Peningkatan Literasi Konten Digital Produk Luaran PKM-PM Berbasis Capcut dan Affiliate TikTok

Transformasi digital yang terus berlangsung telah memberikan pengaruh signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan, terutama dalam pola komunikasi, proses belajar, serta cara generasi muda memperoleh pendapatan. Ketersediaan teknologi informasi yang semakin luas memungkinkan siapa pun, termasuk remaja, untuk mengakses berbagai peluang secara cepat dan efisien. Salah satu platform yang kini menjadi sorotan dalam dunia digital adalah TikTok, yang telah berkembang dari sekadar media hiburan menjadi sarana ekspresi diri sekaligus ladang potensial untuk meraih keuntungan ekonomi.

Sayangnya, tidak semua pengguna menyadari fungsi strategis dari platform tersebut. Banyak yang hanya menggunakannya sebagai hiburan, tanpa mengeksplorasi lebih dalam tentang peluang produktif yang ditawarkan. Hal ini menandakan adanya celah dalam literasi digital, di mana sebagian besar pengguna belum mampu memanfaatkan teknologi secara optimal untuk keperluan kreatif dan ekonomi.

Kondisi ini menegaskan pentingnya pendidikan literasi digital yang tidak hanya terbatas pada penguasaan alat atau aplikasi, tetapi juga mencakup pemahaman menyeluruh tentang etika bermedia, keamanan digital, serta potensi ekonomi di balik penggunaan media sosial. Terutama bagi generasi muda, literasi digital menjadi bekal utama untuk dapat beradaptasi, bersaing, dan mandiri di tengah arus perkembangan teknologi yang begitu cepat.

Melalui skema Program Kreativitas Mahasiswa – Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-PM), kegiatan pelatihan ini dirancang untuk membekali peserta dengan kemampuan dasar pembuatan konten kreatif melalui aplikasi CapCut, serta memperkenalkan strategi monetisasi konten melalui fitur TikTok Affiliate. Kedua platform ini dipilih karena memiliki kemudahan akses, popularitas tinggi di kalangan remaja, serta potensi ekonominya yang nyata jika dikelola dengan baik.

Kegiatan ini tidak hanya bertujuan mengajarkan teknik produksi video, melainkan juga mendorong peserta untuk berpikir strategis, mengenal karakteristik audiens digital, dan mengembangkan kemampuan wirausaha di dunia maya. Peserta diajak untuk mengeksplorasi ide, mengekspresikan kreativitas mereka, serta memanfaatkan media sosial sebagai alat pemberdayaan pribadi yang berdampak positif bagi lingkungan sekitarnya.

Dengan pendekatan pelatihan yang partisipatif dan menyenangkan, program ini bertujuan mengubah paradigma peserta dari yang awalnya hanya menjadi konsumen pasif menjadi produsen konten yang sadar akan potensi digitalnya. Literasi digital di sini didefinisikan lebih luas, tidak hanya sebagai keterampilan menggunakan teknologi, tetapi juga sebagai kemampuan untuk berpikir kritis, bertindak etis, serta membangun identitas digital yang positif dan berdaya saing.

Masih banyak kalangan remaja yang belum menyadari bahwa media sosial dapat dijadikan sebagai sarana pengembangan diri dan sumber penghasilan. Hal ini memperlihatkan bahwa peningkatan literasi digital perlu segera dilakukan untuk menyiapkan generasi yang tidak hanya terampil, tetapi juga bijak dalam memanfaatkan teknologi. Jika tidak ditanggapi secara serius, rendahnya literasi digital ini berpotensi memperbesar kesenjangan sosial, memperburuk kualitas informasi yang beredar, dan menghambat potensi ekonomi generasi muda.

Melalui pelatihan ini, mahasiswa sebagai agen perubahan berperan aktif dalam memberikan solusi nyata terhadap tantangan zaman. Pendekatan yang digunakan relevan dengan kehidupan remaja, dan secara tidak langsung membentuk fondasi karakter yang kreatif, produktif, dan visioner. Kegiatan ini diharapkan menjadi awal dari proses panjang menuju terbentuknya ekosistem digital yang sehat, inklusif, dan mendorong kemandirian generasi masa depan.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan berlangsung dalam beberapa tahapan terstruktur agar peserta bisa mengikuti proses belajar dengan nyaman:

  1. Sosialisasi dan Pengenalan Digital Marketing

Sesi awal dimulai dengan pemahaman dasar tentang potensi ekonomi dari media sosial, khususnya TikTok, dan bagaimana memanfaatkan peluang tersebut secara etis dan cerdas.

  • Pelatihan Editing Video dengan CapCut

Peserta diajari cara membuat video yang menarik dan sesuai tren, mulai dari pemotongan klip, menambahkan efek, transisi, hingga musik latar.

  • Mengenal dan Menggunakan TikTok Affiliate

Dalam tahap ini, peserta belajar bagaimana mendaftarkan diri di program affiliate TikTok, menautkan link produk, serta menyusun konten promosi yang efektif dan autentik.

  • Pendampingan dan Evaluasi Hasil

Setelah pelatihan, peserta didampingi dalam proses produksi konten dan diarahkan untuk mengunggah hasil karya mereka ke TikTok. Evaluasi dilakukan untuk mengukur perkembangan kemampuan dan hasil yang dicapai.

Hasil dan Pembahasan

Program ini berhasil menunjukkan dampak positif terhadap peningkatan kemampuan peserta dalam hal literasi konten digital, terutama pada aspek teknis editing video dan pemanfaatan platform afiliasi. Sebelum pelatihan, mayoritas peserta belum mengenal aplikasi CapCut secara mendalam dan tidak mengetahui bahwa TikTok menyediakan fitur afiliasi yang bisa menghasilkan komisi. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyanto (2021), yang menyebutkan bahwa keterampilan digital masyarakat Indonesia masih tergolong rendah, khususnya dalam memanfaatkan platform secara produktif.

Setelah mengikuti pelatihan, peserta mulai menunjukkan kemajuan yang signifikan. Mereka mampu membuat video dengan struktur narasi sederhana, menyisipkan efek, suara latar, serta memahami pentingnya estetika visual dan ritme konten agar menarik untuk ditonton. CapCut terbukti menjadi pilihan yang tepat karena antarmukanya yang ramah pengguna (user-friendly) dan fitur-fiturnya yang cukup lengkap untuk pemula (Kurnia & Astuti, 2022).

Di sisi lain, peserta juga berhasil memahami dan menerapkan konsep TikTok Affiliate. Mereka belajar memilih produk di marketplace TikTok Shop, membuat deskripsi produk yang menarik, dan menautkan link afiliasi ke dalam video. Dalam praktiknya, beberapa peserta telah mengunggah konten promosi dan mendapatkan interaksi dari pengguna lain berupa like, komentar, dan share. Beberapa bahkan sudah mencatatkan komisi pertama mereka, walau nilainya masih kecil. Hal ini membuktikan bahwa jika dimanfaatkan dengan konsisten, platform ini bisa menjadi sumber penghasilan yang menjanjikan.

Pembelajaran juga tidak hanya terjadi secara individual, tetapi secara kolaboratif. Peserta saling memberi masukan terhadap video satu sama lain, berdiskusi tentang tren yang sedang viral, dan berbagi pengalaman saat membuat konten. Suasana ini menciptakan ekosistem belajar yang aktif dan saling mendukung, di mana peserta tidak hanya belajar dari mentor, tetapi juga dari rekan-rekan sesama peserta (Wahyuni, 2023).

Lebih jauh lagi, program ini telah menumbuhkan kesadaran akan pentingnya membangun personal branding dan etika digital saat membuat konten. Mereka belajar bahwa menjadi kreator bukan hanya soal mengikuti tren, tetapi juga tentang menyampaikan pesan yang positif, jujur, dan bertanggung jawab kepada audiens. Hal ini sejalan dengan temuan Lestari & Nugroho (2020) yang menyatakan bahwa literasi digital harus mencakup pemahaman teknologi, informasi, komunikasi, serta nilai-nilai etis dalam penggunaannya.

Dengan pelatihan ini, peserta tidak hanya dibekali keterampilan teknis, tetapi juga mulai membentuk mindset sebagai individu yang mandiri secara ekonomi dan kreatif secara digital. Program ini membuktikan bahwa dengan pendekatan sederhana dan relevan, generasi muda bisa didorong untuk mengoptimalkan media sosial sebagai sarana produktivitas dan pemberdayaan diri.

Evaluasi dilakukan sebagai upaya untuk menilai sejauh mana peningkatan kemampuan peserta serta kualitas hasil karya yang telah dihasilkan selama program berlangsung. Selain itu, proses pelatihan ini menerapkan pendekatan partisipatif yang mendorong peserta untuk terlibat secara aktif, baik dalam menyampaikan gagasan, mengikuti praktik secara langsung, maupun memberikan dan menerima umpan balik dari rekan sesama peserta. Pendekatan ini tidak hanya memperkuat penguasaan keterampilan teknis, tetapi juga berkontribusi pada pengembangan soft skills seperti kepercayaan diri, komunikasi kolaboratif, serta rasa tanggung jawab sosial dalam konteks pembelajaran kolektif. Dengan demikian, kegiatan ini menciptakan suasana belajar yang lebih inklusif, interaktif, dan memberdayakan.

Kesimpulan

Program PKM-PM yang mengangkat tema “Peningkatan Literasi Konten Digital Berbasis CapCut dan TikTok Affiliate” terbukti memberikan hasil positif terhadap peningkatan pemahaman dan kemampuan peserta di bidang digital. Peserta tidak hanya mendapat wawasan baru tentang cara membuat konten, tetapi juga langsung mempraktikkannya lewat video kreatif yang mereka unggah di TikTok.
Penggunaan CapCut sebagai media pembelajaran editing sangat membantu karena tampilannya mudah dipahami dan fiturnya cukup lengkap untuk pemula. Sementara itu, fitur TikTok Affiliate membuka mata peserta bahwa media sosial bisa dijadikan sarana menghasilkan penghasilan tambahan jika dimanfaatkan secara tepat.
Selain kemampuan teknis, kegiatan ini juga melatih kepercayaan diri, kreativitas visual, dan semangat untuk mencoba hal baru. Suasana belajar yang interaktif mendorong peserta untuk lebih aktif bertanya, berbagi ide, dan saling memotivasi. Tak hanya itu, pelatihan ini juga memperkenalkan mereka pada prinsip-prinsip etika digital, serta pentingnya konsistensi dalam membuat konten berkualitas.

Secara umum, kegiatan ini tidak hanya menghasilkan keterampilan jangka pendek, tapi juga membentuk pola pikir jangka panjang: bahwa media sosial dapat menjadi alat kemandirian dan produktivitas jika dikelola dengan bijak. Program seperti ini berpotensi dikembangkan di tempat atau kelompok lain dengan konsep yang serupa. Media sosial memiliki potensi untuk menjadi sarana dalam membangun kemandirian dan meningkatkan produktivitas apabila digunakan secara tepat dan bertanggung jawab. Ke depannya, kolaborasi dengan berbagai pihak, seperti komunitas kreatif di tingkat lokal, perpustakaan umum, serta institusi pendidikan formal, akan memainkan peran penting dalam memperluas jangkauan dan dampak positif dari inisiatif seperti ini.

Saran

  • Perpanjangan Waktu dan Materi Pelatihan: Sesi pelatihan sebaiknya dilakukan dalam jangka waktu yang lebih panjang agar peserta bisa memahami materi lebih dalam dan memiliki waktu cukup untuk eksplorasi.
  • Pendampingan Setelah Pelatihan: Dibutuhkan bimbingan berkelanjutan setelah pelatihan selesai agar peserta tetap termotivasi dan bisa melanjutkan pembuatan konten secara mandiri.
  • Fasilitas Penunjang untuk Peserta: Dukungan berupa akses internet, alat bantu sederhana seperti tripod, atau ponsel layak pakai sangat membantu bagi peserta yang memiliki keterbatasan fasilitas.
  • Melibatkan Komunitas atau Praktisi Digital: Mengajak komunitas kreator lokal atau influencer untuk berbagi pengalaman bisa menambah semangat dan wawasan baru bagi peserta.
  • Evaluasi Dampak Jangka Panjang: Perlu dilakukan pemantauan beberapa bulan setelah kegiatan untuk melihat seberapa konsisten peserta dalam memproduksi konten dan mengembangkan potensi digital mereka.
  • Pengembangan ke Sekolah atau Komunitas: Program ini dapat dijadikan bagian dari kegiatan sekolah, pelatihan rutin di komunitas, atau ekstrakurikuler yang berfokus pada literasi digital dan kewirausahaan.

Daftar Pustaka
Kurnia, R., & Astuti, L. (2022). Pemanfaatan Aplikasi CapCut dalam Pembuatan Konten Edukasi Digital di Kalangan Remaja. Jurnal Teknologi dan Komunikasi, 10(2), 55–63.

Lestari, A. R., & Nugroho, A. (2020). Literasi Digital sebagai Upaya Pembentukan Etika Penggunaan Media Sosial di Era 4.0. Jurnal Komunikasi dan Media, 8(1), 88–97.

Sugiyanto, T. (2021). Tingkat Literasi Digital Generasi Muda Indonesia dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0. Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan, 5(3), 240–250.

Wahyuni, F. D. (2023). Kolaborasi dalam Pembelajaran Digital: Studi Kasus pada Pelatihan Konten Kreator di Komunitas Pemuda. Jurnal Pendidikan dan Teknologi, 11(1), 22–31.