
Saat ini bisnis dibidang makanan dan minuman atau Food and Baverage sedang menjamur diberbagai tempat. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa makanan merupakan kebutuhan dasar yang sangat dibutuhkan masyarakat setiap hari. Faktor lain yang mempengaruhi menjamurnya bisnis makanan adalah meningkatnya tingkat kreativitas masyarakat juga mendorong banyak bermunculan tren dan inovasi baru dibidang kuliner. Contoh tren dibidang FnB saat ini adalah minuman rasa matcha. Dari kedai kopi kecil hingga brand besar berlomba-lomba menyuguhkan inovasi minuman berbasis matcha yang menarik minat konsumen.
Namun saat semua pelaku usaha menghadirkan inovasi yang serupa tetap ada hal lain yang harus diperhatikan para pelaku usaha agar bisnis tetap bertahan dan berkembang, salah satunya yaitu Branding. Branding adalah istilah yang sering digunakan dalam marketing. kekuatan sebuah produk sangat bergantung pada branding yang dibangun. Menurut Kotler (2009), branding merupakan nama, istilah, tanda, simbol, rancangan atau kombinasi dari semuanya yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa atau kelompok penjual dengan untuk membedakannya dari barang atau jasa pesaing.
Asal usul terciptanya kata ‘branding’ ini cukup unik, yaitu bermula dari sebuah praktik peternakan sapi dimasa Nordik kuno. Di mana para peternak-peternak sapi akan menempelkan kayu panas pada kulit sapi mereka untuk membuat sapi-sapi itu menonjol dibandingkan dengan yang lain. Kegiatan ini dilakukan di masa Nordik Kuno menggunakan bahasa Scandinavian. Oleh karena itulah, tercipta istilah “brandr” yang berarti “to burn” atau membakar. Dengan sapi yang sudah ditempelkan kayu panas ini, para pembeli sapi-sapi itu akan dapat mengenali pemilik sapi mana yang memiliki sapi sesuai keinginan para pembeli. Kegiatan branding ternyata dapat ditelusuri kembali pada sekitar tahun 1500. Di era ini, kegiatan “branding” tersebut benar-benar hanya untuk menunjukkan kepemilikan.
Kegiatan “mengecap” atau “brandr” sapi dengan kayu yang dipanaskan
Di era saat ini, branding memegang peranan yang sangat penting dalam keberlangsungan bisnis, termasuk di industri makanan dan minuman (F&B). Tujuan utama dari branding adalah untuk membangun kepercayaan pelanggan, membentuk citra produk yang positif, serta memperkuat loyalitas konsumen terhadap brand.
Agar tujuan-tujuan tersebut dapat tercapai, pelaku usaha perlu memahami dan mengaplikasikan unsur-unsur penting dalam strategi branding. Berikut adalah beberapa elemen branding yang relevan dan dapat diterapkan dalam bisnis F&B:
- Nama Brand, nama adalah identitas awal yang akan melekat di benak konsumen. Nama yang kuat, mudah diingat, dan relevan dengan konsep bisnis dapat menciptakan kesan pertama yang positif dan menjadi fondasi brand yang kuat.
- Logo, logo berfungsi sebagai representasi visual dari brand. Desain logo yang sederhana, unik, dan mudah dikenali akan membantu meningkatkan daya ingat konsumen serta memperkuat kehadiran brand di berbagai media.
- Tampilan Visual , ini mencakup warna, desain kemasan, font, dan elemen estetika lainnya yang digunakan secara konsisten. Visual yang menarik dan sesuai dengan karakter produk akan memperkuat citra brand serta memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi konsumen.
- Maskot , maskot bisa menjadi elemen tambahan yang membangun kedekatan emosional dengan konsumen. Karakter yang lucu, ramah, atau ikonik dapat menciptakan daya tarik tersendiri, khususnya di pasar anak muda atau keluarga.
- Kata-Kata / Slogan, slogan atau tagline adalah kalimat singkat yang menggambarkan nilai atau janji brand. Slogan yang kuat akan membantu brand lebih mudah dikenali dan diingat. Misalnya, “Authentic Quality” atau “Healty Inside Fresh Outside”
Unsur atau elemen branding dapat dijadikan acuan utama agar proses branding berjalan efektif dan menghasilkan dampak yang positif bagi bisnis. Sayangnya, masih banyak pelaku usaha F&B yang gagal membangun branding yang kuat, sehingga kesulitan bersaing di pasar yang kompetitif. Berikut beberapa kesalahan umum dalam proses branding yang perlu dihindari:
- Memilih Nama Brand secara Asal-Asalan, nama brand yang tidak direncanakan dengan matang cenderung sulit diingat, tidak merepresentasikan produk, bahkan bisa membingungkan konsumen. Nama adalah identitas utama jadi tidak bisa dianggap sepele.
- Tidak Memiliki Tampilan Visual yang Menarik, visual seperti logo, kemasan, dan desain promosi yang tidak konsisten atau kurang estetik membuat brand terlihat tidak profesional dan mudah dilupakan. Dalam bisnis F&B, tampilan luar sering menjadi daya tarik pertama sebelum konsumen mencoba produk.
- Menggunakan Media Promosi yang Tidak Tepat, banyak bisnis gagal karena memilih media promosi yang tidak sesuai dengan target pasar. Misalnya, memasarkan produk untuk Gen Z tapi hanya fokus di media cetak, atau promosi tanpa memahami perilaku digital audiens.
- Tidak Melakukan Riset Pasar, branding tanpa mengenal pasar sama seperti berjalan dalam gelap. Tidak mengetahui siapa target audiens, selera konsumen, dan tren yang berkembang bisa membuat branding meleset dari sasaran.
- Konsep Branding Bertolak Belakang dengan Produk, ketidaksesuaian antara citra yang dibangun dengan realitas produk (misalnya branding premium tapi kualitas biasa saja) akan merusak kepercayaan pelanggan dan memicu kekecewaan.
Contoh nyata dari kesalahan atau kegagalan branding adalah Produk french fries rendah kalori dari Burger King. Alih-alih berniat menyediakan opsi menu yang lebih sehat seperti restoran lain, sayangnya, menu bernama Satisfries ini kurang laku. Alasannya sederhana, pelanggan tidak tertarik untuk membelinya. Hal ini karena pelanggan yang memesan menu di restoran cepat saji lebih mengutamakan harga yang terjangkau alih-alih nilai gizi menu. Akibatnya, kebanyakan outlet Burger King berhenti menjual menu Satisfries dalam waktu kurang dari setahun setelah rilis
Namun kesalahan kesalahan tersebut sangat bisa dihindari dengan membangun strategi branding yang tepat, berikut tips dalam membangun branding di dunia F&B agar meminimalisir terjadi kesalahan branding :
- Pilih Nama & Logo yang Mencerminkan Identitas Produk, nama dan logo bukan sekadar simbol, keduanya adalah wajah utama dari brand. Pilih nama yang mudah diingat, unik, dan sesuai dengan karakter produk. Logo juga harus simpel namun kuat secara visual agar mudah dikenali, baik di kemasan, media sosial, maupun etalase toko.
- Gunakan Kemasan Menarik dan Bernilai Tambah, kemasan adalah “duta pertama” yang dilihat pelanggan. Selain melindungi produk, desain kemasan yang kreatif dan ramah lingkungan bisa memberikan nilai lebih. Di tengah meningkatnya kesadaran akan gaya hidup berkelanjutan, kemasan eco-friendly bisa memperkuat citra sebagai brand yang peduli lingkungan.
- Optimalkan Kehadiran Digital Lewat Google Business Profile, Google Business Profile dapat membantu bisnis agar konsumen bisa dengan cepat melihat lokasi, jam operasional, menu, hingga ulasan pelanggan. Ini cara mudah membangun kepercayaan sekaligus memperluas jangkauan brand.
- Sajikan Visual Produk yang Menggoda, visual punya kekuatan besar dalam proses branding. Gunakan foto produk berkualitas tinggi yang menunjukkan tekstur, warna, dan kelezatan produk secara visual. Pengambilan foto untuk produk dapat melibatkan vendor foto produk agar mendapatkan foto produk yang lebih profesional
- Ikut Berpartisipasi dalam Event Kuliner, festival kuliner bisa menjadi momentum penting untuk memperkenalkan produk ke pasar yang lebih luas. Momen ini dapat dimanfaatkan sebagai media interaksi langsung dengan pelanggan.
- Bangun Kolaborasi dengan Food Influencer, strategi promosi digital yang memiliki dampak besar salah satunya yaitu dengan mengajak food blogger atau influencer kuliner untuk mencoba dan mereview produk Anda. Dengan memilih influencer yang relevan dengan target pasar, jangkauan brand bisa meluas secara cepat dan lebih kredibel di mata konsumen.
Pentingnya branding telah terbukti dalam sebuah jurnal penelitian (2023) oleh Mochammad Yunus dengan kesimpulan yang berdasarkan hasil penelitian bahwa branding memiliki
dampak yang signifikan terhadap preferensi konsumen. Faktor-faktor branding yang terdiri dari kesimpulan merek, citra merek, kualitas produk, dan asosiasi
merek memainkan peran penting dalam membentuk preferensi konsumen. Kesimpulan ini
didukung oleh analisis regresi yang menunjukkan bahwa setiap faktor branding memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap preferensi konsumen.
Fakta tersebut semakin memperkuat bahwa branding bukan sekadar pelengkap, melainkan elemen krusial yang tidak bisa dianggap remeh, terutama dalam bisnis makanan dan minuman (F&B).
Saat ini, persaingan di industri F&B sangat ketat. Setiap harinya muncul merek-merek baru yang menawarkan produk sejenis, dari makanan ringan hingga minuman kekinian. Di tengah kondisi ini, konsumen dihadapkan pada banyak pilihan, dan yang membedakan satu produk dengan produk lainnya bukan hanya soal rasa, tapi juga bagaimana brand tersebut tampil dan berkomunikasi.
Tanpa strategi branding yang kuat dan terarah, sebuah produk akan tenggelam di tengah lautan kompetitor. Branding membantu sebuah bisnis membentuk identitas yang unik, menyampaikan nilai-nilai produk, serta membangun hubungan emosional dengan pelanggan. Branding yang baik juga menciptakan konsistensi, yang akhirnya meningkatkan kepercayaan dan loyalitas konsumen.
Lebih dari itu, branding memudahkan produk untuk masuk ke pasar yang lebih luas, lebih mudah dikenali di media sosial, dan memiliki daya jual yang lebih tinggi dibandingkan produk yang tidak memiliki identitas jelas.
Kesimpulan, dalam dunia bisnis makanan dan minuman yang sangat kompetitif, branding bukan lagi sekadar pelengkap melainkan komponen utama yang menentukan arah dan masa depan usaha. Produk yang lezat memang penting, namun tanpa identitas brand yang kuat, produk tersebut mudah dilupakan.
Branding membantu pelaku usaha menciptakan citra yang konsisten, membangun kepercayaan pelanggan, dan menciptakan nilai tambah yang tidak dimiliki oleh produk serupa di pasaran. Melalui elemen-elemen seperti nama, logo, kemasan, slogan, hingga strategi digital, brand dapat berbicara banyak tanpa harus selalu menjelaskan secara langsung.
Kesalahan dalam branding seperti nama yang asal, tampilan visual yang lemah, atau tidak memahami target pasar bisa membuat bisnis sulit bertahan, bahkan gagal bersaing. Sebaliknya, branding yang kuat adalah investasi jangka panjang yang memperbesar peluang keberhasilan, baik dalam penjualan, loyalitas, maupun pertumbuhan bisnis secara keseluruhan.
Kini saatnya para pelaku usaha F&B membangun brand yang bukan hanya dikenali, tetapi juga tetap bertahan dan terus tumbuh ditengah tingginya kompetisi.
Referensi:
https://www.jurnal.id/id/blog/unsur-jenis-tujuan-dan-manfaat-branding/
https://www.linkedin.com/pulse/sejarah-branding-vascojournal/
https://majoo.id/solusi/detail/apa-itu-branding
https://openjournal.unpam.ac.id/index.php/SNH/article/view/33252
https://mebiso.com/wiki/branding-gagal/