Tumbuhkan jiwa wirausaha dan mengasah kemampuan berbisnis dengan mengubah ide inovatif menjadi peluang nyata melalui PKM-K

Siapaa sih yang ga pengen jadi wirausaha sukses dan punya bisnis sendirii? Sebagai mahasiswa sering terlintas dalam pikiran untuk memulai sebuah bisnis atau usaha untuk meningkatkan produktivitas. Namun saya merasa awam dalam bidang tersebut, akan tetapi melalui program pkm-K ini saya dan tim memiliki kesempatan untuk mengembangkan ide-ide kreatif dan mewujudkan nya menjadi sebuah produk yang inovatif. Kami belajar banyak tentang bagaimana mengembangkan sebuah produk, memasarkan produk, serta kerja sama tim. Kami juga belajar bagaimana menciptakan sebuah produk untuk menjadi solusi dan mengatasi berbagai masalah yang ada.

Awalnya kami merasa berada di fase kebingungan dalam memilih ide yang akan dikembangkan, karena selain menciptakan produk inovatif kami juga harus mempertimbangkan teknologi didalamnya. Tapi setelah melakukan berbagai riset untuk sebuah pengembangan produk kami mulai yakin dan memilih ide yang ingin kami realisasikan dalam kehidupan nyata. Kami bekerja sama sebagai tim, membagi tugas serta tanggung jawab untuk mengatasi berbagai masalah yang muncul selama proses pengembangan produk.

Dalam proses pengembangan terutama saat memasuki tahap perumusan ide usaha, kami banyak melakukan diskusi sebagai tim. Berbagai ide pun mulai bermunculan dalam benak kami, mencerminkan beragam latar belakang dan ketertarikan tiap anggota tim. Salah satu ide awal yang muncul adalah pemanfaatan limbah kulit jeruk sebagai bahan dasar sabun cuci piring alami. Kami melihat bahwa kulit jeruk yang selama ini hanya dibuang begitu saja, ternyata mengandung senyawa limonene yang efektif sebagai pelarut lemak dan memiliki aroma alami yang menyegarkan. Ide ini lahir dari keprihatinan kami terhadap tingginya volume sampah organik rumah tangga dan penggunaan sabun pencuci piring berbahan kimia yang berpotensi merusak lingkungan. Dengan mengolah limbah menjadi produk bermanfaat, kami ingin berkontribusi pada gerakan zero waste dan mendorong gaya hidup ramah lingkungan di tengah masyarakat. Akan tetapi, kami menyadari bahwa meskipun ide ini memiliki nilai kebermanfaatan yang tinggi dari sisi lingkungan dan ekonomi, terdapat kelemahan utama yang cukup signifikan, yaitu minimnya unsur teknologi yang terintegrasi di dalamnya. Dalam konteks perkembangan kewirausahaan modern yang kian menekankan pada inovasi berbasis teknologi, ide sabun cuci piring dari kulit jeruk ini cenderung lebih mengandalkan pendekatan tradisional dan tidak menghadirkan pembaruan teknologi yang menonjol. Hal ini menjadi perhatian bagi kami, mengingat tren produk masa kini cenderung mengedepankan kemudahan penggunaan, otomatisasi, dan integrasi digital, yang sayangnya belum dapat diakomodasi oleh konsep sabun berbasis limbah organik tersebut. Kekurangan inilah yang kemudian menjadi salah satu faktor pendorong kami untuk mengevaluasi kembali ide awal tersebut dan mencari alternatif ide yang mampu menggabungkan nilai keberlanjutan dengan sentuhan teknologi modern secara lebih optimal.

Tak berhenti di situ, kami juga mempertimbangkan ide lain yang bersifat lebih teknologis, seperti pengembangan mesin setrika otomatis. Salah satu ide yang terpikirkan oleh kami yaitu menciptakan sebuah pengembangan dari mesin setrika, dimana banyak dari ibu rumah tangga yang merasa bahwa menyetrika itu sebuah kegiatan yang lama dan membosankan. Kami terpikirkan bagaimana kalau kita mengembangkan sebuah setrika menjadi mesin setrika otomatis dengan fitur pengering dan pewangi otomatis didalamnya, dengan timer yang dapat dipilih menyesuaikan dengan bahan pakaian yang akan disetrika. Cara penggunaan mesin setrika ini cukup mudah, yaitu menyalakan mesin dengan mencolokkan kabel mesin ke stop kontak, lalu pakaian yang akan disetrika dapat langsung digantung ditempat yang sudah disediakan, kemudian user dapat memilih timer yang cocok dengan bahan pakaian untuk menghindari segala penyebab kerusakan pakaian. Luaran alat ini dilindungi dengan bahan yang bersifat isolator sehingga sangat aman jika luaran dari mesin ini tersentuh.

Namun setelah perbincangan yang panjang di tim kami, kami mendapat sebuah masalah yakni dimana tidak semua orang memiliki prioritas yang sama, seperti sebagian orang dengan ekonomi tertentu mungkin lebih memilih membeli mesin cuci ketimbang mesin setrika, dikarenakan mesin cuci mungkin memiliki harga yang lebih terjangkau ketimbang mesin setrika.

Dengan munculnya berbagai ide tersebut, kami menyadari betapa pentingnya proses eksplorasi dan pemetaan masalah dalam merancang suatu produk kewirausahaan. Setiap ide memiliki potensi masing-masing, tetapi juga tantangan yang berbeda-beda, baik dari segi teknis, biaya produksi, hingga target pasar yang dituju. Oleh karena itu, kami melakukan analisis kelayakan terhadap semua ide tersebut, mempertimbangkan faktor seperti target pasar, tingkat kesulitan implementasi, sumber daya yang tersedia, serta dampak sosial dan lingkungan. Dari seluruh proses ini, kami belajar bahwa dalam dunia kewirausahaan ide hanyalah permulaan. Yang jauh lebih penting adalah bagaimana ide tersebut bisa diolah, diuji, dikembangkan, dan disesuaikan dengan kebutuhan nyata di lapangan.

Maka dari itu, kami mulai memikirkan produk lain sebagai pengganti mesin setrika otomatis. Berbagai ide muncul di pikiran kami, sampai akhirnya kami memutuskan untuk membuat sebuah produk inovatif dari lampu belajar. Kami menyadari bahwa di era digital saat ini banyak pelajar dan mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam memfokuskan diri dan meningkatkan produktivitas dalam belajar, merasa cepat lelah saat harus belajar dalam jangka waktu lama,kebosanan karena suasana belajar yang monoton, dan banyak dari mereka yang sulit mengatur waktu belajar secara efektif salah satunya karena penggunaan gadget secara berlebihan yang berdampak pada menurunnya motivasi belajar. Maka dari itu, kami menciptakan sebuah produk inovatif yang sangat relevan dengan kebutuhan sehari-hari, khususnya di kalangan pelajar dan mahasiswa dengan pengembangan lampu belajar untuk mengatasi masalah tersebut.

Lampu belajar pintar ini kami beri nama dengan StudyLux. StudyLux adalah nama yang bisa diartikan sebagai:
Study → belajar,
Lux → dari bahasa Latin yang berarti cahaya. Dalam konteks modern, “lux” juga digunakan sebagai satuan pencahayaan.


Berbeda dengan lampu belajar pada umumnya, StudyLux kami memiliki berbagai fitur yang menarik dan bermanfaat, yaitu lampu ini dapat berubah warna pencahayaan yang adaptif sesuai dengan kebutuhan penggunanya seperti warna terang untuk menerangi disaat belajar dan warna warm untuk saat istirahat agar mata dapat merasakan rileks sehingga mata tidak mudah lelah. Yang kedua, yaitu dilengkapi dengan timer pomodoro dan digital timer mundur dimana lampu ini memiliki settingan timer 25 menit belajar – 5 menit istirahat begitu seterusnya sehingga pengguna tidak perlu membuka handphone untuk mengatur timer yang dapat mengakibatkan pengguna mudah ter distract dengan notif serta pesan whatsaapp.
Kemudian lampu kami juga memiliki fitur backsound musik relaksasi sebagai pendukung dalam belajar seperti bunyi rintik hujan dan musik relaksasi lainnya, dan yang terakhir lampu kami juga memiliki layar yang dapat menampilkan animasi bergerak seperti animasi membaca atau menulis disaat waktunya belajar dan animasi stretching disaat waktunya istirahat yang memberikan rangsangan visual yang tidak monoton sehingga pengguna tidak cepat bosan dan tetap merasa nyaman selama belajar dan dapat membuat belajar menjadi lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Dengan berbagai fitur yang menarik dan bermanfaat kami berharap StudyLux dapat membuat belajar menjadi lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Kami juga berharap produk ini dapat menjadi inspirasi untuk mengembangkan ide-ide kreatif dan mewujudkannya menjadi sebuah produk yang inovatif.

Salah satu tantangan utama yang kami hadapi adalah integrasi semua fitur dalam satu perangkat yang ringkas dan hemat energi. Mikrokontroler harus mampu menjalankan timer, mengatur warna lampu, memainkan musik, dan mengoperasikan layar animasi secara bersamaan tanpa mengalami lag atau error. Butuh beberapa kali prototipe dan debugging untuk mencapai versi yang stabil. Selain itu, kami juga harus memperhitungkan biaya produksi agar harga jual tetap terjangkau bagi pelajar dan mahasiswa. Tantangan lain yang kami hadapi yaitu membagi waktu antara perkuliahan, kegiatan organisasi,tugas kuliah, dan pengembangan produk.

Secara pribadi, mengikuti pelajaran kewirausahaan ini memberi saya pemahaman yang mendalam tentang bagaimana ide kreatif bisa berkembang menjadi produk nyata yang memberi manfaat. Saya belajar bagaimana menyusun business model canvas, membuat analisis SWOT, hingga menghitung proyeksi keuntungan. Semua itu sebelumnya terasa seperti teori semata, tetapi kini menjadi pengalaman langsung yang sangat membekas. Terlebih lagi, kerja sama tim yang intens selama berbulan-bulan melatih saya dalam hal komunikasi, manajemen konflik, dan pengambilan keputusan secara kolektif. Meskipun lelah, suasana kebersamaan dan semangat untuk menghadirkan sesuatu yang bermanfaat membuat rasa lelah itu seakan terlupakan. Kami merasa seperti para inovator muda yang sedang membawa perubahan, sekecil apa pun itu. Dari hanya sebuah ide sederhana tentang lampu belajar, kami berhasil menciptakan produk nyata yang inovatif, fungsional, dan berdaya jual. Lebih dari sekadar belajar membuat produk, saya merasa telah belajar menjadi seorang pemecah masalah, komunikator, dan calon wirausaha. Menciptakan lampu belajar inovatif telah mengubah cara pandang saya terhadap dunia kerja dan masa depan. Saya tidak lagi hanya melihat karier sebagai mencari pekerjaan setelah lulus, tetapi juga membuka kemungkinan menciptakan lapangan pekerjaan melalui usaha sendiri. Produk StudyLux ini menjadi simbol kecil dari potensi besar yang bisa dicapai mahasiswa Indonesia ketika diberi ruang untuk berkreasi dan berinovasi. Melalui bimbingan dosen, dukungan kampus, dan kolaborasi lintas disiplin, kami belajar bahwa kewirausahaan bukan hanya tentang menjual barang, tetapi tentang menghadirkan solusi dan menginspirasi perubahan.

Pengalaman mengikuti PKM-K ini telah membangun jiwa kreativitas saya untuk menumbuhkan jiwa bisnis, menguji kemampuan wirausaha, membentuk pola pikir kreatif dan solutif, serta mewujudkan ide inovatif ini menjadi produk nyata. Pengalaman ini penuh tantangan,mulai dari riset, desain, produksi prototipe, sampai strategi pemasaran sekaligus belajar keuangan. Sebagai mahasiswa yang sebelumnya belum banyak bersinggungan langsung dengan dunia usaha, pelajaran ini menjadi ruang eksplorasi yang sangat berarti.