Digital Marketing di Era AI: Gimana Pelaku Usaha Bisa Menyesuaikan Diri?

Beberapa tahun belakangan ini, cara orang berjualan berubah total. Dulu, kalau mau promosi, kita harus cetak brosur, pasang spanduk, atau titipin produk di toko. Sekarang? Cukup punya HP dan internet, kita udah bisa jualan dari rumah sambil minum kopi. Bahkan gak harus punya toko fisik. Dunia digital benar-benar membuka banyak peluang, terutama buat anak muda dan pelaku usaha kecil.

Tapi seiring berjalannya waktu, digital marketing juga ikut berkembang. Salah satu perubahan paling terasa adalah hadirnya teknologi AI atau kecerdasan buatan. Teknologi ini sekarang makin sering dipakai dalam berbagai aspek pemasaran. Dari ngatur iklan, bantu bikin konten, sampai memahami perilaku konsumen.

Buat sebagian orang, AI terdengar seperti hal yang rumit. Tapi sebenarnya, teknologi ini bisa sangat membantu, apalagi kalau kita tahu cara manfaatinnya dengan tepat.

AI dan Digital Marketing, Sekarang Udah Saling Melengkapi

Kalau kamu pernah belanja online lalu tiba-tiba muncul iklan barang yang mirip banget sama yang kamu cari, itu kerjaan AI. Atau mungkin pernah lihat akun bisnis di Instagram yang langsung balas DM kamu meskipun tengah malam. Itu juga AI.

Dalam dunia digital marketing, AI dipakai buat mengenali kebiasaan pelanggan, menyarankan konten yang sesuai, sampai menjalankan iklan secara otomatis dan efisien.

Yang dulunya butuh waktu berjam-jam untuk bikin strategi promosi, sekarang bisa disiapkan dalam hitungan menit. AI membantu mempercepat proses, membuat hasilnya lebih akurat, dan bisa disesuaikan dengan target yang kita inginkan.

Platform seperti Tokopedia, Shopee, dan TikTok Shop, semuanya pakai teknologi ini untuk bikin pengalaman belanja jadi lebih personal. Bukan cuma itu, YouTube, Spotify, sampai Instagram juga menggunakan AI untuk rekomendasi konten. Jadi tanpa kita sadari, setiap hari kita berinteraksi dengan digital marketing berbasis AI.

Tantangan Buat Pelaku Usaha

Meskipun banyak keuntungan yang ditawarkan, banyak pelaku usaha yang masih bingung cara mulai. Terutama UMKM yang belum terbiasa dengan teknologi. Beberapa tantangan umum yang sering ditemui:

  • Minimnya waktu karena harus urus produksi, keuangan, promosi sekaligus.
  • Gak tahu cara mulai atau tools apa yang cocok.
  • Takut salah langkah atau buang-buang waktu.
  • Merasa tertinggal karena pesaing sudah pakai AI.

Tapi jangan buru-buru panik. Adaptasi itu proses. Kita semua bisa mulai dari hal kecil. Kuncinya bukan harus langsung jago teknologi. Tapi mulai pelan-pelan dari hal yang paling mudah dulu.

Tips Simpel Buat Mulai Adaptasi di Era AI

Kalau kamu pelaku usaha atau punya rencana buat mulai bisnis, ini beberapa langkah yang bisa kamu coba supaya tetap relevan dan gak ketinggalan zaman.

1. Mulai dari Tools yang Gampang Dulu

Gak usah langsung belajar yang ribet. Sekarang banyak aplikasi yang user-friendly. Misalnya:

  • Pakai Canva AI buat desain konten cepat tanpa harus jago desain.
  • Gunakan ChatGPT buat bantu nulis caption, ide promosi, atau jawab pertanyaan pelanggan.
  • Coba Google Ads buat iklan digital. Ada fitur smart campaign yang bisa atur otomatis.

Cobain satu per satu. Yang penting mulai dulu.

2. Bangun Cerita dan Branding

AI bisa bantu hitung data dan bikin rekomendasi, tapi yang bikin pelanggan jatuh hati tetap cerita di balik usaha kita.

Ceritakan siapa kamu, kenapa kamu jualan produk itu, bagaimana proses pembuatannya. Orang zaman sekarang lebih suka brand yang punya cerita.

Konten kayak behind the scenes, testimoni pelanggan, atau sekadar cerita perjuangan bisa bikin usaha kamu lebih dekat di hati pembeli.

3. Manfaatkan Platform yang Sudah Ada

Kamu gak perlu bikin aplikasi sendiri atau bayar mahal ke developer. Coba manfaatkan fitur-fitur dari:

  • WhatsApp Business, bisa pakai auto-reply dan katalog produk.
  • TikTok Shop, cocok banget buat jualan produk yang visualnya menarik.
  • Instagram, bagus buat bangun komunitas dan komunikasi dua arah.

Semua platform itu sudah pakai AI di balik layarnya. Jadi kita tinggal manfaatin aja dengan cara yang kreatif.

4. Ikut Belajar dari Kelas Gratis atau Webinar

Banyak banget webinar, workshop, atau kelas singkat yang ngebahas digital marketing dan AI. Bahkan banyak yang gratis. Coba sempatkan satu atau dua jam seminggu buat upgrade ilmu.

Ilmu yang terus di-update bikin kamu lebih siap hadapi tren baru dan gak kaget kalau platform digital berubah.

Studi Kasus: Kedai Kopi Rumahan dan Usaha Fashion Lokal

Kedai Kopi Rumahan: Dari Flyer ke Feed

Ada contoh menarik dari sebuah kedai kopi rumahan di daerah Cimahi. Mereka awalnya jualan offline dan ngandelin flyer. Setelah pandemi, mereka coba jualan online via Instagram dan WhatsApp.

Awalnya, mereka buka usaha kecil-kecilan di garasi rumah. Pelanggan mereka hanya orang sekitar komplek. Mereka sempat pasang flyer di warung dan masjid, tapi hasilnya biasa saja.

Setelah pandemi, mereka sadar pentingnya punya kehadiran online. Mereka bikin akun Instagram dan mulai posting foto minuman. Awalnya cuma upload tanpa caption menarik. Tapi setelah ikut webinar digital marketing gratis, mereka mulai belajar soal konten yang engaging.

Dengan bantuan AI kayak ChatGPT, mereka nulis caption yang lebih humanis. Misalnya, bukan cuma “es kopi susu cuma 15 ribu”, tapi pakai pendekatan emosional kayak “butuh temen kerja lembur? Es kopi susu kami siap nemenin malammu.”

Mereka juga pakai fitur jadwal posting di Meta, dan mulai konsisten upload 3x seminggu. Dalam 2 bulan, followers naik dari 100 ke 1.200 orang. Yang menarik, 70% pembeli baru ternyata datang karena lihat konten di Instagram.

Gak hanya itu, mereka aktif di WhatsApp Business dengan katalog produk dan pesan otomatis. Saat pelanggan nge-chat, langsung muncul balasan: “Hai! Terima kasih sudah menghubungi KopiKita. Menu hari ini: …” Itu bikin pelanggan merasa dilayani, bahkan saat penjualnya belum sempat bales manual.

Setelah 6 bulan, mereka bisa merekrut satu karyawan tambahan, dan mulai terima pesanan dalam jumlah besar buat acara kantor dan arisan.

Usaha Fashion Lokal: Main di TikTok dan Raih Pelanggan Baru

Satu lagi contoh dari usaha fashion lokal yang menjual pakaian wanita kasual. Awalnya hanya buka lapak di Shopee. Penjualannya lumayan, tapi stagnan.

Mereka kemudian masuk ke TikTok dan mulai membuat konten video behind the scenes, packing pesanan, tips mix and match outfit, sampai video lucu bareng tim produksi.

Setelah beberapa minggu coba berbagai format, mereka menemukan bahwa konten simple kayak “OOTD ke kampus” dengan teks overlay dan musik yang lagi trending lebih sering masuk FYP. Akhirnya mereka mulai rajin bikin konten semacam itu.

Yang menarik, mereka pakai tool AI video editing seperti CapCut dengan template otomatis dan auto-caption. Cuma butuh 10–15 menit buat bikin satu video. Ini memotong waktu produksi konten yang sebelumnya bisa setengah hari.

Hasilnya? Dalam 3 bulan, akun TikTok mereka punya 25 ribu followers dan omset meningkat hampir 2 kali lipat. Produk mereka juga makin dikenal, bahkan sempat diajak kolaborasi oleh influencer lokal.

Kunci dari keberhasilan mereka adalah kemauan untuk belajar dan eksplorasi, bukan harus punya tim besar atau modal besar. Yang penting konsisten dan tahu apa yang disukai audiens.

Tren Digital Marketing yang Perlu Diikuti Tahun Ini

Agar tetap kompetitif, pelaku usaha perlu tahu arah perkembangan digital marketing ke depan. Di tahun 2025 ini, beberapa tren sudah mulai terlihat jelas, dan bisa jadi peluang besar kalau kamu manfaatkan dengan cerdas.

1. AI-Powered Video dan Gambar Otomatis

Tools seperti Runway ML, Lumen5, dan Canva AI sekarang bisa bantu bikin konten visual dan video tanpa perlu skill desain atau editing. Cukup masukkan teks dan tema, sistem akan otomatis buatkan gambar atau video sesuai keinginan.

Ini cocok banget buat usaha kecil yang gak punya tim konten tapi pengen tetap aktif di media sosial.

2. Social Commerce Semakin Kuat

Instagram, TikTok, dan bahkan WhatsApp mulai jadi tempat jualan langsung. TikTok Shop sekarang punya fitur siaran live bareng host dan penjual, di mana pelanggan bisa beli sambil nonton. AI digunakan untuk menyarankan produk berdasarkan minat penonton.

Bahkan Facebook Marketplace juga mulai pakai AI untuk filter harga, lokasi, dan kondisi barang yang relevan buat pengguna.

3. Konten Interaktif Jadi Primadona

Sekarang orang gak cuma pengen lihat, tapi juga pengen ikut terlibat. Polling di story Instagram, kuis di website, atau filter interaktif di TikTok bisa jadi cara efektif untuk berinteraksi. Dengan AI, kamu bisa tahu hasil polling secara real time dan sesuaikan konten berikutnya.

Konten interaktif bikin konsumen merasa terlibat dan lebih “nyambung” dengan brand kamu.

4. Automasi Chat dan Customer Service 24/7

Chatbot makin canggih. Tools seperti ManyChat atau WA API bisa membuat flow percakapan seolah-olah dijawab manusia. AI-nya bisa mendeteksi kata kunci dari pertanyaan pelanggan dan kasih jawaban otomatis, dari info produk, lokasi toko, sampai status pengiriman.

Ini bisa bantu banget, terutama buat usaha yang belum punya customer service dedicated.

5. Micro-Influencer dan Nano-Influencer Naik Daun

Daripada kerja sama dengan influencer yang punya jutaan followers tapi interaksinya rendah, banyak brand sekarang justru kerja sama dengan akun kecil yang punya followers setia.

Mereka lebih dipercaya, kontennya terasa lebih real, dan biayanya juga lebih terjangkau. Kamu bisa cari micro influencer yang relevan di niche kamu, misalnya food blogger lokal, mahasiswa yang suka review buku, atau akun thrift shop.

AI juga bisa bantu cari dan analisis engagement rate mereka lewat platform seperti HypeAuditor atau Heepsy.

Kesimpulan

Perubahan memang gak bisa dihindari. Tapi bukan berarti kita harus takut. Justru perubahan seperti inilah yang ngasih peluang baru buat yang mau terus belajar dan nyoba hal baru.

Digital marketing yang dulu butuh banyak biaya, sekarang bisa kamu jalankan dari rumah, bahkan dari kamar kos, asal tahu caranya. AI hadir bukan buat menggantikan kita, tapi untuk membantu kita kerja lebih efektif.

Mau usaha kamu kecil, rumahan, atau baru mulai rintis dari nol, kamu tetap bisa bersaing di tengah dunia digital yang terus berubah. Yang penting mulai dulu. Langkah kecil hari ini bisa jadi langkah besar di masa depan.