Desain Fashion bukan hanya tentang estetika dan tren; ia juga berakar pada Agama dan Budaya yang mendalam. Dalam dunia yang semakin global, penting bagi desainer untuk mempertimbangkan dampak dari karya mereka terhadap masyarakat dan lingkungan. Artikel ini akan mengupas hubungan antara Agama dan Budaya praktik dalam desain fashion.
Sebelum lebih jauh pada pembahasan pokok artikel ini, sayang rasanya kita sebagai insan berakal melewatkan fundamental dan subtansial mengenai Agama dan Budaya, maka dari itu penulis juga akan mengupas tuntas bagian dari Agama dan Budaya itu sendiri melalui Etika dan Moral.
Dari yang penulis sadari seharusnya kita mencoba memahami arti dari semua kata dari judul di atas Apa itu Agama? Apa itu Budaya? Apa itu Etika? Apa itu Moral? Desain dan Fasion?
Karena menurut penulis hal-hal pokok yang mendasar dan mengakar itu terdapat dalam intisari definisi itu sendiri. Agar dapat meluruskan yang bengkok, menyambungkan yang terputus, dan mengkukuhkan yang goyah. Maka dengan ini mudah bagi kita menyadari dan memahami sesuatu yang salah dan benar, baik dan buruk, tepat dan tidak, serta adil dan dzolim.
Arti, Makna, dan Pengertian
Pengertian Agama
Definisi tentang agama di sini sedapat mungkin sederhana dan menyeluruh. Definisi ini diharapkan tidak terlalu sempit maupun terlalu longgar, tetapi dapat dikenakan kepada agama-agama yang selama ini dikenal melalui penyebutan nama-nama agama itu. Agama merupakan suatu lembaga atau institusi yang mengatur kehidupan jasmani dan rohani manusia.
Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa di luar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misal Tuhan, Dewa, God, Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng Dumadi, De Weldadige, dan lain-lain.
Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan cara menghambakan diri, yaitu menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari Tuhan; dan menaati segenap ketetapan, aturan, hukum, dan lain-lain yang diyakini berasal dari Tuhan.
Dengan demikian, agama adalah penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam sudut pandang linguistik penghambaan adalah Kata Verba/Kata Kerja yang artinya suatu perbuatan atau tindakan, proses, gerak, keadaan atau terjadinya sesuatu. Dalam pengertian agama terdapat tiga unsur, yaitu manusia, penghambaan, dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut agama.
Lebih luasnya lagi, agama juga bisa diartikan sebagai jalan hidup, yakni bahwa seluruh aktivitas lahir dan batin pemeluknya diatur oleh agama yang dianutnya. Bagaimana kita makan, bagaimana kita bergaul, bagaimana kita beribadah, dan sebagainya ditentukan oleh aturan/tata cara agama.
Pengertian Budaya
Membudaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang, serta diwariskan dari generasi ke generasi. Membudaya yakni Budaya yang terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Seseorang bisa berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaan di antara mereka, sehingga membuktikan bahwa budaya bisa dipelajari.
Budaya merupakan suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosial-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri. “Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan individu dengan alam” di Jepang, dan “kepatuhan kolektif” di Tiongkok.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain atau bisa disebut generalisasi/stereo type dalam kehidupan suatu kelompok atau komunitas, baik secara mikro dan makro.
Pengertian Etika
Secara bahasa kata ‘etika’ lahir dari bahasa Yunani ethos yang artinya tampak dari suatu kebiasaan. Dalam hal ini yang menjadi perspektif objeknya adalah perbuatan, sikap, atau tindakan manusia. Pengertian etika secara khusus adalah ilmu tentang sikap dan kesusilaan suatu individu dalam lingkungan pergaulannya yang kental akan aturan dan prinsip terkait tingkah laku yang dianggap benar.
Sedangkan pengertian etika secara umum adalah aturan, norma, kaidah, ataupun tata cara yang biasa digunakan sebagai pedoman atau asas suatu individu dalam melakukan perbuatan dan tingkah laku. Penerapan norma ini sangat erat kaitannya dengan sifat baik dan buruknya individu di dalam bermasyarakat.
Dengan begitu, Etika adalah ilmu yang mempelajari baik dan buruknya serta kewajiban, hak, dan tanggung jawab, baik itu secara sosial maupun moral, pada setiap individu di dalam kehidupan bermasyarakatnya. Atau bisa dikatakan juga bahwa etika mencakup nilai yang berhubungan dengan akhlak individu terkait benar dan salahnya.
Adapun banyak jenis etika yang dapat kita jumpai di lingkungan sekitar, misalnya, etika berteman, etika profesi atau kerja, etika dalam rumah tangga, etika dalam melakukan bisnis, dan semacamnya.
Etika tentunya harus dimiliki oleh setiap individu dan sangat dibutuhkan dalam bersosialisasi yang mana hal itu menjadi jembatan agar terciptanya suatu kondisi yang baik di dalam kehidupan bermasyarakat.
Sebagai contoh, etika yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dan sekitar, yakni mengucap salam saat bertamu ke rumah orang, baik itu saudara, kerabat, maupun teman. Kemudian, meminta maaf setelah kita berbuat kesalahan, dan mengucapkan terima kasih saat seseorang telah menolong atau membantu kita.
Pengertian Moral
Kata Moral berasal dari kata latin “mos” yang berarti kebiasaan. Moral berasal dari Bahasa Latin yaitu Moralitas adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia.
Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu, tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang mempunyai nilai implisit karena banyak orang yang mempunyai moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus mempunyai moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.
Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya.
Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Moral juga dapat diartikan sebagai sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman, tafsiran, suara hati, serta nasihat, dll.
Adapun pengertian moral dalam kamus filsafat dapat dijabarkan sebagai berikut:
Menyangkut kegiatan-kegiatan yang dipandang baik atau buruk, benar atau salah, tepat atau tidak tepat.
Sesuai dengan kaidah-kaidah yang diterima, menyangkut apa yang dianggap benar, baik, adil dan pantas.
Memiliki Kemampuan untuk diarahkan oleh (dipengaruhi oleh) keinsyafan benar atau salah. Kemampuan untuk mengarahkan (mempengaruhi) orang lain sesuai dengan kaidah- kaidah perilaku nilai benar dan salah.
Menyangkut cara seseorang bertingkah laku dalam berhubungan dengan orang lain
Secara umum, MORAL dapat diartikan sebagai batasan pikiran, prinsip, perasaan, ucapan, dan perilaku manusia tentang nilai-nilai baik dan buruk atau benar dan salah. Moral merupakan suatu tata nilai yang mengajak seorang manusia untuk berperilaku positif dan tidak merugikan orang lain. Seseorang dikatakan telah bermoral jika ucapan, prinsip, dan perilaku dirinya dinilai baik dan benar oleh standar-standar nilai yang berlaku di lingkungan masyarakatnya.
Pengertian Fashion
Secara khusus dapat dikatakan Fashion adalah gaya berpakaian yang digunakan setiap hari oleh seseorang, baik itu dalam kehidupan sehari-harinya ataupun pada saat acara tertentu dengan tujuan untuk menunjang penampilan.
Atau definisi Fashion yaitu gaya berbusana yang populer dalam suatu budaya atau sebagai mode. Ada juga yang berpendapat bahwa fashion merupakan gaya berbusana yang menentukan penampilan dari seorang individu. Kata Fashion sendiri berasal dari bahasa Inggris yang dapat diartikan sebagai mode, model, cara, gaya ataupun kebiasaan.
Saat ini fashion sangat erat hubungannya dengan gaya hidup. Gaya hidup seorang individu dapat di nilai dari cara dia berpakaian. Seiring berjalannya waktu gaya hidup-pun ikut menunjukan dan menentukan status sosial dan pekerjaan dari seorang individu. Fashion tidak haya berkaitan dengan gaya dalam berpakaian saja, akan tetapi berhubungan juga dengan gaya aksesoris, kosmetik, gaya rambut, dan lain-lain yang dapat menunjang penampilan seseorang.
Fashion itu berkembang seiring berjalannya waktu, seperti contohnya jika fashion di tahun 2000 – an tentunya sangat berbeda dengan era yang sebelumnya. Di era tahun 2000 – an atau disebut juga dengan era Milenium para pencinta fashion dibebaskan untuk berekspresi sesuai dengan keinginan dan ke pribadiannya masing-masing. Seperti mencampurkan beberapa mode dari era yang sebelumnya dengan menggunakan sentuhan masa depan yang modern. Walaupun pada saat ini berbagai merek fashion terkenal mengeluarkan produk-produk yang sesuai dengan musimnya maupun perbedaan tema, tapi pada akhirnya keputusan untuk bergaya tergantung kepada para pemakainya.
Pengertian Desain
Kalin pasti pernah mendengar istilah desain, misalnya desian baju, desian rumah, desian bangunan, kendaraan dan desian lainnya. Tapi tahukah agan apa itu pengertian desain?
Desain biasa diterjemahkan sebagai seni terapan, arsitektur, dan berbagai pencapaian kreatif lainnya. Dalam sebuah kalimat, kata “desain” bisa digunakan, baik sebagai kata benda maupun kata kerja. Sebagai kata kerja, “desain” memiliki arti “proses untuk membuat dan menciptakan obyek baru”. Sebagai kata benda, “desain” digunakan untuk menyebut hasil akhir dari sebuah proses kreatif, baik itu berwujud sebuah rencana, proposal, atau berbentuk benda nyata.
Desain berasal dari bahasa Inggris (design) yang berarti “Rancangan, rencana atau reka rupa” dari kata design muncullah kata desain yang berarti mencipta, memikir atau merancang. Baca juga: 6 Elemen yang ada pada desain
Pengertian Desain Secara Umum
– desain dapat diartikan sebagai rancangan yang merupakan susunan dari garis, bentuk, ukuran, warna serta value dan benda yang dibuat berdasarkan prinsip-prinsip desain (kata benda).
– desain dapat diartikan sebagai proses perencanaan bentuk dengan tujuan supaya benda yang dirancang, mempunyai fungsi atau berguna serta mempunyai nilai keindahan. (kata kerja).
Kesimpulan : desain merupakan bentuk rumusan dari proses pemikiran, pertimbangan dan perhitungan dari desainer yang dituangkan dalam wujud gambar.
Sejarah Desain Busana
Abad 700-1000 SM
Secara historis, sejak 700-1000 SM, tekstil dan kain telah didokumentasikan sebagai salah satu produk penting yang dipertukarkan atau diperdagangkan antara bangsa-bangsa dan kerajaan di Asia Tenggara. Sebagai contoh, Kerajaan Sriwijaya (Palembang) memperdagangkan sumber daya alamnya untuk untuk ditukar dengan sutra dan gerabah dari Cina, dan dengan India, mereka menukarkannya untuk kapas.
Menilik sejarah fashion di Indonesia tak akan jauh dari yang namanya batik dan kebaya, dua pasangan sejoli yang kini sedang ‘mencoba’ populer kembali dengan berbagai modifikasi dari desainer-desainer top tanah air.
Abad ke-15 atau ke-16 Masehi
Dan akhirnya, Jawa menjadi Menurut Denys Lombard dalam bukunya Nusa Jawa: Silang Budaya (1996) Kebaya berasal dari bahasa Arab ‘Kaba’ yang berarti ‘pakaian’ dan diperkenalkan lewat bahasa Portugis ketika mereka mendarat di Asia Tenggara.
Kata Kebaya dapat diartikan sebagai jenis pakaian (atasan/blouse) pertama yang dipakai wanita Indonesia pada kurun waktu abad ke-15 atau ke-16 Masehi. Argumen Lombard tentu dapat diterima terutama lewat analogi penelusuran lingustik yang memang sampai saat ini kita masih mengenal ‘Abaya’ yang dapat diartikan tunik panjang khas Arab.
Abad ke-17
Sedangkan batik dikenal sejak abad ke-17 yang dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola batik masih didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman. Namun dalam sejarah perkembangannya muncullah corak-corak lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya.
Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini.
Abad ke-18
Hingga pada pertengahan abad ke-18, ada dua jenis kebaya yang banyak dipakai masyarakat, yakni kebaya Encim, busana yang dikenakan perempuan Cina keturunan di Indonesia, dan kebaya Putu Baru, busana bergaya tunik pendek berwarna-warni dengan motif yang cantik.
Abad ke-19
Pada abad ke-19, kebaya dikenakan oleh semua kelas sosial setiap hari, baik perempuan Jawa maupun wanita peranakan Belanda. Bahkan kebaya sempat menjadi busana wajib bagi perempuan Belanda yang hijrah ke Indonesia.
Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Desain Busana di Indonesia
Tahunnya trend fashion selalu berubah-ubah, hal ini disebabkan karena kebanyakan orang tidak ingin memakai baju/pakaian yang modelnya sama setiap tahunnya. Perubahan trend fashion mulai baju yang di pakai sehari-hari sampai busana muslim pun kini telah mengalami perkembangan fashion yang cukup pesat. Berbagai model yang unik dan glamor banyak terlihat di pakai oleh kalangan artis dan publik figur yang selalu ingin menjadi trendsetter.
Desain Fashion dalam Agama
Di era yang modern ini, manusia menjadi suatu makhluk yang tamak, angkuh, serakah serta merusak. Dampak dari kemajuan suatu ilmu pengetahuan melalui pendekatan duniawi dan jasmani, dalam sudut pandang duniawi dan jasmani manusia hanya berorientasi serta tujuan hidupnya hanya berlandas dan berdasar pada angka, kemewahan, hura-hura, foya-foya, tanpa memerhatikan ruhnya sendiri, hanya memikirkan perut dan dibawah perut. Sehingga banyak sekali masalah-masalah terkait ruhani manusia itu sendiri, banyak sekali diantaranya;
PARA PEJABAT MENCURI UANG RAKYAT
PARA KONGLOMERAT MENGENDALIKAN WAKIL RAKYAT
RAKYAT BUNUH DIRI, MENJUAL DIRI, BUNUH MEMBUNUH, MENCURI DICURI, TIPU MENIPU, PERKOSA MEMPERKOSA, BODOH MEMBODOHI
dan banyak lagi yang penulis tidak bisa curahkan disini.
Diatas, Penulis hanya sedikit membawa kesadaran setiap insan berakal kepada dampak dari orientasi atau tujuan yang salah dalam hidup, hilangnya etika dan moral disebabkan memudarnya rohani karena terlalu fokus pada duniawi dan jasmani.
Terlalu sempit! dan lebih dari itu sejatinya manusia itu tercipta dari 2 unsur yaitu unsur jasmani dan ruhani. Manusia menjadi angkuh merasa sudah memiliki sesuatu dengan ikhtiari, validasi, dan apresiasi, sebagaimana yang kita lihat dalam hidup berkehidupan kemajuan duniawi dan jasmani tidak lagi relevan menjadi solusi, baik hari ini dan nanti.
Maka dari itu lewat Perintah dan Larangan Tuhan atau bisa disebut dengan praktek ibadah itu sendiri tidak lain dan tidak bukan untuk mengatur manusia agar terciptanya hidup berkehidupan yang aman, tenang, dan nyaman bagi segenap jasmani dan rohani seluruh makhluk di semesta ini, untuk makhluk yang bodoh dan fana ini, Manusia!
Dalam koridor atau sudut pandang agama, Fashion/busana ialah salah satu hukum/aturan sosial untuk menjaga dan memelihara suatu masyarakat agar terciptanya lingkungan harmonis, tentram, aman, dan nyaman.
Bayangkan bagaimana jika kita memisahkan kehidupan beragama dari fashion kita sehari hari? pernahkah ada agama yang kita ketahui, menyuruh umat beragamanya untuk tidak berbusana dalam aktivitas bersosial? seperti sedang bekerja? sekolah? atau sekedar berinteraksi dengan teman temannya? ataukah ada suatu agama yang menyuruh umatnya mendorong untuk memikat lawan pasangannya dengan busana yang terbuka dan sexy?
Bayangkan sekacau apa dunia ini jika kita memisahkan kehidupan dunia tanpa agama? dengan realita sekarang yang jauh dari kata aman, melihat berita, mendengar info dari seseorang hanyalah kasus dan kasus seperti salah satunya pemerkosaan.
Karena Tuhan adalah Sang Maha Pencipta, Dia tahu apa yang terbaik bagi makhluknya terkhusus manusia dan sekaligus Dialah yang mempunyai Kebenaran Mutlak yang obyektif tanpa bantahan, jelas akan memperintahkan makhluknya untuk beretika dan bermoral agar tidak menimbulkan masalah yang merusak, salah satu perintahnya itu menutup aurat/berbusana dengan layaknya sesuai norma norma dalam berkehidupan seperti halnya wajib hukumnya seorang istri memperlihatkan keindahan lebih dari wajahnya hanya kepada suaminya, begitupun sebaliknya haram hukumnya bagi seorang perempuan untuk memperlihatkan keindahan lebih dari wajahnya kepada yang bukan suaminya.
Dalam koridor fashion dan agama, tidak sedikit juga kasus pemerkosaan itu terjadi karena kecerobohan korban karena ingin terlihat menarik dihadapan lawan jenisnya dengan menggunakan pakaian terbuka dan seksi, sehingga membuat ketidakontrolan pelaku mengejawantakan nafsu syahwat birahinya seperti binatang bahkan lebih hina lagi, yang jelas murni biadabnya.
Tapi lebih dari itu ada hal-hal mendasar selain dari murninya kebejatan pelaku, pasti ada sebab dalam hal ini pemerkosaan seperti menganalisa dan mengobservasi;
Pelaku
Apakah pelaku sering melihat yang bukan haknya? seperti menonton video porno, melihat wanita-wanita yang berbusana terbuka dan seksi?
Atau mungkin tidak cukup terdidik dalam agamanya?moralnya?etikanya?
Atau mungkin pengaruh lingkungannya?lingkungan pertemanannya?lingkungan keluarganya?
Atau mungkin pengaruh pola pengasuhannnya dulu?
Korban
Sama juga halnya apakah korban sering menggunakan pakaian terbuka dan seksi?
Apakah korban sering beraktifitas dengan lelaki tanpa ada batasan? dari waktu? dari interaksi?
Maksud saya, yang bisa kita kendalikan adalah diri kita sendiri bukan orang lain, seperti yang pepatah katakan
“SEDIA PAYUNG SEBELUM HUJAN”
“LEBIH BAIK MENANGGULANGI DARI PADA MENGOBATI”
Desain Fashion dalam Budaya
Budaya dalam hal ini sesuatu yang sudah melekat dalam suatu suku, ras, negara, baik dalam agama yang terbentuk karena sebuah aturan, kebiasaan, dan mungkin iklim diwilayah itu sendiri seperti di Kanada rata-rata suhu disana mencapai -5,35C membuat kebiasaan berbusana mereka menggunakan bahan yang hangat dan tebal agar terhindar dari dinginnya suhu.
Etika dan Moral Budaya Fashion di Eropa
Selain dari iklim itu sendiri budaya juga mencakup adat istiadat yang mencakup etika dan moral, kalian bisa melihat di video ini.
Model pakaian tentu mengalami perubahan dan perkembangan setiap waktunya. Bagaimana reaksi wanita zaman dulu terhadap model pakaian topless.
Model pakaian adalah rancangan pada pakaian, meliputi pola, bentuk, motif-motif dan segala bentuk hal baru pada pakaian.
Saat membandingkan model pakaian lama dan baru, biasanya terdapat perbedaan yang dapat kita bedakan.
Minimal jenis warnanya tidak sama, kalaupun sama setidaknya motifnya berbeda. Topless merupakan salah satu jenis dari model-model pakaian.
Model pakaian topless adalah model pakaian yang rancangannya pada bagian atasnya tampak terbuka. Kita biasanya melihat pada gaun-gaun.
Dilansir pada channel Youtube @CordovaMedia, terdapat reaksi dari wanita di inggris. Wanita-wanita tersebut sedang melihat dress jenis toples atau terbuka pada bagian atasnya.
Lalu setelah melihat model pakaian tersebut, wanita-wanita pun menyampaikan komentarnya. Dokumentasi ini dari tahun 1964.
Dalam video, orang-orang melihat model pakaian topless tersebut beberapa detik.
Lalu wanita pertama menyampaikan pendapatnya, dia mengatakan ‘aku tidak mau memakainya’ sambil menggeleng kepalanya.
Lanjut ke wanita yang disebelahnya, wanita tersebut diberi pertanyaan ‘bagaimana pendapatmu?’. Wanita kedua menjawab ‘menjijikkan’. Diberi pertanyaan lagi ‘mengapa?’.
Wanita kedua menjawab lagi, ‘perempuan yang tahu sopan santun, tidak akan berkeliaran dengan baju seperti itu’.
Selanjutnya wanita ketiga, dia langsung mengatakan ‘menjijikkan’. Wanita ketiga kemudian diberi pertanyaan ‘mengapa?’.
Wanita ketiga menjawab ‘Tidak tahu, jijik saja. Aku tidak akan mau memakainya. Tidak cocok di kota (Wolverhampton)’.
Sambungan wanita keempat ‘kurasa ini hanya gimik (pemicu perhatian orang). Menurutku perempuan yang waras tidak akan mau memakainya’. Lalu video berakhir.
Postingan ini mendapat reaksi positif dari netizen. Dengan like lebih dari 1,2k, komentarnya lebih dari 28k. beberapa komentar menarik, seperti:
Video diatas adalah benar, ketika saya jalan2 ditaman dikota Birmingham, saya melihat ada orang tua (pensiunan) ngeliatin istri saya, beliau bercerita jika wanita2 uk dulu memakai scarf dikepala sambil nunjuk jilbab istri saya, tapi sekarang sudah sangat jarang (hampir gak ada) kata beliau dengan wajah yg sedih sambil mengingat masa2 lalu
Harga diri dan martabat wanita sangat dijaga, malah justru para Bangsawan pada masanya memakai gaun tebal dan panjang, selain cuaca juga sebagai bentuk kemewahan. Semuanya berubah, saat memasuki era revolusi politik, ketika liberalisme mula muncul di eropa lebih dahulu di Prancis
I Korintus 11: 6 “Sebab jika perempuan tidak mau menudungi kepalanya, maka haruslah ia juga menggunting rambutnya. Tetapi jika bagi perempuan adalah penghinaan, bahwa rambutnya digunting atau dicukur, maka haruslah ia menudungi kepalanya,”
Artinya: Wahai Nabi (Muhammad), katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin supaya mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali sehingga mereka tidak diganggu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Adapun di belahan bumi lain yaitu tanah air kita tercinta yaitu Indonesia.
Etika dan Moral Budaya Fashion di Indonesia
a. Sejarah Kabaya
b. Etimologi
Istilah “kebaya” diyakini berasal dari kata serapan Arabkaba atau qaba yang berarti “pakaian” istilah ini mungkin berhubungan dengan kata Arab abaya (bahasa Arab: عباءة) yang berarti jubah atau garmen longgar. Istilah tersebut kemudian diperkenalkan ke Nusantara melalui kata serapan dari bahasa Portugis, cabaya.
c. Latar belakang
Dari Timur-Tengah
Ada kemungkinan besar bahwa asal-usul kebaya berasal dari Timur Tengah dikarenakan komposisi akar budayanya. Hal ini dibuktikan dengan adanya keterkaitan kebaya dengan qaba dari Arab yang merupakan sejenis jubah panjang kendur yang dikemukakan oleh orientalis Henry Yule dan Arthur Burnell pada tahun 1886. Pakaian-pakaian dari tanah Arab memang sudah dikenal sejak abad ke-7 masehi, beberapa jejak sejarah bahkan menunjukkan bahwa Nabi Islam Muhammad mendapatkan hadiah berupa aqbiya (yang merupakan bentuk jamak dari qaba) dalam beberapa kejadian. Banyak ahli berpendapat bahwa orang Persia merupakan asal-usul utama dari qaba. Selain itu dengan adanya penyebaran agama Islam melalui proses perdagangan dan sebagainya, tata busana seperti ini tidak lagi hanya ditemukan di tanah Arab, tetapi juga di tanah Persia, Turki, dan Urdu.[19] Dikarenakan bentuk fisiknya, banyak sumber yang menyatakan bahwa kebaya berasal dari busana Muslim yang dinamai sebagai qaba, habaya, al akibiya al turkiyya dan djubba. Klaim bahwa kebaya kemungkinan berasal dari Dunia Arab sangatlah mungkin, sebagaimana Islam merambah ke Dunia Melayu pada abad ke-15 masehi dan para wanita Melayu mulai mengikuti norma busana Islamik.[5][8] Sebelum adanya Islam, para penduduk wanita memang memakai pakaian dengan helai yang lebih sedikit.
Sebelum Islam datang di Nusantara pada abad 15, masyarakat indonesia pada umunya bertelanjang dada baik pria maupun wanita.
Telanjang dada bagi perempuan di Indonesia pada masa lalu merupakan hal yang lumrah. Tidak ada tudingan porno ataupun pamer keseksian. Ini karena tradisi ketika itu belum mengenal etika dan moral
Perempuan-perempuan tak berpenutup dada tak hanya di Papua saja di masa lalu, tapi di banyak daerah di Indonesia. Di Jawa, kaum perempuan biasanya hanya menutup dadanya dengan kemben yakni sebuah kain yang dililit di bagian dada. Baru setelah periode 1900-an, perempuan di Jawa mulai mengenakan kebaya.
Di Sulawesi Selatan, para perempuan biasa memakai baju bodo yang mirip kebaya, tetapi tipis dan longgar. Saking tipisnya, baju bodo pada masa itu terlihat transparan sehingga memperlihatkan payudara pemakainya.
Zaman Hindia Belanda
Di zaman Hindia Belanda, perempuan yang berjalan di muka umum tanpa mengenakan penutup dada adalah hal yang biasa. Di masa tersebut, hal itu kadang menjadi salah satu sebab terjadinya pemerkosaan. banyak diantaranya masalah birahi muncul di kalangan laki-laki Belanda yang melihatnya. Pernah ada cerita acara bongkar muat kapal Belanda yang tertunda satu jam, karena pelaut-pelaut Belanda terpesona pada pemandangan di atas perut perempuan itu.
Dalam film The Legong Dance of the Virgin, yang dibuat rumah produksi Amerika di tahun 1933, perempuan Bali digambarkan tidak memakai kutang. Mereka terbiasa bertelanjang dada. Film ini berkisah soal cinta segitiga yang berakhir tragis bagi seorang gadis penari legong.
Selain film cerita ini, dalam film dokumenter Moeder Dao (1995), terdapat dokumentasi perempuan-perempuan tak berpenutup dada di sebuah daerah di Indonesia sekitar tahun 1930. Tentu saja daerah itu jauh dari pusat industri, di mana kain bisa jadi dianggap barang mewah. Perempuan-perempuan berbaju lebih sering ditemukan di pabrik, perkebunan atau kota.
Remy Sylado punya imajinasi sendiri soal bagaimana orang Indonesia mengenal pakaian. Dalam novelnya Pangeran Diponegoro: Menggagas Ratu Adil (2007), Remy menceritakan bangsawan berdarah Spanyol-Perancis, bernama Don Lopez Comte de Paris, melihat perempuan Jawa, yang ikut membangun jalan raya pos Anyer Panarukan. Atas perintah Deandels yang berkuasa dari 1808 hingga 1811, para perempuan itu hanya memakai pakaian yang menutup bagian bawah tubuh mereka saja. Dada mereka terlihat. Don Lopez lalu memberi sebuah kain pada perempuan pribumi yang tercantik diantara mereka dan menyuruhnya agar menutup bagian berharga di atas perut itu.
“Coutant! Coutant!” perintah Don Lopez. Kebetulan dalam bahasa Perancis, berharga diartikan sebagai coutant.
Belakangan orang Indonesia mengucapkannya sebagai kutang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kutang dimaknai sebagai pakaian dalam wanita untuk menutupi payudara atau baju tanpa lengan.
Baju tanpa lengan seperti kaos oblong, yang berfungsi sebagai pakaian dalam laki-laki juga, sering sebut sebagai kaos kutang juga. Kata koetang, dalam ejaan lawasnya, sering dipakai setidaknya di zaman kolonial. Seringkali ditemukan dalam bacaan-bacaan dalam bahasa Melayu.
Kesimpulan
Agama dan budaya dalam fashion desain bukanlah sekadar tren, melainkan fondasi yang penting untuk menciptakan kehidupan bermasyarakat, berbudaya, bernegara, dan beragama yang lebih baik dan adil. Dengan kesadaran yang lebih besar dan komitmen terhadap praktik yang etis, desainer dapat memberikan kontribusi positif tidak hanya kepada dunia fashion, tetapi juga kepada masyarakat dan lingkungan secara keseluruhan. Fashion yang baik adalah fashion yang tidak hanya indah, tetapi juga bijaksana.
Diera digital informasi ini yang sifatnya efektif, efisien serta cepat perubahannya perlu disadari hidup ini sedang dalam pengendalian dan pengaturan suatu zat, seperti kita lihat jaman dulu di eropa yang sebelumnya reaksi wanita jijik dan enggan memakai busana terbuka dan seksi, tidak seperti sekarang banyak wanita berlomba lomba untuk lebih terlihat cantik dengan memakai busana seksi, dan sebaliknya di indonesia sangat dulu sekali wanita dinusantara tidak malu untuk mengenakan pakaian yang bertelanjang dada, sekarang masyarakat lebih menutup dirinya dan lebih mempunyai rasa malu dan hormat terhadap dirinya sendiri.
Mengapa Penulis seperti selalu mencontohkan segala sesuatunya kepada wanita? Penulis ingin mengajak kesadaran pembaca bahwa tulang punggung generasi itu ada pada wanita dan lelaki sebagai pundaknya generasi. Jelas sekali terlihat dan terasa bahwa fitrah atau maksud dari wanita tercipta adalah untuk memelihara dan merawat generasi, dasar alasannya yaitu, siapa yang pertama memelihara dan merawat kita sebelum kita terlahir di dunia? dari anggota tubuh siapa kita terlahir?siapa yang memberi makan dan minum saat kita berada dalam kandungan? siapa yang menyusui atau menyapi saat kita terlahir? yang jelas hal-hal ini tidak bisa lelaki lakukan. begitu dahsyat dan massivenya peran wanita dalam kehidupan.
Sebelum Manusia itu dapat survive dan mandiri untuk mempertanggungjawabkan dirinya sendiri, ia berada dalam pemeliharaan orangtuanya terkhusus wanita dalam sudut pandang islam wanita adalah madrasah pertama dalam arti lain bahwa pendidikan pertama seorang anak ada pada wanita.
Maka daripada itu mudah sekali untuk menghancurkan generasi. Hancurkanlah wanitanya, geserkan arah/kiblat hidupnya bukan untuk membangun anak yang cerdas dan sholeh. Dengan demikian hancurlah sebuah generasi.
Dan karena lelaki sebagai pundaknya generasi haruslah bertanggungjawab dalam perilaku dan tindakan seorang perempuan, entah itu istrinya, anaknya, sekalipun sodara perempuannya agar terjaga dan terlindungi dari orientasi dan tujuan hidup yang salah yang dapat menghancurkan generasi dan dirinya sendiri.
Apakah hal ini terjadi secara kebetulan dan alami tanpa ada yang merencanakan?mengendalikan?memobilisasi?memanipulasi? jelas tidak! ada pihak pihak yang ingin menghancurkan setiap generasi agar lebih bodoh dan mudah dikendalikan untuk keuntungan dan kepentingan segelintir elit yang ingin memonopoli kekayaan dan kekuasaan segenap mahkluk dimuka bumi ini dari manusianya sampai tanah air yang dipijaknya.
Hal-hal yang melekat dalam diri adalah kewajiban setiap individual untuk mengendalikannya, mengaturnya, dan mengelolanya. Terutama Desainer haruslah bertanggungjawab penuh baik ditunggangi suatu kepentingan ataupun tidak, karena Desainer sangat berperan penting khususnya membangun generasi untuk menyiapkan segala alat, sarana, dan prasarana masyarakat agar tidak mengandung marabahaya dan terhindarkan dari malapetaka.
Pertanyaannya,
Kepada Yth,
Seluruh Desainer Dan Jajarannya
di UNIKOM INDONESIA
Siapakah yang paling layak dan pantas untuk mengendalikan kita?
TUHAN atau HAWA NAFSU
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Writer: Paisal Nuryakin NIM: 51922221 Desain Komunikasi Visual