Abstrak
Dalam dunia kewirausahaan yang terus berkembang, membangun sebuah merek bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan. Branding bukan hanya soal desain logo atau nama yang menarik lebih dari itu, branding menyangkut persepsi, pengalaman, dan kepercayaan konsumen terhadap suatu produk. Melalui Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW), mahasiswa diberikan ruang untuk mengembangkan potensi bisnis mereka secara nyata, termasuk dalam hal membentuk identitas brand. Artikel ini membahas secara menyeluruh bagaimana strategi branding diterapkan dalam konteks P2MW, serta bagaimana branding membantu usaha mahasiswa tampil lebih profesional dan berdaya saing tinggi.
Pendahuluan
Saat ini, siapa pun bisa menjual produk. Tapi tidak semua produk bisa dikenali, diingat, dan dipercayai. Di sinilah branding memainkan peran penting. Dalam era digital seperti sekarang, branding bukan cuma tentang menarik perhatian branding adalah soal bagaimana bisnis membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Ini berlaku tak hanya untuk perusahaan besar, tapi juga untuk usaha rintisan milik mahasiswa.
Melalui Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, mahasiswa didorong untuk mengembangkan usaha secara profesional. Di sinilah branding mendapat tempat penting, karena produk yang bagus tanpa identitas brand yang kuat akan kesulitan bertahan dalam persaingan pasar yang semakin padat.
Apa Itu Branding dan Mengapa Penting?
Branding bukan cuma soal visual. Branding adalah tentang membentuk identitas dan kesan menyeluruh terhadap suatu produk atau jasa. Mulai dari nama, logo, warna, gaya bahasa, kemasan, hingga cara bisnis merespons pelanggan semuanya berperan membangun kepribadian dari brand tersebut.
Dalam konteks kewirausahaan mahasiswa, branding menjadi alat untuk:
- Menarik perhatian konsumen di tengah pasar yang ramai
- Memberikan kesan profesional sejak awal
- Menumbuhkan kepercayaan terhadap kualitas produk
- Menjadi pembeda dari kompetitor lain, terutama yang menawarkan produk sejenis
Brand yang kuat bisa mengubah produk sederhana menjadi sesuatu yang punya nilai lebih. Konsumen tidak hanya membeli barang, tapi juga membeli cerita, makna, dan citra yang dibawa oleh produk tersebut.
Branding dalam Program P2MW
Salah satu kekuatan dari program P2MW adalah pendekatannya yang menyeluruh terhadap pembinaan wirausaha mahasiswa. Tidak hanya berhenti pada pembuatan produk, program ini juga mendorong mahasiswa untuk memikirkan bagaimana produk tersebut diposisikan di pasar termasuk bagaimana produk itu dikenali, dirasakan, dan dipercayai.
Branding dalam P2MW menjadi hal yang krusial karena:
- penilaian branding masuk dalam aspek evaluasi proposal usaha
- peserta dituntut untuk mampu menampilkan brand secara profesional dalam expo dan business matching
- identitas brand mempermudah usaha masuk ke pasar yang lebih luas, termasuk peluang kolaborasi dan investasi
Lewat pelatihan, mentoring, dan praktik langsung, mahasiswa belajar bahwa branding bukan sekadar hiasan, melainkan strategi bisnis yang esensial.
Langkah-Langkah Strategis Membangun Branding
Dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif, branding bukan lagi sekadar “hiasan” pada usaha melainkan bagian penting dari strategi keberlanjutan. Bagi mahasiswa peserta P2MW, membangun branding sejak awal bukan hanya membantu usaha terlihat profesional, tetapi juga membuka peluang lebih luas, baik dalam hal pemasaran maupun kolaborasi bisnis.
Berikut adalah tahapan-tahapan penting yang biasa dilakukan mahasiswa P2MW dalam menyusun branding usaha mereka:
1. Mengenali Target Pasar Secara Mendalam
Langkah pertama dan paling mendasar dalam membangun brand adalah memahami siapa konsumen yang dituju. Ini bukan sekadar tahu jenis kelamin dan usia, tetapi benar-benar mendalami kebiasaan, gaya hidup, dan kebutuhan mereka.
Misalnya, produk hijab instan yang ditujukan untuk mahasiswi aktif tentu punya pendekatan berbeda dibanding hijab pesta untuk ibu-ibu pekerja. Target pertama mungkin lebih menyukai desain simpel, bahan adem, dan harga terjangkau. Sementara segmen kedua mungkin lebih mementingkan keunikan motif dan kesan elegan.
Dalam tahapan ini, mahasiswa biasanya:
- Melakukan observasi pasar kecil-kecilan, misalnya lewat kuesioner online atau polling di Instagram
- Mengidentifikasi persona konsumen ideal (misalnya: “Sarah, 20 tahun, mahasiswa aktif, suka belanja online, sensitif harga”)
- Menyesuaikan pesan, desain, hingga channel pemasaran berdasarkan karakteristik konsumen tersebut
Jika target pasar sudah dipahami dengan jelas, proses branding berikutnya akan lebih terarah dan tepat sasaran.
2. Menentukan Identitas Visual yang Konsisten dan Menarik
Identitas visual adalah elemen yang pertama kali dilihat konsumen, bahkan sebelum mereka mencoba produk. Elemen ini mencakup:
- Logo
- Warna dominan
- Jenis huruf (font)
- Desain kemasan
- Tampilan media sosial
Brand yang visualnya dirancang asal-asalan akan tampak tidak profesional, bahkan jika produknya berkualitas. Sebaliknya, brand dengan identitas visual yang kuat dan konsisten akan terlihat lebih serius dan terpercaya.
Contoh:
Produk skincare berbahan alami bisa menggunakan warna hijau dan putih untuk memberi kesan bersih dan ramah lingkungan. Sementara logonya bisa sederhana tapi relevan seperti bentuk daun atau tetes air.
Bagi peserta P2MW, tahap ini biasanya dibantu dengan:
- Sesi pelatihan desain logo dan branding visual
- Konsultasi dengan mentor desain grafis
- Penggunaan aplikasi seperti Canva, Figma, atau Adobe Express untuk merancang sendiri
Yang terpenting: semua elemen visual ini harus digunakan secara konsisten di setiap media kemasan, Instagram, katalog, dan bahkan kartu nama.
3. Menyusun Cerita Merek (Brand Story) yang Otentik
Brand yang kuat punya cerita yang mengikat konsumen secara emosional. Brand story bukan sekadar narasi “tentang kami”, tetapi menjawab pertanyaan: kenapa brand ini ada dan kenapa konsumen harus peduli?
Contoh cerita sederhana tapi kuat:
” Usaha ini bermula dari keresahan kami sebagai mahasiswa yang kesulitan mencari hijab berkualitas tinggi dengan harga terjangkau. kami ingin menyediakan pilihan hibaj yang nyaman, stylish, tapi tetap ramah di kantong pelajar.”
Cerita ini bukan cuma menarik, tapi juga relevan dan menyentuh masalah nyata, sehingga konsumen merasa dekat dan merasa brand ini dibuat untuk mereka.
Dalam P2MW, mahasiswa diajak menyusun narasi brand yang dapat dimasukkan dalam:
- Proposal bisnis
- Caption media sosial
- Keterangan produk di marketplace
- presentasi saat business matching
Cerita yang kuat bisa jadi alasan konsumen percaya, bahkan saat mereka belum pernah mencoba produknya.
4. Optimalisasi Media Sosial dan Platform Digital
Setelah punya identitas dan cerita, langkah selanjutnya adalah membangun kehadiran brand secara digital. Media sosial dan marketplace bukan lagi pilihan tambahan melainkan kanal utama interaksi antara brand dan konsumen.
Beberapa strategi yang biasa diterapkan mahasiswa P2MW antara lain:
- Membuat feed Instagram dengan visual yang konsisten dan layout rapi
- Menggunakan story dan reels untuk berbagi proses produksi, testimoni, atau tips harian
- Menyusun highlight story yang memudahkan konsumen akses info (misal: harga, testimoni, cara order)
- Menulis caption yang sesuai gaya bahasa brand bisa formal, santai, atau inspiratif tergantung target pasar
- Mengoptimalkan Shopee, Tokopedia, atau TikTok Shop sebagai tempat jualan utama
Tujuannya adalah membuat brand kamu mudah ditemukan, mudah dimengerti, dan mudah dibeli.
5. Membangun Hubungan dan Pengalaman Positif dengan Konsumen
Tahap terakhir (dan sering kali yang paling menentukan) adalah bagaimana brand memperlakukan konsumennya. Di sinilah nilai brand benar-benar diuji: apakah sekadar terlihat bagus, atau memang bisa dipercaya?
Pengalaman pelanggan membentuk persepsi jangka panjang terhadap brand. Maka dari itu, peserta P2MW diajak untuk menjaga hubungan baik dengan konsumen melalui:
- Balasan chat yang cepat dan ramah
- pengemasan yang rapih dan aman
- follow-up setelah pembelian (minta feedback\testimoni)
- Memberikan kejutan kecil seperti stiker, thank you card, atau diskon ulang tahun
Semua tindakan kecil ini akan menciptakan kesan positif yang membuat konsumen tidak hanya sekali beli, tapi ingin beli lagi dan merekomendasikan ke orang lain.
Contoh Penerapan: dheeya.hijab dalam P2MW
Salah satu contoh nyata datang dari brand mahasiswa bernama dheeya.hijab, yang mengikuti P2MW dalam kategori usaha barang. Awalnya usaha ini menjual hijab polos secara sederhana. Namun setelah mengikuti pembinaan branding, mereka melakukan transformasi besar:
- Mendesain logo dengan nuansa anggun dan minimalis
- Menggunakan tone warna pastel untuk feed Instagram dan kemasan
- Membuat slogan “Anggun Setiap Hari” yang mudah diingat
- Menyediakan katalog digital lewat QR Code
- Mengunggah konten behind-the-scenes dan inspirasi hijab harian
Dengan perubahan ini, brand mereka terlihat lebih profesional dan dipercaya oleh pelanggan baru. Saat business matching, banyak pihak yang tertarik bukan hanya karena produk, tapi karena branding mereka terlihat matang dan menjanjikan.
Branding dan Business Matching: Hubungan yang Erat
Dalam proses business matching, branding bukan hanya pelengkap branding adalah senjata utama. Ketika mahasiswa bertemu dengan calon mitra, investor, atau kurator, identitas brand yang kuat bisa langsung membangun kesan pertama yang positif.
Usaha dengan branding yang rapi biasanya:
- Lebih mudah dipercaya
- Terlihat serius dan siap berkembang
- Memiliki nilai jual lebih tinggi
Saat brand kamu bisa “berbicara” sendiri lewat tampilan, narasi, dan media sosial, itu menunjukkan bahwa kamu bukan hanya tahu cara jualan, tapi juga paham membangun bisnis secara strategis.
Tantangan yang Sering Dihadapi Mahasiswa
Meskipun branding penting, tidak semua mahasiswa bisa langsung memulainya dengan lancar. Beberapa tantangan yang umum terjadi:
- Tidak punya latar belakang desain atau pemasaran
- Modal terbatas untuk bikin kemasan atau konten
- Kurang percaya diri untuk tampil profesional
Namun, inilah kelebihan P2MW: program ini tidak hanya menyediakan dana, tapi juga mentor, pelatihan, dan kesempatan belajar langsung dari pengalaman. Mahasiswa diajak untuk berkembang secara bertahap, tidak harus langsung sempurna, tapi terus konsisten.
Penutup
Branding bukan hal mewah yang hanya dimiliki perusahaan besar. Di era sekarang, brand adalah nyawa dari sebuah usaha termasuk usaha mahasiswa. Melalui P2MW, mahasiswa diajarkan untuk bukan hanya menciptakan produk, tapi juga membangun citra usaha yang kuat dan terpercaya.
Brand yang dikelola dengan baik akan membantu usaha dikenali, disukai, dan dipilih oleh pasar. Ia menjadi pembeda, penarik perhatian, dan penguat reputasi. Di tangan mahasiswa yang kreatif dan adaptif, branding bukan hanya strategi pemasaran, melainkan bentuk komunikasi nilai dan identitas diri dalam bentuk usaha.
Jadi, untuk kamu yang sedang membangun usaha: jangan cuma fokus pada produk. Bangun juga brand-nya. Karena produk yang bagus belum tentu diingat, tapi brand yang kuat akan selalu dikenang.
Referens
Kotler, P., & Keller, K. L. (2016). Marketing Management (15th ed.). Pearson Education.
Keller, K. L. (2013). Strategic Brand Management (4th ed.). Pearson Education.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. (2023). Panduan Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW). https://p2mw.kemdikbud.go.id
Sugiyarti, G., & Yuliani, L. (2022). “Strategi Branding dalam Pengembangan UMKM di Era Digital.” Jurnal Ilmu Manajemen dan Bisnis, 13(2), 101–110.
Harahap, R. I. (2021). “Pentingnya Brand Story dalam Membangun Loyalitas Konsumen.” Jurnal Pemasaran Digital Indonesia, 5(1), 45–52.
Kominfo. (2022). Digitalisasi UMKM untuk Transformasi Ekonomi Nasional. https://kominfo.go.id