Kenapa Anak Muda Harus Kenal Ikan Lokal, Bukan Cuma Karakter Game Luar?

Pernah dengar nama ikan napoleon? Bagaimana dengan ikan kakatua, capungan, atau banggai cardinalfish?

Sebagian besar dari kita mungkin hanya bisa menyebut beberapa nama ikan yang populer di pasar atau restoran. Tapi tahukah kamu bahwa Indonesia adalah rumah bagi lebih dari 2.500 spesies ikan laut? Bahkan 37% dari total spesies ikan dunia hidup di perairan nusantara—mulai dari Sabang sampai Merauke, dari Laut Flores hingga Papua Barat.

Sayangnya, realitas hari ini menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja di Indonesia justru lebih kenal karakter game luar negeri daripada kekayaan laut di halaman rumahnya sendiri. Mereka tahu siapa itu Pikachu, tahu skill-nya karakter di Mobile Legends, tapi bingung saat ditanya ikan asli Indonesia. Mereka lebih hafal ratusan karakter game dengan skill berbeda yang dimiliki setiap karakternya daripada ikan yang ada di Nusantara ini.

Apakah ini masalah? Jawabannya: iya. Dan kabar baiknya, ada solusi yang sedang tumbuh—melalui cara yang paling mereka sukai: game.

Negeri Maritim yang Terlupa

Kita hidup di negara kepulauan terbesar di dunia. 70% wilayah Indonesia adalah laut. Tapi dalam sistem pendidikan, media populer, dan hiburan digital, lautan kita nyaris tak terdengar suaranya.

Literasi maritim—pemahaman dan penghargaan terhadap laut—masih sangat rendah. Ini bukan hanya tentang mengetahui nama ikan. Ini tentang mengenali ekosistem laut sebagai bagian dari jati diri bangsa.

Kamu mungkin bertanya: “Kenapa penting sih tahu nama-nama ikan?”
Jawabannya sederhana: karena yang dikenal, akan lebih mudah dicintai.

Ketika anak-anak sejak kecil diperkenalkan pada keanekaragaman laut Indonesia, mereka tumbuh dengan rasa ingin tahu, empati, bahkan tanggung jawab untuk melindungi. Tapi bagaimana mengenalkan itu semua kalau metode belajar yang ada membosankan, berat, dan tidak relevan dengan dunia mereka?

Edukasi Lewat Game: Bukan Sekadar Gimmick

Hari ini, anak-anak usia 7–18 tahun rata-rata menghabiskan 3–5 jam per hari di depan layar. Entah itu menonton video pendek, scroll media sosial, atau bermain game mobile. Ini adalah fakta yang tidak bisa dibantah.

Tapi alih-alih menganggap ini sebagai ancaman, bagaimana kalau kita melihatnya sebagai peluang?

Bayangkan sebuah game di mana anak bisa:

  • Menangkap ikan kakatua virtual dengan tap di layar.
  • Membuka ensiklopedia mini berisi info habitat dan ciri fisiknya.
  • Menaikkan level dan membuka spesies baru dari berbagai wilayah laut Indonesia.
  • Mendapat poin saat mereka bisa membedakan ikan laut tropis dari ikan air tawar.

    Inilah konsep dari game edukatif berbasis laut Indonesia—sebuah pendekatan kreatif yang menggabungkan serunya bermain dengan maknanya belajar. Ia tidak menggurui, tidak memaksa, tapi mengajak anak untuk mengenal laut lewat pengalaman visual dan interaktif.

    Mengapa Game Seperti Ini Dibutuhkan?

    Game edukasi bukan hal baru. Tapi kebanyakan dari mereka gagal menarik minat anak muda karena:

    • Terlalu serius dan teknis
    • Visualnya tidak menarik
    • Gameplay membosankan dan lambat
    • Tidak memberi pengalaman “seru” yang dicari pemain

    Di sisi lain, game populer dari luar negeri sangat interaktif, cepat, dan adiktif—tapi nyaris tak ada nilai edukatif, apalagi lokalitas budaya.

    Itulah mengapa game edukatif bertema laut hadir sebagai solusi. Ia mencoba memadukan:

    • Desain visual yang ceria dan penuh warna
    • Gameplay sederhana dan cepat dipahami
    • Fakta-fakta ilmiah ringan tentang ikan lokal
    • Sistem reward dan level yang bikin penasaran

    Semua unsur ini membuat anak belajar sambil bermain—tanpa terasa sedang belajar.

    Proses Belajar Tanpa Disadari

    Salah satu kekuatan terbesar dari game edukatif adalah membuat anak belajar tanpa sadar mereka sedang belajar. Ini yang disebut experiential learning.

    Misalnya:

    • Anak-anak tidak sekadar tahu nama “ikan banggai cardinalfish”, tapi juga bentuknya, warnanya, dan di mana dia hidup.
    • Mereka jadi tahu bahwa ikan napoleon bisa mencapai panjang satu meter, dan hanya ada di kawasan Indo-Pasifik.
    • Mereka akan paham bahwa ikan-ikan ini bukan cuma “hewan laut”, tapi bagian dari ekosistem yang harus dijaga.

    Dalam jangka panjang, pengetahuan ini bisa mempengaruhi:

    • Pilihan studi mereka di masa depan (misalnya ingin jadi ahli biologi laut)
    • Keputusan sehari-hari, seperti tidak membuang sampah ke laut
    • Rasa nasionalisme terhadap kekayaan laut Indonesia

    Studi Kasus Ringan: Anak-Anak di Era Digital

    Coba lihat sekitar kita. Banyak anak usia SD sudah terbiasa menggunakan tablet atau smartphone. Mereka bisa paham cara main game bahkan sebelum lancar membaca buku.

    Ketika kita tanya, “Kamu tahu ikan kerapu?”
    Jawabannya mungkin: “Nggak tahu.”
    Tapi kalau ditanya, “Kamu tahu karakter ‘Zilong’ di Mobile Legends?”
    Hampir pasti mereka akan jawab: “Iya!”
    Reaksiku : “*Alamakk omagaddd!!”

    Di sinilah tantangan (dan peluang) muncul. Jika kita bisa menyajikan karakter edukatif dengan cara yang familiar, maka konten lokal pun bisa menjadi bagian dari keseharian mereka. Bayangkan jika karakter ikan lokal punya “skill” tersendiri, atau jika ada tantangan harian untuk menangkap ikan asli dari Sulawesi, misalnya. Anak-anak akan mulai mengasosiasikan game dengan pengetahuan nyata, bukan sekadar fantasi.

    Apa Kata Data?

    Dalam penelitian yang dilakukan oleh berbagai tim pengembang, ditemukan bahwa:

    • Sebagian besar siswa sekolah dasar dan menengah lebih memilih belajar lewat video interaktif atau game daripada buku cetak.
    • Game dengan unsur lokal dan edukatif mendapatkan respon positif, asalkan visualnya menarik dan gameplay-nya menyenangkan.
    • Orang tua dan guru pun mulai melihat potensi positif game edukatif, terutama jika tersedia gratis dan mudah diakses di HP.

    Data ini memperkuat pentingnya kolaborasi antara pengembang konten, pendidik, dan komunitas maritim untuk menghadirkan media pembelajaran digital yang menyenangkan dan relevan.

    Integrasi ke Dunia Pendidikan

    Salah satu tantangan pendidikan hari ini adalah membuat materi pembelajaran terasa hidup dan menyenangkan. Sayangnya, pelajaran tentang laut seringkali hanya muncul di buku IPA dalam bentuk teks dan gambar. Padahal, dunia laut itu sangat visual dan interaktif—sangat cocok untuk dikenalkan lewat media digital.

    Game edukatif bertema laut bisa diintegrasikan sebagai:

    • Alat bantu belajar di sekolah dasar dan menengah
    • Media pengayaan di rumah
    • Bagian dari kampanye literasi maritim nasional

    Beberapa sekolah bahkan mulai terbuka terhadap penggunaan game edukatif sebagai bagian dari pembelajaran tematik. Ini membuka jalan agar game tidak lagi dianggap sekadar hiburan, tapi juga media pendidikan yang sah dan relevan.

    Game Edukatif vs Brain Rot: Konten Sehat vs Konten Kosong

    Di era TikTok dan video pendek, kita sering disuguhi konten yang super cepat, absurd, dan… jujur saja, nggak bermutu. Mungkin kamu pernah lihat:

    • Video “tung tung tung sahur” yang diulang-ulang tanpa makna.
    • Klip 3 detik yang cuma joget absurd tapi di-loop ribuan kali.
    • Meme editan suara acak yang viral tapi bikin otak “ngestuck”.

    Inilah yang disebut banyak orang sekarang sebagai “brain rot content”—konten digital yang nempel di kepala, bikin kecanduan, tapi nggak ngasih nilai apa pun ke otak dan hati. Lucu? Kadang. Tapi kalau dikonsumsi terus-menerus, efeknya bisa membuat seseorang kesulitan fokus, malas berpikir kritis, bahkan kehilangan minat terhadap hal-hal penting seperti lingkungan, budaya, dan ilmu pengetahuan.

    Bandingkan dengan game edukatif bertema laut Indonesia. Di sana, anak tidak hanya bermain—mereka belajar:

    • Apa itu ikan napoleon?
    • Di mana habitat ikan kakatua?
    • Mengapa keberagaman laut Indonesia penting untuk masa depan?

    Anak tetap bermain, tetap menikmati animasi, tetap dapat reward… tapi ada isi yang masuk ke kepala dan hati. Ada kesadaran, ada pengetahuan, ada rasa cinta terhadap bangsa.

    Itulah bedanya konten edukatif dan konten brain rot. Yang satu membuatmu berkembang, yang lain hanya membuatmu diam di tempat sambil tertawa tanpa tahu kenapa.

    Mendukung Inovasi Edukasi Berbasis Budaya Lokal

    Game edukatif bertema laut seperti ini bukan hasil dari tren global atau perusahaan besar luar negeri. Ia tumbuh dari kebutuhan nyata: bagaimana mengenalkan kekayaan alam Indonesia dengan cara yang dekat dan relevan dengan kehidupan generasi muda.

    Inovasi seperti ini lahir dari semangat untuk:

    • Mengangkat kembali identitas maritim Indonesia
    • Menyesuaikan metode belajar dengan dunia digital anak-anak
    • Menggabungkan hiburan dan pembelajaran dalam satu pengalaman

    Desain ilustrasi ikan yang menarik, gameplay sederhana namun interaktif, serta konten edukatif yang ringan tapi bermakna adalah wujud nyata dari pendekatan pembelajaran berbasis kearifan lokal. Bukan hanya untuk menyampaikan pengetahuan, tapi juga untuk menumbuhkan rasa bangga dan cinta terhadap laut Indonesia.

    Media edukatif seperti ini patut kita dukung, karena mereka menawarkan alternatif positif dalam dunia digital yang selama ini didominasi oleh konten asing.kung Inovasi Edukasi Berbasis Budaya Lokal

    Harapan Jangka Panjang

    Bayangkan jika dalam 5–10 tahun ke depan:

    • Setiap anak Indonesia mengenal setidaknya 20 spesies ikan lokal.
    • Sekolah-sekolah di seluruh Indonesia menggunakan game edukatif bertema laut sebagai bahan ajar.
    • Budaya digital tidak hanya diisi oleh konten hiburan, tapi juga edukasi berbasis budaya bangsa.

    Lebih dari itu, kita berharap akan lahir generasi yang:

    • Peduli pada lingkungan dan konservasi laut
    • Bangga dengan identitas maritim Indonesia
    • Mampu bersaing global tanpa kehilangan akar budaya lokal

    Itu semua bisa dimulai dari satu game, satu ide sederhana, satu ketukan jari.

    Penutup: Kenali, Cintai, dan Jaga Laut Kita

    Kalau selama ini anak-anak hanya tahu karakter dari luar negeri, saatnya kita kenalkan mereka dengan karakter asli Indonesia—bukan manusia super, tapi ikan-ikan luar biasa yang hidup di laut kita.

    Mengenalkan laut Indonesia bisa dimulai dari layar HP. Dari game yang menyenangkan. Dari satu ketukan jari.

    Karena mengenal adalah langkah pertama untuk mencintai.
    Dan mencintai adalah awal dari menjaga.

    Ditulis oleh:
    Hendri Panjaitan – 10122190
    Program Studi Teknik Informatika – Universitas Komputer Indonesia
    Sebagai bagian dari tugas Proposal PKM-KC 2025: Tangkap Ikan di Laut Nusantara

    📅 Juni 2025

    Referensi:

    Aileena, C.R.E.C., et al. (2018). Media Interaktif VR Biota Laut Indonesia.

    Dealank, R.P., et al. (2024). Game Edukasi 2D Hewan Laut, JASMed.

    Danggar, K.H. & Talakua, A.C. (2023). Game Edukasi Hewan Laut, UNKRIS.

    Data dan narasi dari dokumen proposal pengembangan media edukasi maritim, 2025.