubungan yang kuat, menjaga keharmonisan sosial, dan menciptakan kepercayaan dalam berbagai aspek kehidupan, baik di lingkungan pribadi maupun profesional.

Di Jepang, aisatsu memiliki berbagai jenis yang digunakan sesuai dengan waktu, situasi, dan hubungan antarindividu. Jenis-jenis aisatsu ini membantu menciptakan suasana yang tepat dalam berinteraksi dengan orang lain. Berikut ini adalah beberapa jenis aisatsu yang paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Sapaan harian adalah jenis aisatsu yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu sapaan yang paling umum adalah Ohayou gozaimasu (おはようございます), yang berarti “selamat pagi”. Biasanya, sapaan ini digunakan di pagi hari hingga sekitar pukul 10 pagi. Jika dalam situasi lebih santai atau dengan teman dekat, orang bisa cukup mengucapkan Ohayou tanpa tambahan gozaimasu.

Setelah pukul 10 pagi, sapaan yang digunakan adalah Konnichiwa (こんにちは), yang berarti “selamat siang”. Ini adalah sapaan yang umum yang digunakan saat bertemu dengan orang lain di siang hari, hingga menjelang sore. Sapaan ini digunakan dalam banyak situasi formal maupun informal.

Ketika malam hari tiba, orang Jepang menggunakan Konbanwa (こんばんは), yang berarti “selamat malam”. Sapaan ini digunakan setelah matahari terbenam dan digunakan dalam berbagai situasi, baik formal maupun informal. Ketiga sapaan harian ini adalah dasar dalam berinteraksi dengan orang lain pada waktu yang berbeda.

Selain sapaan harian, ada juga sapaan perpisahan yang digunakan ketika seseorang yang hendak berpisah. Salah satu yang paling umum adalah Sayounara (さようなら), yang berarti “selamat tinggal”. Ucapan ini digunakan dalam situasi formal, biasanya ketika perpisahan berlangsung lebih lama atau ketika tidak akan bertemu dalam waktu dekat.

Untuk perpisahan yang lebih santai, orang Jepang sering menggunakan Mata ne (またね), yang berarti “sampai jumpa”. Sapaan ini digunakan di antara teman dekat atau dalam situasi yang lebih informal, seperti setelah berkumpul atau berbicara sebentar.

Ketika berpisah sebelum tidur, orang Jepang mengucapkan Oyasuminasai (おやすみなさい), yang berarti “selamat tidur”. Ini adalah sapaan yang sering digunakan di lingkungan keluarga atau di antara teman dekat sebelum malam tiba. Sapaan ini menunjukkan perhatian terhadap orang lain, agar mereka dapat tidur dengan nyenyak.

Aisatsu juga mencakup ucapan terima kasih dan permintaan maaf. Salah satu yang paling umum adalah Arigatou gozaimasu (ありがとうございます), yang berarti “terima kasih”. Jika dalam situasi yang lebih santai atau informal, orang Jepang cukup mengucapkan Arigatou tanpa tambahan gozaimasu.

Untuk permintaan maaf, orang Jepang sering menggunakan Sumimasen (すみません). Kata ini bisa berarti “maaf”, tetapi juga sering digunakan untuk mengungkapkan rasa terima kasih. Misalnya, ketika seseorang membantu Anda, Anda bisa mengucapkan Sumimasen sebagai ungkapan terima kasih sekaligus permintaan maaf jika telah merepotkan mereka.

Selain itu, Gomen nasai (ごめんなさい) adalah permintaan maaf yang lebih personal dan digunakan dalam situasi yang lebih dekat. Jika seseorang merasa sangat menyesal atau melakukan kesalahan terhadap orang lain, mereka akan menggunakan kata ini untuk menunjukkan penyesalan yang lebih dalam.

Dalam dunia kerja, sapaan di tempat kerja juga sangat penting. Salah satu yang paling umum adalah Otsukaresama desu (お疲れ様です), yang berarti “Anda sudah bekerja keras”. Sapaan ini digunakan untuk menunjukkan apresiasi terhadap rekan kerja setelah mereka menyelesaikan tugas atau pekerjaan, baik dalam situasi formal maupun informal.

Selain itu, di tempat kerja, orang Jepang sering mengucapkan Shitsurei shimasu (失礼します), yang artinya “permisi”. Ini digunakan ketika seseorang memasuki atau meninggalkan ruangan, terutama dalam situasi formal. Sapaan ini menunjukkan rasa hormat terhadap orang lain yang ada di sekitar mereka.

Di Jepang, terdapat juga sapaan khusus untuk acara-acara tertentu. Salah satu yang paling umum adalah Omedetou gozaimasu (おめでとうございます), yang berarti “selamat”. Ucapan ini digunakan untuk merayakan berbagai peristiwa bahagia, seperti kelahiran bayi, pernikahan, atau promosi kerja.

Selain itu, dalam acara yang lebih formal atau saat berkunjung ke pemakaman, orang Jepang akan menggunakan Osore irimasu (恐れ入ります) untuk menunjukkan rasa belasungkawa yang mendalam. Ucapan ini digunakan untuk menunjukkan penghormatan dan perasaan sedih atas kehilangan seseorang. Dengan memahami berbagai jenis aisatsu ini, kita bisa lebih menghargai budaya Jepang yang mengutamakan rasa hormat, perhatian, dan kesopanan dalam setiap interaksi.

Selain menggunakan kata-kata, aisatsu dalam budaya Jepang juga melibatkan gerakan fisik yang penting, yaitu ojigi atau membungkuk. Ojigi adalah cara orang Jepang untuk menunjukkan rasa hormatnya kepada orang lain. Biasanya, ini dilakukan bersamaan dengan ucapan aisatsu untuk memberikan kesan yang lebih sopan. Gerakan ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari interaksi sosial di Jepang, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam situasi formal. Ada beberapa jenis ojigi yang umum digunakan dalam budaya Jepang. Setiap jenis membungkuk ini memiliki makna dan tujuan yang berbeda-beda, tergantung pada situasi dan hubungan antarindividu. Salah satu jenis ojigi yang sering digunakan adalah eshaku (会釈). Eshaku adalah membungkuk ringan sekitar 15 derajat, dan biasanya digunakan dalam situasi santai atau ketika menyapa rekan kerja. Gerakan ini menunjukkan penghormatan yang tidak terlalu formal, namun tetap sopan.

Eshaku seringkali dilakukan ketika bertemu dengan seseorang yang kita kenal, seperti teman, rekan kerja, atau tetangga. Dalam situasi ini, membungkuk sedikit sudah cukup untuk menunjukkan rasa hormat kepada orang lain. Meskipun ringan, gerakan ini tetap menggambarkan kesopanan dalam interaksi sosial sehari-hari.

Selain eshaku, ada jenis ojigi lain yang lebih dalam, yaitu keirei (敬礼). Keirei adalah membungkuk sekitar 30 derajat, yang lebih dalam dibandingkan dengan eshaku. Gerakan ini sering digunakan dalam situasi yang lebih formal, seperti saat pertemuan bisnis, saat bertemu dengan orang yang lebih senior, atau dalam acara resmi lainnya. Keirei menunjukkan rasa hormat yang lebih tinggi dibandingkan dengan eshaku, dan merupakan bentuk penghormatan yang lebih dalam.

Dalam situasi formal, seperti pertemuan dengan atasan atau orang yang dihormati, keirei sangat penting untuk menunjukkan sikap sopan dan menghargai orang lain. Ketika melakukan keirei, postur tubuh harus tetap tegak, dan kepala harus sedikit ditundukkan saat membungkuk. Gerakan ini membantu menciptakan suasana saling menghormati dalam interaksi sosial yang lebih serius.

Selain eshaku dan keirei, ada jenis ojigi yang paling dalam, yaitu saikeirei (最敬礼). Saikeirei adalah membungkuk sangat dalam, sekitar 45 derajat, dan digunakan untuk menunjukkan rasa hormat yang mendalam atau untuk permintaan maaf yang tulus. Jenis ojigi ini biasanya digunakan dalam situasi yang sangat formal atau ketika seseorang merasa sangat menyesal dengan apa yang telah ia lakukan dan ingin menunjukkan rasa penyesalan yang sangat dalam.

Saikeirei sering kali digunakan dalam acara pemakaman atau dalam situasi di mana seseorang ingin mengungkapkan permintaan maaf yang mendalam. Misalnya, jika seseorang telah melakukan kesalahan besar atau menyebabkan masalah yang serius, mereka akan melakukan saikeirei untuk menunjukkan penyesalan dan rasa hormat yang tinggi terhadap orang yang terdampak.

Ketika melakukan ojigi, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan. Postur tubuh harus tetap lurus dan tegak, dengan kaki rapat dan tangan yang diletakkan dengan benar. Untuk pria, tangan biasanya diletakkan di sisi tubuh, sementara untuk wanita, tangan biasanya diletakkan di depan perut. Kepala sedikit ditundukkan selama proses membungkuk, untuk menunjukkan rasa hormat yang lebih dalam.

Selain postur tubuh yang benar, gerakan ojigi juga harus dilakukan dengan lancar dan tulus. Membungkuk dengan tulus menunjukkan bahwa kita benar-benar menghargai orang lain dan situasi tersebut. Jika gerakan dilakukan secara terburu-buru atau tidak tulus, maka penghormatan yang ingin ditunjukkan bisa terasa kurang berarti.

Secara keseluruhan, ojigi adalah komponen penting dalam aisatsu yang membantu memperkuat rasa hormat dan keharmonisan dalam budaya Jepang. Melalui gerakan membungkuk ini, orang Jepang dapat menunjukkan penghargaan terhadap orang lain, baik dalam situasi santai maupun formal. Pemahaman dan penguasaan gerakan ojigi yang tepat adalah cara yang baik untuk menunjukkan kesopanan dan menjalin hubungan yang baik dengan orang lain.

Di Jepang Aisatsu menjadi cara untuk menunjukkan rasa hormat dan menjaga hubungan baik dengan orang lain. Berikut ini adalah beberapa contoh aisatsu yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari di berbagai tempat.

Di rumah, aisatsu dimulai dari keluarga. Setiap anggota keluarga saling memberikan salam ketika pergi dan kembali ke rumah. Salah satu frasa yang paling umum adalah Ittekimasu (行ってきます), yang diucapkan oleh seseorang yang akan meninggalkan rumah. Frasa ini berarti “Saya pergi” atau “Saya akan pergi sekarang”. Ketika seseorang mengatakan Ittekimasu, anggota keluarga lainnya biasanya menjawab dengan Itterasshai (行ってらっしゃい), yang berarti “Hati-hati di jalan” atau “Selamat jalan”. Setelah seseorang pergi, mereka akan kembali ke rumah pada suatu waktu. Saat kembali, mereka akan mengucapkan Tadaima (ただいま), yang berarti “Saya pulang”. Ini adalah cara untuk memberi tahu anggota keluarga bahwa mereka telah kembali ke rumah. Ketika anggota keluarga mendengar Tadaima, mereka biasanya menjawab dengan Okaeri nasai (おかえりなさい), yang berarti “Selamat datang kembali”. Salam-salam ini menunjukkan kedekatan dan rasa hormat antar anggota keluarga.

Di sekolah, aisatsu juga sangat penting. Anak-anak di Jepang diajarkan untuk mengucapkan aisatsu sejak mereka masih kecil. Salah satu salam yang digunakan setiap pagi adalah Ohayou gozaimasu (おはようございます), yang berarti “Selamat pagi”. Anak-anak mengucapkannya kepada guru dan teman-teman mereka di sekolah. Hal ini membantu menciptakan suasana yang baik dan penuh rasa hormat di lingkungan sekolah. Selain Ohayou gozaimasu, anak-anak juga diajarkan untuk mengucapkan Arigatou gozaimasu (ありがとうございます) setelah menerima bantuan. Misalnya, jika seorang teman membantu mereka membawa buku atau memberikan bantuan lainnya, mereka akan mengucapkan Arigatou gozaimasu sebagai bentuk rasa terima kasih. Salam ini mengajarkan anak-anak untuk saling menghargai dan berterima kasih atas kebaikan orang lain.

Di tempat kerja, aisatsu memainkan peran yang sangat besar dalam menjaga hubungan profesional. Setiap pagi, rekan kerja saling menyapa dengan Otsukaresama desu (お疲れ様です), yang berarti “Anda sudah bekerja keras”. Ini adalah sebuah bentuk apresiasi yang digunakan untuk menghargai usaha dan kerja keras kolega. Sapaan ini sangat penting dalam dunia kerja Jepang karena membantu menciptakan sikap yang saling mendukung dan saling menghormati sesama rekan kerja. Di tempat kerja, aisatsu juga digunakan untuk menunjukkan sopan santun dalam berbagai situasi. Misalnya, ketika seseorang masuk atau keluar dari ruangan, mereka akan mengucapkan Shitsurei shimasu (失礼します), yang berarti “Permisi”. Ini adalah bentuk penghormatan kepada rekan kerja atau atasan saat mereka memasuki atau meninggalkan ruangan. Penggunaan aisatsu yang tepat di tempat kerja sangat penting untuk menjaga hubungan profesional yang baik.

Dalam komunitas, aisatsu digunakan untuk membangun hubungan yang baik antar tetangga. Di lingkungan masyarakat, orang Jepang sering kali menyapa satu sama lain dengan Konnichiwa (こんにちは), yang berarti “Selamat siang”. Ini adalah sapaan yang umum digunakan ketika bertemu tetangga atau orang lain di luar rumah. Dengan mengucapkan Konnichiwa, orang Jepang menunjukkan rasa hormat dan perhatian terhadap sesama anggota masyarakat. Selain itu, aisatsu di lingkungan sekitar juga membantu menciptakan suasana yang ramah dan akrab. Misalnya, ketika seseorang berjalan di jalan atau berada di taman, mereka mungkin menyapa orang yang mereka temui dengan Konnichiwa. Ini adalah cara untuk menjaga hubungan baik dan mempererat ikatan antar individu dalam komunitas. Salam yang ramah ini juga menciptakan lingkungan yang nyaman dan penuh rasa hormat.

Secara keseluruhan, aisatsu memiliki peran yang sangat penting dalam budaya Jepang. Aisatsu membantu menjaga hubungan yang baik antara keluarga, teman, rekan kerja, dan tetangga. Setiap salam yang diucapkan menunjukkan rasa hormat, perhatian, dan kesopanan, yang merupakan nilai penting dalam kehidupan sosial masyarakat Jepang.

Jadi, aisatsu bukan hanya sekedar ucapan atau kebiasaan sehari-hari, tetapi merupakan bagian dari cara hidup yang mengajarkan kita untuk selalu menjaga hubungan yang baik dengan orang lain dan menciptakan lingkungan yang harmonis. Bagi pendatang atau wisatawan, memahami dan menggunakan aisatsu adalah cara yang baik untuk menunjukkan penghargaan terhadap budaya lokal. Dengan mempelajari aisatsu, kita tidak hanya memahami bahasa Jepang, tetapi juga cara berpikir dan filosofi hidup masyarakat Jepang.

Referensi :

  1. https://bahasajepangs1.widyatama.ac.id/budaya-dan-kebiasaan-orang-jepang-yang-harus-kita-tiru/
  2. Jurnal Representasi Budaya Jepang “Aisatsu” dalam Anime Spirited Away.pdf
  3. https://www.kapanlagi.com/jepang/penjelasan-aisatsu-dalam-bahasa-jepang-lengkap-dengan-contohnya-a680e5.html
  4. https://livejapan.com/id/in-tokyo/in-pref-tokyo/in-asakusa/article-a0000709/
  5. https://satujam.com/budaya-kebiasaan-orang-jepang/