KEMASAN PINTAR INDIKATOR KESEGARAN: SOLUSI UMKM UNTUK MAKANAN LEBIH AMAN DAN MENARIK

Revi Nur Safitri1

revi.21523002@mahasiswa.unikom.ac.id

Program Studi Keuangan Perbankan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Komputer Indonesia, Bandung, Indonesia

Abstrak

Bisnis makanan di Indonesia tumbuh dengan pesat, terutama di sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang menjadi fondasi perekonomian negara. Namun, masih terdapat masalah terkait keamanan dan kualitas makanan UMKM, terutama dalam hal distribusi dan penyimpanan. Kurangnya solusi pengemasan yang dapat menyampaikan informasi tentang kesegaran produk secara akurat merupakan salah satu kendala utama. Salah satu cara kreatif untuk mengatasi masalah ini adalah melalui pengemasan cerdas yang menyertakan indikator kesegaran. Melalui perubahan warna atau tanda lain yang bereaksi terhadap kondisi fisik atau kimia produk, teknologi ini memungkinkan konsumen menilai kualitas makanan secara visual.

Artikel ini membahas bagaimana kemasan pintar dapat meningkatkan regulasi keamanan pangan dan membuat produk UMKM lebih menarik bagi pelanggan. Melalui tinjauan pustaka dari berbagai publikasi nasional yang diakui, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi kualitatif. Temuan penelitian menunjukkan bahwa penerapan indikator kesegaran dapat meningkatkan kepercayaan konsumen, memperpanjang masa simpan produk, dan menawarkan nilai tambah serta keunikan pasar. Meskipun demikian, sejumlah tantangan tetap ada, khususnya terkait akses terhadap teknologi dan pemahaman pelaku UMKM. Oleh karena itu, untuk mendorong penggunaan teknologi ini secara luas, diperlukan dukungan dari berbagai sumber.

Kata Kunci: Kemasan pintar, indikator kesegaran, UMKM, keamanan pangan, daya tarik.

Abstract

The food business in Indonesia is growing rapidly, especially in the Micro, Small, and Medium Enterprises (MSMEs) sector which is the foundation of the country’s economy. However, there are still problems related to the safety and quality of MSME food, especially in terms of distribution and storage. The lack of packaging solutions that can convey information about product freshness accurately is one of the main obstacles. One creative way to overcome this problem is through smart packaging that includes freshness indicators. Through color changes or other signs that react to the physical or chemical conditions of the product, this technology allows consumers to visually assess the quality of food. This article discusses how smart packaging can improve food safety regulations and make MSME products more attractive to customers. Through a literature review of various recognized national publications, this study was conducted using a qualitative methodology. The research findings show that the implementation of freshness indicators can increase consumer confidence, extend product shelf life, and offer added value and market uniqueness. However, a number of challenges remain, especially related to access to technology and understanding of MSME actors. Therefore, to encourage the widespread use of this technology, support from various sources is needed.

Keywords: Smart packaging, freshness indicators, MSMEs, food safety, appeal.

Pendahuluan

Salah satu industri yang berkontribusi signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). UMKM di industri makanan memiliki banyak potensi untuk menghasilkan berbagai macam barang produksi lokal dengan nilai pasar yang signifikan. Namun, produk-produk UMKM sering kali tidak memenuhi persyaratan ideal baik dari segi kualitas maupun keamanan, terutama dalam hal pengemasan. Selain melindungi produk, pengemasan berfungsi sebagai saluran komunikasi antara produsen dan konsumen, terutama dalam hal detail tentang kesegaran dan kualitas makanan.

Inovasi dalam pengemasan menjadi hal yang penting seiring dengan meningkatnya kesadaran konsumen akan keamanan pangan dan masalah kesehatan. Salah satu jenis teknologi yang dapat memberikan informasi visual tentang kondisi pangan, termasuk kesegaran, suhu, atau masa simpan, adalah pengemasan cerdas dengan indikator kesegaran. Penerapan teknologi ini pada pangan yang mudah rusak seperti daging, ikan, makanan olahan, dan pangan siap saji yang sering diproduksi oleh UMKM sangatlah penting. Pelanggan dapat dengan cepat menentukan apakah suatu produk masih aman untuk dikonsumsi atau telah melewati masa simpan amannya dengan indikator kesegaran.

Teknik ini telah diadopsi secara luas di sejumlah negara maju dan terbukti mampu mengurangi sampah makanan dan meningkatkan kepercayaan konsumen. Kemasan pintar masih belum banyak digunakan di Indonesia, khususnya di kalangan UMKM. Oleh karena itu, agar produk UMKM dapat bersaing di pasar yang semakin kompetitif, diperlukan pengetahuan dan strategi untuk memperkenalkan dan menggunakan teknologi ini secara lebih merata.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif melalui studi pustaka (literature review). Informasi dikumpulkan dari berbagai publikasi dan artikel ilmiah. Studi ini berfokus pada penggunaan teknologi kemasan pintar, khususnya biosensor, variasi pH, dan indikator kesegaran berbasis waktu dan suhu (TTI). Jurnal Agroindustri, Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, dan Jurnal Teknik dan Manajemen Sistem Industri merupakan sumber pustaka utama. Untuk menemukan pola dan topik yang berkaitan dengan keuntungan, kesulitan, dan taktik penggunaan kemasan pintar di sektor UMKM pangan, analisis data dilakukan secara tematis. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang kemungkinan pengemasan indikator kesegaran sebagai opsi yang mutakhir, dapat diterapkan, dan dengan harga yang wajar bagi para pelaku UMKM.

Hasil dan Pembahasan

Melalui perubahan warna atau bentuk pada indikator yang ditempatkan di dalam atau luar wadah, temuan studi ini menunjukkan bagaimana kemasan pintar dengan indikator kesegaran dapat membantu konsumen dalam menilai kualitas makanan dengan segera. Saat makanan mulai rusak, indikator ini mendeteksi perubahan suhu, pH, atau gas yang dihasilkan oleh makanan. Misalnya, saat makanan mencapai batas suhu penyimpanan yang aman, teknologi indikator waktu-suhu (TTI) menampilkan reaksi visual.

Masa simpan produk juga dapat ditingkatkan dengan pengemasan yang cerdas. Sejumlah indikator dapat memberikan informasi kepada penjual yang membantu mereka mengelola stok secara lebih efektif, yang dapat mengurangi kerugian akibat barang yang kedaluwarsa. Hal ini secara langsung memengaruhi peningkatan pendapatan dan efisiensi distribusi UMKM.

Dari sudut pandang pemasaran, pengemasan yang cerdas memberikan nilai tambah dan membedakan barang, sehingga meningkatkan daya tariknya bagi pelanggan. Menurut survei Pratama (2021), lebih dari 60% konsumen mengatakan bahwa mereka akan tertarik membeli makanan dengan indikator kesegaran karena dianggap lebih bertanggung jawab terhadap kualitas dan transparan.

Namun, terdapat beberapa kesulitan dalam penerapan teknologi ini. Gagasan tentang indikator kesegaran dan penggunaannya masih belum jelas bagi banyak UMKM. Selain itu, salah satu kendala bagi pelaku usaha kecil adalah biaya alat dan bahan indikator yang relatif mahal. Penerapan teknologi ini di tingkat UMKM terhambat oleh kurangnya dukungan eksternal dan terbatasnya akses ke penyedia teknologi.

Oleh karena itu, untuk mendorong penggunaan kemasan pintar sebaik mungkin, diperlukan kolaborasi multipihak. Lembaga akademis berkontribusi dalam bentuk bantuan teknis dan pengajaran, sementara pemerintah dapat menawarkan insentif dalam bentuk subsidi peralatan. Namun, untuk mengakomodasi kemampuan UMKM, pembuat teknologi lokal harus membuat indikator yang lebih murah dan lebih mudah digunakan.

Kesimpulan dan Saran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemasan pintar dengan indikasi kesegaran dapat meningkatkan keamanan pangan, memperpanjang masa simpan, dan meningkatkan daya tarik produk pangan UMKM. Selain itu, dengan membuat informasi berkualitas tinggi menjadi transparan bagi pelanggan, teknologi ini memberikan keunggulan kompetitif bagi bisnis. Penggunaannya dianggap relevan dan sangat menjanjikan dalam mengatasi masalah distribusi dan penurunan kualitas pangan yang sering dihadapi oleh pelaku UMKM. Namun, hambatan terbesar dalam penerapannya tetap terbatasnya akses terhadap teknologi, kurangnya pendidikan, dan keterbatasan finansial. Oleh karena itu, untuk meningkatkan penggunaan kemasan pintar di kalangan UMKM, khususnya dalam bisnis pangan yang mudah rusak, banyak pihak harus bekerja sama.

Agar teknologi kemasan pintar dapat digunakan secara luas di sektor UMKM, para pelaku usaha, lembaga pendidikan, lembaga pemerintah, dan penyedia teknologi harus bekerja sama. UMKM yang berinovasi dalam pengemasan dapat memperoleh bantuan dari pemerintah dalam bentuk program insentif dan subsidi. Lembaga pendidikan tinggi dan penelitian harus terlibat aktif dalam pelatihan dan pengembangan indikator berdasarkan sumber daya yang tersedia secara lokal, lebih terjangkau, dan ramah lingkungan. UMKM sendiri harus menjadi lebih melek teknologi dan mulai merangkul inovasi pengemasan. Langkah awal yang praktis dapat dilakukan dengan penerapan teknologi indikator kesegaran secara bertahap, dimulai dengan bahan makanan yang lembut seperti daging olahan, makanan beku, dan makanan siap saji. Kemasan pintar dapat memantapkan dirinya sebagai tolok ukur baru untuk menjaga kualitas produk dan menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap barang-barang UMKM Indonesia dengan peluncuran yang mantap dan kolaborasi lintas sektor.

DAFTAR PUSTAKA

Susanti, E., Pratiwi, D., & Pertiwi, L. (2020). Inovasi Kemasan Makanan Berbasis Indikator Waktu dan Suhu untuk Menjaga Kualitas Produk. Jurnal Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian.

Pratama, R. A. (2021). Penerapan Kemasan Aktif dan Pintar pada UMKM Makanan di Indonesia. Jurnal Agroindustri.

Ananda, T. M., & Sari, D. R. (2022). Pemanfaatan Indikator Kesegaran Berbasis pH dalam Pengemasan Ikan Olahan. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Sistem Industri.

Nugroho, H., & Widodo, W. (2023). Potensi Smart Packaging pada Produk Kuliner Lokal. Jurnal Inovasi Teknologi Industri. Kementerian Koperasi dan UKM (2022). Laporan Tahunan UMKM dan Inovasi Teknologi.