Transformasi digital tidak hanya mengubah cara manusia berkomunikasi, tetapi juga merevolusi cara brand berinteraksi dengan konsumennya. Dalam beberapa dekade terakhir, perkembangan teknologi telah mendorong perubahan besar dalam pola konsumsi media, perilaku konsumen, dan cara perusahaan menyampaikan nilai produknya. Media sosial, sebagai produk utama dari era digital ini, telah menjadi sarana utama dalam membangun hubungan antara merek dan audiens. Di antara berbagai platform media sosial, TikTok muncul sebagai kekuatan baru yang tidak hanya menghibur tetapi juga berpotensi besar dalam membentuk persepsi merek.
Pada awal kemunculannya, TikTok lebih dikenal sebagai aplikasi hiburan berisi video pendek yang didominasi oleh tarian, lip-sync, dan konten lucu yang ringan. Platform ini dengan cepat menyebar ke seluruh dunia, khususnya di kalangan remaja dan dewasa muda, menjadikannya fenomena global dalam waktu singkat. Namun, perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa TikTok tidak hanya sekadar tempat berbagi hiburan. Ia berkembang menjadi media komunikasi visual yang efektif, dengan struktur algoritma yang unik dan komunitas yang sangat terlibat.
Menurut DataReportal (2024), TikTok kini memiliki lebih dari 1,6 miliar pengguna aktif global, dengan rata-rata penggunaan per hari melebihi 95 menit—lebih tinggi dibandingkan platform sosial lain seperti Instagram dan Facebook. Data ini menunjukkan bahwa pengguna tidak hanya menggunakan TikTok untuk sekadar menonton video, tetapi juga untuk mencari inspirasi, belajar hal baru, dan berinteraksi dengan komunitas digital yang lebih luas. Fakta ini menjadikan TikTok tidak hanya sebagai wadah hiburan, melainkan juga sebagai peluang strategis dalam dunia pemasaran digital.
TikTok memiliki sejumlah karakteristik unik yang menjadikannya menarik bagi brand: format video pendek, kemampuan menjangkau audiens tanpa harus memiliki banyak pengikut, serta sifat kontennya yang mengutamakan kreativitas dan keaslian. Hal ini memungkinkan brand untuk menampilkan kepribadiannya secara lebih otentik, membangun kedekatan emosional dengan pengguna, dan mengomunikasikan nilai merek melalui cara yang menyenangkan dan mudah dicerna.
Terutama bagi merek yang ingin menjangkau generasi muda seperti Gen Z dan milenial, TikTok menawarkan pendekatan baru yang lebih dinamis, visual, dan emosional. Generasi ini dikenal sebagai digital native yang lebih responsif terhadap storytelling daripada iklan langsung. Oleh karena itu, keberadaan TikTok dalam strategi digital marketing menjadi sangat penting.
TikTok dan Konsep Brand Awareness
Brand awareness atau kesadaran merek adalah tahap awal dan fundamental dalam membangun hubungan antara produk dan konsumen. Brand yang memiliki awareness tinggi akan lebih mudah diingat dan dipilih saat konsumen dihadapkan pada berbagai opsi produk. Dalam era digital, membangun brand awareness membutuhkan pendekatan yang lebih kreatif dan adaptif.
TikTok menawarkan cara baru dan menyegarkan dalam membangun awareness ini. Salah satu nilai utama TikTok adalah pendekatan visual storytelling berdurasi pendek. Dalam waktu 15 hingga 60 detik, sebuah merek bisa mengemas pesan yang kuat, emosional, atau informatif tanpa terasa seperti iklan. Pendekatan ini sangat cocok untuk generasi digital yang memiliki rentang perhatian pendek dan lebih memilih konten ringan namun relevan.
Platform ini juga memberikan peluang untuk menciptakan konten yang autentik. Konten-konten ini tidak perlu terlalu dipoles seperti iklan televisi, justru semakin natural, semakin besar kemungkinan diterima oleh audiens. Hal ini menciptakan hubungan yang lebih manusiawi antara brand dan pengguna.
TikTok, dengan algoritma berbasis minat pengguna, mampu menyebarkan konten secara masif bahkan dari akun baru sekalipun. Artinya, brand tidak perlu memiliki jutaan followers untuk menjangkau jutaan pengguna. Ini membuat TikTok sangat ideal bagi brand yang ingin menumbuhkan awareness dari nol. Sebuah video yang dibuat oleh UMKM bisa saja viral dan dilihat jutaan orang dalam hitungan hari, bahkan jam.
Menurut Singh & Sonnenburg pada Faustyna (2024), kekuatan utama TikTok terletak pada kemampuannya menghubungkan merek dengan audiens melalui tren, emosi, dan interaksi sosial. Kampanye yang mengikuti tren atau memulai tantangan (#hashtag challenge) memiliki peluang lebih besar untuk viral, dibandingkan konten yang hanya bersifat promosi satu arah.
Mengapa TikTok Efektif untuk Membangun Brand
- Algoritma yang Adaptif dan Demokratis
TikTok menggunakan algoritma For You Page (FYP) yang menampilkan video berdasarkan preferensi pengguna, bukan popularitas akun. Ini berarti brand baru pun memiliki peluang untuk viral, selama kontennya menarik dan relevan. Algoritma ini juga mendorong penemuan konten baru secara konstan, sehingga brand yang konsisten akan terus mendapatkan eksposur.
Sebagai contoh, sebuah UMKM lokal yang menjual produk kerajinan tangan bisa mengunggah video behind-the-scenes proses produksi, disertai narasi menyentuh. Jika konten tersebut relatable, TikTok bisa menampilkannya ke jutaan pengguna yang memiliki minat serupa.
- Kekuatan Tren dan Hashtag Challenge
Salah satu strategi paling efektif dalam TikTok marketing adalah mengikuti atau menciptakan tren. Tren ini biasanya hadir dalam bentuk audio viral, tantangan menari, tips sehari-hari, hingga storytelling. Brand yang masuk ke tren ini dengan cerdas akan mendapatkan visibilitas tanpa harus mengeluarkan banyak biaya. TikTok mendorong partisipasi melalui tantangan yang menyenangkan, yang kemudian menjadi alat penyebaran brand secara organik.
Contohnya, brand fesyen Zalora sempat meluncurkan kampanye “OOTD Challenge” yang mendorong pengguna untuk menunjukkan outfit mereka. Challenge ini menghasilkan ribuan video user-generated content (UGC) yang pada akhirnya memperkuat kehadiran merek secara organik.
- Kolaborasi dengan Kreator dan Mikro-Influencer
Menurut HubSpot (2023), konten dari mikro-influencer (follower 10–100 ribu) seringkali mendapatkan engagement lebih tinggi dibanding mega-influencer. TikTok memberi panggung bagi kreator kecil yang memiliki kedekatan emosional dengan audiensnya. Kolaborasi semacam ini tidak hanya lebih murah, tetapi juga lebih efektif dalam membangun kepercayaan audiens.
Brand dapat berkolaborasi dengan kreator yang selaras dengan nilai produk mereka, misalnya brand skincare lokal bekerja sama dengan kreator yang memiliki skin concern serupa. Hal ini menciptakan komunikasi yang lebih otentik dan dapat dipercaya, dibandingkan iklan yang dibintangi artis besar namun kurang relevan.
- Kreativitas Tanpa Batas dan Storytelling
Salah satu alasan TikTok begitu menonjol adalah karena sifat kontennya yang tidak harus sempurna secara estetika, tapi harus autentik dan engaging. Banyak brand yang sukses karena mampu memanfaatkan sisi storytelling, humor, dan edukasi dalam konten mereka. Dengan pendekatan ini, brand dapat menunjukkan sisi manusiawi dan nilai-nilai yang diyakini oleh perusahaan.
Menurut Han dan Jang (2024), konten pendek dengan nilai sosial terbukti mendorong partisipasi konsumen secara signifikan. Sementara itu, nilai praktis, emosional, dan menyenangkan hanya berpengaruh jika disertai unsur empati. Partisipasi ini kemudian berkontribusi pada meningkatnya minat konsumen terhadap brand. Oleh karena itu, konten yang mengandung cerita nyata, nilai sosial, atau pesan empatik cenderung mendapatkan respon positif dari audiens.
- Membangun Komunitas dan Interaksi Dua Arah
Berbeda dari iklan pasif, TikTok mendorong partisipasi audiens melalui fitur duet, stitch, dan komentar. Brand yang aktif merespons komentar atau mempromosikan UGC (user generated content) menunjukkan pendekatan inklusif dan membangun komunitas digital yang loyal. TikTok menjadi tempat di mana konsumen bisa menjadi bagian dari cerita brand, bukan hanya penerima pesan.
Fitur ini menciptakan sense of belonging dan keterlibatan emosional antara brand dan konsumen. Audiens merasa menjadi bagian dari cerita brand, bukan hanya sebagai target pasar. Dalam jangka panjang, komunitas yang terbentuk di sekitar brand dapat menjadi sumber kekuatan yang menjaga loyalitas dan memperluas jangkauan secara organik.
Hal ini menjelaskan mengapa banyak brand yang sukses di TikTok lebih memilih menyajikan kisah-kisah nyata, tantangan sosial, atau testimoni personal dibandingkan dengan iklan konvensional yang bersifat satu arah.
Studi Kasus: Strategi TikTok dalam Praktik Nyata
Scarlett Whitening (Indonesia)
Brand lokal ini berhasil menggunakan TikTok untuk membangun kepercayaan publik, terutama di kalangan Gen Z dan milenial. Mereka aktif menggunakan testimoni, video tutorial, dan tantangan bersama influencer kecantikan lokal. Hasilnya, Scarlett berhasil menjadi salah satu brand lokal paling dikenal di TikTok dengan jutaan views per kampanye. Strategi mereka menekankan pada keaslian, konsistensi, dan keterlibatan komunitas.
Fenty Beauty (Global)
Brand milik Rihanna ini tidak hanya mengandalkan citra artis, tapi juga mendorong komunitas kecantikan global untuk ikut serta dalam campaign makeup look. Video review dan tutorial dari pengguna biasa menjadi bagian penting dalam strategi branding Fenty di TikTok. Mereka membuktikan bahwa kombinasi antara kepercayaan sosial dan partisipasi komunitas mampu membangun merek yang kuat.
Tantangan dan Catatan Kritis
Meski penuh potensi, TikTok juga memiliki tantangan. Algoritma yang berubah-ubah, konten yang cepat usang, serta risiko cancel culture menjadi perhatian. Brand perlu berhati-hati dalam memilih gaya komunikasi agar tetap sesuai dengan nilai dan sensitivitas budaya target audiens. Konten yang tidak tepat dapat dengan cepat menjadi viral secara negatif.
Selain itu, strategi TikTok membutuhkan konsistensi dan pemahaman tren secara real-time. Konten yang dirilis terlambat dari momen viral bisa kehilangan momentum dan tidak efektif lagi. Keberhasilan di TikTok tidak hanya bergantung pada kreativitas, tetapi juga pada kecepatan dalam menanggapi perubahan tren dan dinamika sosial yang cepat.
Kesimpulan
TikTok telah menjelma menjadi lebih dari sekadar platform hiburan. Di tangan yang tepat, ia adalah alat ampuh untuk membangun brand awareness secara efektif, cepat, dan hemat biaya. Dengan algoritma yang mendukung konten kreatif dan partisipatif, TikTok memberikan peluang yang adil bagi semua brand, besar maupun kecil.
Kunci keberhasilan di TikTok terletak pada pemahaman akan audiens, keberanian bereksperimen, serta konsistensi membangun hubungan otentik melalui konten yang menghibur sekaligus bermakna. Dalam dunia pemasaran digital yang terus bergerak cepat, TikTok bukan lagi opsi sampingan, melainkan elemen utama dalam strategi brand yang ingin bertahan dan bersinar di era digital yang kompetitif ini.
Referensi
DataReportal. (2024). Digital 2024 Global Overview Report. Retrieved from https://datareportal.com
Faustyna, F. (2024). Strategi Komunikasi Krisis Public Relations Digital di TikTok pada Dinas Pariwisata Medan Selama Pandemi COVID-19: Analisis Kasus Pengelolaan Konten Inovatif. Jurnal Ilmu Komunikasi, 22(2), 288-307. https://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/komunikasi/article/view/8407
HAN, S. S., & JANG, Y. J. (2024). The Effect of Short-form Content Consumption Values on ConsumerParticipation Behavior and Consideration Set in SNS Channels. Journal of Distribution Science, 22(8), 109-124. doi:https://doi.org/10.15722/jds.22.08.202408.109
HubSpot. (2023). The State of Social Media Report 2023. Retrieved from https://blog.hubspot.com/marketing/social-media-report
Rafi. (2025, February 16). Panduan Lengkap Strategi Branding di TikTok untuk Pemula. Retrieved from https://www.qlausa.com/journal/panduan-lengkap-strategi-branding-di-tiktok-untuk-pemula
Tiktok. (2025, June 9). TikTok Hashtag Challenge: Kekuatan Tren, Kreativitas, dan Pemasaran Vira. Retrieved from https://manata.co.id/2025/06/09/tiktok-hashtag-challenge-kekuatan-tren-kreativitas-dan-pemasaran-viral
https://www.tiktok.com/transparency/en-us/recommendation-system