PENGEMBANGAN USAHA MAKANAN UNIL (UNTUK NIKMATNYA LAUK) MELALUI PROGRAM INBISKOM

Abstrak

Artikel ini membahas proses pengembangan usaha makanan lokal bernama UNIL (Untuk Nikmatnya Lauk) yang diinisiasi oleh mahasiswa melalui program INBISKOM. Fokus utama adalah penerapan strategi kewirausahaan, digital marketing, branding, serta pemanfaatan program-program seperti Business Matching dan P2MW (Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha). UNIL hadir sebagai produk sambal cumi kemasan praktis yang menyasar pasar anak muda, mahasiswa, hingga ibu rumah tangga. Setiap tahapan pengembangan usaha dilakukan secara sistematis melalui program kampus berbasis inovasi dan kewirausahaan. Artikel ini juga mengevaluasi tantangan yang dihadapi, strategi diferensiasi produk, serta dampak program INBISKOM terhadap keberlanjutan bisnis mahasiswa. Kajian juga dilengkapi dengan refleksi pembelajaran dan studi banding dengan UMKM serupa di sektor kuliner.


Pendahuluan

Industri kuliner merupakan sektor dengan pertumbuhan cepat di Indonesia dan menawarkan peluang luas bagi pelaku usaha baru, terutama mahasiswa. Meningkatnya tren konsumsi makanan instan, kemasan, dan pedas menjadi indikator penting bahwa pasar terbuka luas bagi inovasi baru. UNIL (Untuk Nikmatnya Lauk) muncul dari kebutuhan akan makanan pendamping yang praktis, bercita rasa kuat, serta mengangkat bahan lokal seperti cumi yang kaya protein.

Program INBISKOM (Inkubator Bisnis dan Komunikasi) hadir sebagai jembatan antara gagasan mahasiswa dan implementasi nyata di dunia usaha. Melalui program ini, mahasiswa tidak hanya mendapatkan pendanaan, namun juga edukasi, mentoring, serta akses jejaring yang relevan. Pengembangan UNIL menjadi model strategis dari keberhasilan sinergi antara pendidikan tinggi dan kewirausahaan berbasis inovasi.


Landasan Teori Kewirausahaan Mahasiswa

Menurut Drucker (1985), kewirausahaan bukan semata-mata tentang menciptakan sesuatu yang baru, tetapi bagaimana mengombinasikan sumber daya yang tersedia menjadi nilai ekonomi. Dalam konteks mahasiswa, kewirausahaan berbasis kampus harus dimulai dari pemetaan masalah lokal yang relevan dan dapat dijangkau. UNIL menjadi manifestasi dari pendekatan ini.

Sementara itu, teori Effectuation dari Sarasvathy (2001) relevan diterapkan dalam pengembangan UNIL. Dalam pendekatan ini, pengusaha memulai bukan dari tujuan besar, melainkan dari sumber daya yang dimiliki, termasuk pengetahuan, jaringan, dan kemampuan. Tim UNIL memulai dari dapur rumah, kenalan supplier lokal, dan kreativitas mahasiswa lintas prodi.


Program Kewirausahaan dan Validasi Pasar

Tahapan awal UNIL dimulai dari observasi lapangan. Survei online dan wawancara langsung dilakukan kepada 150 responden mahasiswa dan pekerja kos. Mayoritas menyukai sambal cumi namun mengeluhkan sulitnya mendapat sambal tahan lama tanpa bahan pengawet berbahaya.

Berdasarkan temuan itu, tim menyusun Business Model Canvas yang mencakup value proposition (kepraktisan dan rasa khas laut), channel (e-commerce dan reseller mahasiswa), customer segment (mahasiswa, pekerja muda, ibu rumah tangga), serta revenue stream (penjualan langsung dan kemitraan warung makan). Validasi dilakukan lewat penjualan uji coba dan testimoni pembeli tahap awal, yang menunjukkan 87% responden menyatakan akan membeli kembali.


Strategi Digital Marketing dan Komunitas Pelanggan

Selain strategi yang sudah dijelaskan sebelumnya, UNIL juga membentuk komunitas pelanggan loyal di platform WhatsApp dan Telegram. Di sini, pelanggan bisa mendapat info promo, berbagi resep kreasi sambal cumi, dan memberi masukan langsung. Strategi ini membangun ikatan emosional antara produk dan konsumen, bukan sekadar hubungan penjual-pembeli.

Di sisi lain, UNIL memanfaatkan fitur-fitur TikTok seperti “Stitch” dan “Duet” untuk memancing keterlibatan komunitas food reviewer, serta memanfaatkan hashtag challenge seperti #SambalCumiChallenge yang berhasil menarik lebih dari 1.000 view hanya dalam 3 hari.


Studi Banding: Sambal UMKM Lokal vs UNIL

Sebagai bagian dari pembelajaran, tim UNIL melakukan studi banding dengan dua UMKM lokal di sekitar Bandung yang memproduksi sambal dalam kemasan: Sambal Mak Sutri dan Sambal Mamah Yati. Beberapa pembelajaran yang diperoleh antara lain:

  • UMKM tradisional cenderung fokus pada rasa, namun kurang pada pengemasan dan storytelling.
  • UNIL memiliki keunggulan pada narasi produk, konten digital, dan akses pasar luar kota melalui e-commerce.
  • Namun, dari sisi loyalitas pelanggan, UMKM tradisional punya pelanggan tetap karena keterikatan komunitas lokal.

Hasil studi ini mendorong UNIL untuk memperkuat basis pelanggan lokal sembari tetap menjangkau pasar digital.


Program Business Matching dan Jejaring Bisnis

Dalam kegiatan business matching, UNIL mendapat kesempatan untuk presentasi di depan mitra potensial. Tim juga belajar membuat executive summary, materi pitching, dan menjawab pertanyaan teknis dari calon mitra. Salah satu mitra tertarik membina UNIL sebagai produk oleh-oleh khas daerah dengan kemasan khusus untuk wisatawan.

Program ini bukan hanya mempertemukan dengan investor, tapi juga melatih mental presentasi dan komunikasi bisnis yang tidak diajarkan di kelas. Beberapa jejaring juga mengundang UNIL mengikuti pameran kewirausahaan mahasiswa di tingkat provinsi.


Peran P2MW dalam Peningkatan Kapasitas Usaha

Dukungan dari program P2MW sangat krusial. Bantuan pendanaan digunakan untuk:

  • Membeli alat produksi seperti blender industri, kompor besar, dan botol food grade.
  • Menyewa ruang produksi yang lebih higienis.
  • Menyusun laporan keuangan bulanan dan laporan ke investor.

Mentoring yang didapatkan dari pelaku industri makanan kemasan membantu tim memahami pentingnya legalitas produk seperti izin PIRT dan label halal, yang kini sedang diproses sebagai bagian dari skala up usaha.


Diversifikasi Produk dan Uji Konsumen

Dalam upaya menjaga relevansi pasar, UNIL mengembangkan varian rasa dan format. Beberapa ide lain yang sedang diuji coba meliputi:

  • Sambal Cumi Asap: dengan aroma smokey khas.
  • Kemasan travel pack 50gr: untuk dibawa bepergian.
  • Kemasan ekonomis refill 500gr: untuk pelanggan tetap atau warung.

Uji coba dilakukan dengan memberi sampel gratis pada pelanggan komunitas dan meminta mereka mengisi form evaluasi rasa, harga, dan desain.


Analisis Keberlanjutan Bisnis (Sustainability)

Untuk menjamin keberlanjutan usaha dalam jangka panjang, UNIL (Untuk Nikmatnya Lauk) menyadari pentingnya membangun fondasi yang kokoh, tidak hanya dari sisi produk, tetapi juga dari aspek organisasi, keuangan, dan lingkungan. Oleh karena itu, sejumlah strategi telah mulai dirancang dan diterapkan secara bertahap demi memastikan bahwa bisnis ini dapat terus berjalan dan berkembang, bahkan setelah tim pelopor menyelesaikan masa studinya.

Salah satu langkah awal yang ditempuh adalah membangun tim operasional tetap yang terdiri dari mahasiswa tingkat bawah. Strategi ini dilakukan untuk menciptakan sistem regenerasi yang berkelanjutan, di mana pengetahuan, keterampilan, serta nilai-nilai kewirausahaan yang telah dibangun sejak awal dapat terus ditransfer dan dilestarikan. Tidak hanya sebagai pelaksana, anggota tim baru juga dibekali dengan pelatihan dan pengalaman langsung agar mampu memimpin dan mengembangkan usaha di masa depan. Dengan cara ini, UNIL bukan hanya menjadi tempat praktik bisnis, tetapi juga inkubator wirausaha muda yang dinamis di lingkungan kampus.

Selain itu, UNIL juga tengah mengembangkan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang komprehensif untuk proses produksi, pengemasan, distribusi, dan pemasaran. SOP ini dirancang agar mudah dipahami dan direplikasi oleh siapa pun yang terlibat dalam tim, sekaligus memastikan kualitas produk tetap konsisten. Adanya SOP yang terdokumentasi juga berfungsi sebagai pedoman penting dalam proses pelatihan anggota baru dan menjadi prasyarat penting dalam pengembangan sistem waralaba atau ekspansi usaha ke unit-unit lain di masa depan.

Dari sisi pendanaan, UNIL menyadari bahwa keberlanjutan usaha tidak lepas dari akses terhadap modal yang stabil. Untuk itu, saat ini UNIL mulai menjajaki kerja sama dengan program Corporate Social Responsibility (CSR) dari berbagai unit di kampus, seperti lembaga kemahasiswaan, rektorat, maupun fakultas. Di samping itu, UNIL juga terbuka terhadap dukungan dari alumni, baik dalam bentuk donasi, mentoring bisnis, maupun koneksi ke pasar yang lebih luas. Hubungan yang erat antara alumni dan unit bisnis mahasiswa seperti UNIL berpotensi memperkuat ekosistem kewirausahaan kampus yang berkesinambungan dan mandiri.

Tak hanya fokus pada aspek manusia dan finansial, UNIL juga menaruh perhatian besar terhadap keberlanjutan lingkungan. Dalam proses produksi dan pengemasan, UNIL mulai beralih ke kemasan ramah lingkungan, salah satunya dengan menggunakan plastik daur ulang sebagai bahan utama. Upaya ini dilakukan untuk mengurangi limbah plastik baru sekaligus memberikan edukasi kepada konsumen tentang pentingnya memilih produk yang peduli terhadap lingkungan. Selain itu, UNIL juga tengah mengeksplorasi penggunaan kemasan kertas aluminium foil yang tahan panas dan minyak, sebagai alternatif dari kemasan plastik yang kurang ramah lingkungan. Inovasi ini diharapkan tidak hanya meningkatkan estetika dan daya tahan produk, tetapi juga memperkuat citra merek UNIL sebagai bisnis yang bertanggung jawab secara sosial dan ekologis.

Secara keseluruhan, strategi-strategi ini menunjukkan bahwa UNIL bukan hanya sekadar proyek kewirausahaan mahasiswa, melainkan sebuah model usaha mikro yang berpikir visioner, inklusif, dan berorientasi jangka panjang. Dengan komitmen pada regenerasi SDM, dokumentasi proses, kolaborasi pendanaan, serta kepedulian lingkungan, UNIL menempatkan diri sebagai pionir dalam praktik bisnis berkelanjutan di kalangan generasi muda. Upaya ini memperkuat misi utama UNIL dalam menciptakan produk lokal berkualitas yang tidak hanya lezat, tetapi juga memberi dampak nyata bagi masyarakat dan lingkungan.


Refleksi dan Pembelajaran Mahasiswa

Pengalaman membangun UNIL menjadi perjalanan pembelajaran nyata. Kami belajar bahwa membangun bisnis bukan hanya soal modal dan produk, tapi tentang konsistensi, komunikasi tim, dan keberanian mengambil risiko.

Beberapa anggota tim yang awalnya tidak percaya diri kini menjadi pembicara dalam seminar kewirausahaan kampus. Kami juga belajar pentingnya mendengarkan konsumen, menghargai proses produksi, dan membangun relasi profesional sejak dini.


Penutup

UNIL merupakan salah satu representasi nyata dari bagaimana program kampus seperti INBISKOM dan P2MW dapat menjadi katalis lahirnya wirausahawan muda. Dengan pendekatan kolaboratif, berbasis data, dan strategi digital yang kuat, UNIL berhasil menjangkau pasar yang lebih luas.

Kami berharap UNIL tidak hanya menjadi produk kuliner lokal yang sukses, tetapi juga menjadi inspirasi gerakan kewirausahaan mahasiswa Indonesia. Mahasiswa tidak hanya menunggu lapangan kerja—kami bisa menciptakannya.


Daftar Pustaka

  • Wijayanti, A. (2022). Strategi Digital Marketing pada UMKM Kuliner di Era Digital. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan.
  • Kemendikbud. (2023). Panduan Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW).
  • Putri, L., & Ramadhan, T. (2021). Branding Produk UMKM Berbasis Lokalitas. Jurnal Ekonomi Kreatif dan Inovasi.
  • Drucker, P. F. (1985). Innovation and Entrepreneurship. Harper & Row.
  • Sarasvathy, S. D. (2001). Causation and Effectuation: Toward a Theoretical Shift from Economic Inevitability to Entrepreneurial Contingency. Academy of Management Review.