
Bayangkan sejenak seorang peternak ayam broiler di sebuah desa di Indonesia. Sebut saja namanya Pak Budi. Setiap fajar menyingsing, rutinitasnya dimulai. Ia harus memastikan ribuan ekor ayamnya mendapatkan pakan yang cukup, suhu kandang yang pas, dan lingkungan yang sehat. Pekerjaan ini tidak hanya menguras tenaga, tetapi juga penuh dengan ketidakpastian dan tantangan yang tak terlihat. Salah sedikit dalam menakar campuran pakan, ayam bisa tumbuh lambat, atau yang lebih dikenal dengan istilah FCR (Feed Conversion Ratio) yang membengkak. Suhu kandang yang tiba-tiba turun di malam hari bisa membuat ayam stres, berkerumun, dan akhirnya mati terinjak-injak. Inilah realitas sunyi yang dihadapi banyak peternak seperti Pak Budi, terutama mereka yang berskala kecil hingga menengah.
Namun, bagaimana jika kita bisa memberikan “asisten pribadi” super canggih untuk setiap kandang? Asisten yang tidak pernah lelah, bekerja 24/7 dengan presisi setingkat insinyur untuk memonitor suhu, mengatur kelembapan, dan yang terpenting, meracik pakan dengan komposisi nutrisi yang sempurna sesuai usia dan kebutuhan ayam. Ini bukan lagi sekadar angan-angan dari film fiksi ilmiah. Inilah visi yang diusung oleh kami mahasiswa dari Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) melalui proyek inovatif mereka: Sistem Pencampuran Pakan dan Pengelolaan Lingkungan Kandang Berbasis IoT.
Mari kita selami lebih dalam bagaimana teknologi, yang sering dianggap rumit dan mahal, kini dirancang untuk turun gunung, memberdayakan peternak, dan berpotensi mengubah wajah industri peternakan ayam broiler di tanah air.
Mengapa Kandang Pintar Begitu Penting? Celah Inovasi yang Menggoda
Industri peternakan ayam broiler di Indonesia sebenarnya sudah mulai akrab dengan teknologi. Beberapa perusahaan raksasa, seperti PT Ansell Jaya Indonesia, telah mengoperasikan kandang closed house modern yang mampu menampung puluhan ribu ayam dengan sistem ventilasi dan suhu otomatis yang dikendalikan komputer. Di sisi lain, startup teknologi agrikultur (AgriTech) seperti Chikin Indonesia menawarkan aplikasi mobile canggih bernama CITouch untuk memantau kondisi kandang dari genggaman tangan.
Hebat, bukan? Tapi tunggu dulu. Di tengah gemerlap teknologi canggih tersebut, ada satu benang merah fundamental yang sering terlewat dari kedua pendekatan tersebut: presisi nutrisi yang adaptif dan terjangkau.
Meskipun otomatisasi sudah berjalan, proses pencampuran pakan—yang menyumbang hingga 70% dari total biaya produksi—seringkali masih dilakukan secara manual atau dengan sistem yang kaku. Padahal, kebutuhan nutrisi ayam broiler sangat dinamis dan berubah seiring bertambahnya usia. Ayam pada fase starter (minggu pertama) membutuhkan pakan dengan kadar protein tinggi untuk pembentukan organ dan otot. Memasuki fase finisher (menjelang panen), mereka lebih butuh pakan berenergi tinggi untuk menimbun daging.
“Komposisi pakan yang tidak konsisten dapat mengganggu pertumbuhan, menyebabkan pemborosan, dan meningkatkan biaya.”
Memberikan pakan yang salah fase ibarat memberikan makanan bayi kepada seorang atlet yang sedang berlatih. Hasilnya? Pertumbuhan tidak optimal dan biaya pakan membengkak. Inilah celah yang coba diisi oleh tim mahasiswa UNIKOM. Mereka melihat bahwa masalah ini menjadi “duri dalam daging” bagi peternak skala kecil dan menengah. Peternak di skala ini seringkali tidak memiliki sumber daya untuk membeli sistem terintegrasi yang harganya ratusan juta rupiah, sehingga mereka terus bergulat dengan inefisiensi pakan dan hasil panen yang kurang optimal. Proyek ini bukan sekadar menciptakan alat, tapi menawarkan sebuah solusi yang lebih demokratis, terjangkau, dan bisa diadopsi oleh lebih banyak orang.
Di Balik Layar: Mengintip Jantung Teknologi Kandang Pintar
Jadi, apa sebenarnya “jeroan” dari kandang pintar ini? Mari kita bedah komponen utamanya dengan bahasa yang lebih sederhana, seolah kita sedang merakit sebuah perangkat canggih bersama-sama.
1. Otak Sistem: Mikrokontroler ESP32

Ibarat otak manusia, ESP32 adalah pusat kendali dari semua operasi. Chip mungil namun perkasa ini yang akan menerima data dari berbagai sensor, memprosesnya dengan logika yang telah diprogram, dan kemudian memberi perintah kepada komponen lain untuk bertindak. Mengapa ESP32? Karena chip ini adalah “paket komplet” yang terjangkau: cukup kuat untuk menjalankan logika kompleks, hemat daya, dan yang terpenting, sudah dilengkapi dengan konektivitas WiFi dan Bluetooth. Kemampuan inilah yang membuatnya menjadi jantung ideal untuk perangkat Internet of Things (IoT).
2. Indra Perasa: Sensor Suhu dan Kelembapan (DHT22)

Ayam broiler adalah makhluk yang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Suhu ideal untuk mereka berubah seiring usia. Anak ayam butuh lingkungan hangat sekitar 32-34°C, sementara ayam dewasa lebih nyaman di suhu 22-25°C. Sensor DHT22 berperan sebagai indra perasa yang terus-menerus memonitor kondisi ini dengan akurasi tinggi. Jika suhu turun di bawah batas normal, otak (ESP32) akan memerintahkan pemanas (lampu bohlam) untuk menyala. Sebaliknya, jika terlalu panas atau amonia mulai menumpuk, kipas akan berputar untuk mendinginkan dan menyegarkan udara di dalam kandang.
3. Tangan dan Kaki Presisi: Motor Servo dan Pompa Air

Inilah bagian paling inovatif dari sistem ini. Bayangkan ada beberapa wadah (toples) yang diisi dengan jenis pakan berbeda—misalnya jagung giling, konsentrat protein, dan dedak. Berdasarkan data usia ayam yang dimasukkan oleh peternak melalui dashboard, algoritma di dalam ESP32 akan menghitung resep yang sempurna. Kemudian, ia memerintahkan motor servo yang terpasang di setiap wadah untuk membuka katup selama durasi tertentu dengan presisi sepersekian detik. Pakan-pakan tersebut akan jatuh ke dalam sebuah wadah pencampur, diaduk, lalu didistribusikan. Tidak ada lagi pakan yang terbuang atau nutrisi yang salah sasaran.
Selain itu, pompa air mini juga dikendalikan secara otomatis untuk memastikan pasokan air minum selalu tersedia. Ini bukan hanya mengurangi pekerjaan manual, tapi juga mencegah dehidrasi yang bisa berakibat fatal.
4. Pengatur “Sinar Matahari” Buatan: Lampu dan Sirkulasi Udara

Meskipun berada di kandang tertutup, siklus terang dan gelap tetap penting untuk pola istirahat dan makan ayam. Sistem ini menggunakan lampu bohlam tidak hanya sebagai pemanas, tetapi juga sebagai sumber cahaya yang bisa diatur jadwalnya. Ini seolah-olah menciptakan siklus “siang” dan “malam” buatan yang ideal untuk merangsang nafsu makan dan pertumbuhan. Ditambah dengan kipas mini untuk sirkulasi, lingkungan kandang menjadi jauh lebih sehat dan nyaman.
5. Mata Pengawas: Dashboard Berbasis Web
Semua data dari sensor dan status perangkat (pompa, kipas, motor) akan dikirim ke cloud dan ditampilkan dalam sebuah dashboard web yang sederhana dan intuitif. Peternak bisa memantau kondisi kandangnya dari mana saja, entah itu sambil minum kopi di teras rumah atau saat sedang berada di kota. Dashboard ini memberikan laporan historis, grafik suhu, dan notifikasi jika ada masalah. Ini memberikan kontrol penuh dan ketenangan pikiran.
Dari Ide Menjadi Aksi: Perjalanan Sebuah Inovasi
Sebuah produk canggih tidak lahir dalam semalam. Tim UNIKOM merancangnya melalui tahapan yang sistematis dan berorientasi pada pengguna:
- Fase Penemuan (Discovery): Semuanya dimulai dengan mendengarkan. Tim melakukan survei langsung ke peternak kecil dan menengah untuk memahami “rasa sakit” terbesar mereka. Mereka tidak hanya bertanya, tetapi juga mengamati dan merasakan langsung tantangan operasional harian.
- Fase Perancangan (Design): Berbekal data dari lapangan, tim mulai menggambar “peta” sistem. Ini bukan hanya soal teknis, tapi juga tentang pengalaman pengguna. Bagaimana membuat dashboard yang mudah dimengerti oleh orang yang awam teknologi? Bagaimana merancang perangkat keras yang mudah dirawat dan diperbaiki?
- Fase Implementasi: Ini adalah saatnya menyatukan kepingan puzzle. Perangkat keras seperti sensor, motor, dan mikrokontroler dirakit menjadi satu prototipe fisik. Di saat yang sama, tim software menulis ribuan baris kode untuk menghidupkan “otak” dan “jiwa” dari sistem tersebut.
- Fase Pengujian: Prototipe diuji secara ketat dalam berbagai skenario. Uji coba ini mencari kelemahan: Apakah sensor tetap akurat setelah seminggu? Bagaimana jika koneksi internet terputus? Apakah motor macet setelah mencampur 100 kg pakan? Semua skenario diuji untuk memastikan sistem berjalan tanpa cela.
- Fase Sosialisasi: Setelah terbukti andal, teknologi ini siap diperkenalkan kepada dunia. Tim akan melakukan demonstrasi untuk menunjukkan manfaat dan cara kerja alat ini kepada para peternak, mengubah keraguan menjadi kepercayaan.
Dampak Nyata: Efek Domino dari Sebuah Kandang Cerdas
Kehadiran kandang pintar ini diharapkan membawa gelombang perubahan positif yang meluas, sebuah efek domino yang dimulai dari satu inovasi.
- Bagi Peternak (Aspek Ekonomi):
- Biaya Pakan Turun Drastis: Dengan nutrisi presisi, FCR dapat ditekan. Sebagai gambaran, jika peternak dengan 1.000 ekor ayam bisa menekan FCR dari 1.8 menjadi 1.6, ia menghemat ratusan kilogram pakan per siklus. Dalam rupiah, ini berarti penghematan jutaan.
- Produktivitas dan Keuntungan Naik: Ayam yang sehat dan mendapat nutrisi optimal akan tumbuh lebih cepat, lebih seragam, dan memiliki angka kematian yang rendah. Ini berarti bobot panen total meningkat, dan keuntungan pun ikut terkerek naik.
- Manajemen Lebih Efisien: Kontrol jarak jauh membebaskan peternak dari pekerjaan rutin yang repetitif, memberinya waktu untuk fokus pada strategi bisnis, mencari pasar baru, atau sekadar menikmati waktu lebih banyak bersama keluarga.
- Bagi Ayam (Aspek Kesejahteraan Hewan):
- Ini adalah bagian yang sering terabaikan. Lingkungan hidup yang stabil, bersih, dan nyaman akan menekan tingkat stres ayam secara drastis. Ayam yang tidak stres memiliki sistem imun yang lebih kuat, membuatnya tidak gampang sakit dan mengurangi kebutuhan akan antibiotik.
- Bagi Industri dan Lingkungan (Aspek Makro):
- Demokratisasi Teknologi: Proyek ini bisa menjadi model percontohan untuk modernisasi peternakan skala kecil dan menengah, mendorong adopsi teknologi yang lebih luas dan meningkatkan daya saing produk lokal terhadap produk impor.
- Pangan Berkelanjutan: Efisiensi pakan berarti lebih sedikit sumber daya alam (seperti jagung dan kedelai) yang dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah daging yang sama. Ini adalah langkah kecil namun penting menuju ketahanan pangan yang lebih berkelanjutan.
- Jejak Karbon Lebih Rendah: Penggunaan energi yang lebih efisien (pemanas dan kipas hanya menyala saat dibutuhkan) dan pengurangan limbah pakan membantu menurunkan jejak karbon dari kegiatan peternakan.
Masa Depan Peternakan Ada di Tangan Kita
Inovasi yang lahir dari semangat kolaborasi mahasiswa di Universitas Komputer Indonesia ini adalah bukti nyata bahwa teknologi, ketika diterapkan dengan empati dan tujuan yang tepat, dapat memberikan solusi konkret untuk masalah di dunia nyata. Ini bukan lagi tentang sekadar mengejar efisiensi, tetapi tentang membangun ekosistem peternakan yang lebih cerdas, berkelanjutan, dan manusiawi.
Proyek kandang pintar berbasis IoT ini mungkin baru sebuah prototipe, namun visinya sangat besar: sebuah masa depan di mana setiap peternak seperti Pak Budi, tidak peduli seberapa besar skalanya, memiliki akses ke teknologi terbaik untuk menghasilkan pangan berkualitas bagi bangsa, meningkatkan kesejahteraan keluarganya, dan menjadi pahlawan pangan di era digital.
Salam Inovasi dari Kandang,
Akmal Salman Al’Farisi, Dimas Azmi Haikal, & Ganesha Duta Hanura Tim PKM-KC Universitas Komputer Indonesia
Referensi
- Efendi, F. S., Cinderatama, T. A., & Asti, I. S. (2024, November). Implementasi Sistem Penjadwalan Otomatis Smart Closed House Kandang Ayam Broiler Berbasis IOT menggunakan K-Nearest-Neighbour. Diperoleh dari jacis.pubmedia.id.
- Salman, A., Muslim, M., Samsumar, & Akbar, I. (2023). Artikel yang relevan dengan topik (jika ada, perlu ditambahkan detailnya dari sumber asli).
- Setiadi, D., & Arifiandi, R. (2024). Artikel yang relevan dengan topik (jika ada, perlu ditambahkan detailnya dari sumber asli).
- Syamsudduha Syahrorini dkk. (2024). Desain Kandang Ayam Pintar Berbasis IoT untuk Meningkatkan Produktivitas Ternak. Dikutip dalam Bassiroh, A. U. (2025, Mei 13). fst.umsida.ac.id.
- Syafitri, Rhamdiani dkk. (2022). Penelitian tentang sistem pemberian pakan ayam broiler otomatis berbasis IoT.
- Widayanto, G. T., & Aji, K. (2025). Artikel yang relevan dengan topik (jika ada, perlu ditambahkan detailnya dari sumber asli).
- BroilerX. (2024, November 28). Optimalkan Kandang Ayam Broiler dengan Internet of Things. Diperoleh dari broilerx.com.
- Chikin Indonesia. (2023). Informasi produk CITouch.