Warung pecel lele adalah pemandangan yang sangat akrab di berbagai daerah di Indonesia. Hampir di setiap kota atau jalan utama, terutama di malam hari, warung pecel lele bertebaran dengan spanduk warna-warni yang mencolok. Desain spanduknya hampir selalu sama dan pasti gambar ikan lele besar, ayam goreng, warna-warna cerah seperti merah atau oranye, dan tulisan “Pecel Lele Khas Lamongan” yang terpampang jelas. Namun, mengapa desain warung ini bisa begitu seragam? Apa yang membuat para pedagang pecel lele hampir seluruhnya memilih gaya desain yang sama? Artikel ini mengulas sejarah, budaya, dan filosofi di balik desain yang kini melekat erat pada warung pecel lele di Indonesia.
Fenomena Desain Banner Pecel Lele
Pecel lele sebenarnya memiliki sejarah yang panjang dan erat kaitannya dengan budaya Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pecel lele merupakan makanan rakyat yang murah, mengenyangkan, dan sangat populer karena rasa sambalnya yang khas. Hidangan ini terdiri dari ikan lele yang digoreng kering hingga renyah di bagian luar namun tetap lembut di bagian dalam, disajikan dengan sambal pedas yang dibuat dari campuran cabai, tomat, dan terasi. Di beberapa tempat, lele ini disajikan dengan lalapan seperti kemangi, timun, dan kacang panjang.
Menurut sejarah, pecel lele pertama kali dikenal sebagai “pecak lele” di Jawa Timur dan Jawa Tengah, yang dalam bahasa Jawa berarti hidangan yang disajikan dengan cara dipenyet atau digeprek bersama sambal. Namun, istilah “pecel lele” menjadi lebih populer ketika hidangan ini menyebar ke luar Pulau Jawa, khususnya di daerah Jabodetabek, hingga pecel lele dikenal sebagai kuliner khas jalanan Indonesia. Di Jawa Barat, pecel lele bahkan dianggap sebagai sajian “wajib” di kalangan pelajar dan pekerja karena harganya yang terjangkau serta mudah ditemukan di berbagai tempat.
Dalam perjalanannya, hidangan ini menjadi favorit di kalangan masyarakat luas, tidak hanya karena harganya yang murah, tetapi juga karena cita rasa pedas dari sambal yang sering diasosiasikan dengan kecanduan akan rasa. Dalam budaya makan masyarakat Indonesia, rasa pedas dianggap sebagai unsur penting yang menambah kenikmatan makanan, dan inilah yang menjadikan pecel lele diminati.
Perkembangan Warung Pecel Lele dan Fenomena Desain Spanduk Seragam
Ketika hidangan pecel lele semakin populer, para pedagang dari Lamongan, Jawa Timur, menjadi pelopor dalam menyebarkan bisnis ini ke seluruh pelosok Indonesia. Banyak dari mereka adalah perantau yang menetap di berbagai kota dan mendirikan warung pecel lele sederhana di pinggir jalan. Dengan semakin meningkatnya jumlah warung pecel lele, muncullah kebutuhan untuk membuat desain spanduk yang menarik agar para pelanggan dapat dengan mudah mengenali warung tersebut. Namun, mengapa desain ini menjadi seragam?
Berdasarkan penelitian, penggunaan desain spanduk berwarna cerah yang mencolok ini sebenarnya dipengaruhi oleh kebutuhan para pedagang untuk menarik perhatian, terutama di malam hari ketika banyak warung pecel lele beroperasi. Warna terang seperti merah, oranye, dan hijau stabilo dipilih karena mampu terlihat dengan jelas, bahkan dari kejauhan. Gambar ikan lele dan ayam besar, yang kerap kali dibuat dengan teknik lukis manual atau sablon sederhana, memberikan informasi visual tentang menu utama yang dijual.
Peran Seniman dan Teknologi dalam Desain Spanduk
Pada masa lalu, teknologi percetakan belum berkembang pesat, sehingga banyak banner atau spanduk pecel lele dilukis dengan tangan oleh seniman lokal. Banner-banner ini menjadi contoh “desain vernakular” atau desain yang dibuat oleh seniman lokal sesuai dengan kebutuhan komunitasnya. Desain vernakular ini tidak terlalu mengutamakan estetika melainkan fungsionalitas. Menurut jurnal seni, spanduk yang dicat dengan tangan memberikan keleluasaan kepada para seniman untuk menonjolkan gambar lele dan ayam dengan warna yang kontras, sesuai dengan prinsip yang lebih mengedepankan kegunaan dibandingkan keindahan. Desain yang sederhana dan mudah dikenali ini semakin mudah untuk diterima oleh para pedagang pecel lele lainnya di luar Jawa Timur
Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, banyak spanduk pecel lele kini diproduksi secara massal dengan teknik cetak sablon. Meskipun begitu, beberapa spanduk masih mengombinasikan teknik sablon dengan lukisan tangan untuk mempertahankan ciri khasnya. Misalnya, gambar hewan besar tetap dilukis tangan, sementara tulisan dicetak dengan sablon agar lebih cepat dan mudah diproduksi. Gabungan teknik ini juga menjaga nilai tradisi dan estetika yang sudah melekat pada spanduk pecel lele.
Identitas Budaya dan Kebersamaan Komunitas Lamongan
Bagi banyak orang, desain spanduk pecel lele khas Lamongan bukan sekadar desain untuk menarik pelanggan. Ini juga menjadi simbol identitas budaya bagi komunitas perantau dari Lamongan yang berbisnis kuliner di luar kota asalnya. Banyak dari pedagang pecel lele ini adalah anggota Paguyuban Silaturahmi Putra Lamongan (Pualam), yang didirikan sejak 1952 di Jakarta. Paguyuban ini bertujuan untuk mempererat hubungan antarperantau Lamongan di kota besar dan menjaga budaya khas mereka melalui bisnis makanan. Desain spanduk yang seragam ini menjadi semacam tanda solidaritas dan kebanggaan atas identitas Lamongan.
Komunitas ini juga mendukung sesama anggota dalam bisnis mereka dengan berbagai cara, mulai dari berbagi informasi mengenai lokasi strategis, bahan baku, hingga pemasok yang dapat menyediakan spanduk dengan harga terjangkau. Hal ini secara tidak langsung menciptakan keseragaman desain karena banyak pedagang pecel lele yang mendapatkan spanduk dari sumber yang sama. Keseragaman ini bukan hanya sekadar kepraktisan, tetapi juga menjadi lambang persaudaraan dan dukungan komunitas di perantauan.
Makna Filosofi di Balik Desain Pecel Lele
Menurut jurnal Jurnal Ekspresi Seni, desain spanduk pecel lele Lamongan memiliki makna filosofis yang unik. Warna-warna terang dan ilustrasi hewan pada spanduk ini mencerminkan karakteristik kuliner jalanan Indonesia yang merakyat. Filosofi desain ini bertumpu pada keinginan untuk berkomunikasi secara visual dan non-verbal dengan pelanggan. Setiap elemen dalam spanduk ini memiliki fungsi tertentu: warna cerah menarik perhatian; gambar ayam dan lele besar menggambarkan menu utama; dan tulisan besar “Khas Lamongan” menekankan identitas asal usul.
Dari perspektif estetika, desain ini mencerminkan prinsip sederhana namun kuat. Desain vernakular ini mencakup pola warna yang terkesan “tabrak warna” yang disengaja untuk menarik perhatian tanpa peduli estetika tinggi. Pilihan warna yang cerah juga memudahkan pelanggan untuk mengidentifikasi warung pecel lele, terutama di malam hari, ketika jalan-jalan dipenuhi spanduk dengan warna-warna terang.
Analisis Estetika dan Fungsi Desain Vernakular
Desain vernakular memiliki karakteristik khas, yaitu memprioritaskan fungsionalitas daripada nilai estetika yang berlebihan. Dalam hal ini, spanduk pecel lele adalah salah satu bentuk seni visual yang memenuhi kebutuhan ekonomi dan budaya secara bersamaan. Desain ini efektif karena memenuhi fungsinya sebagai alat promosi yang murah, mudah dibuat, dan mampu menarik perhatian banyak orang. Karena sifat desain ini yang tidak terikat dengan aturan estetika yang ketat, elemen seperti warna, ukuran gambar, dan tulisan menjadi lebih fleksibel.
Para pelukis spanduk biasanya menggunakan teknik yang sederhana namun efektif dalam menyampaikan pesan. Pada spanduk pecel lele, warna-warna terang memberikan efek daya tarik instan, sementara gambar lele dan ayam besar memberikan identifikasi visual yang cepat. Bahkan tanpa keahlian desain grafis, desain ini berhasil memenuhi tujuannya untuk mencuri perhatian dan mengundang pelanggan
Analisis Warna dalam Desain Spanduk Pecel Lele Lamongan
Spanduk pecel lele khas Lamongan sangat mencolok dan mudah dikenali karena penggunaan warna-warna terang dan kontras. Biasanya, warna-warna yang mendominasi adalah merah, oranye, kuning, dan hijau stabilo, yang semuanya memberikan kesan kuat dan mudah menarik perhatian dari kejauhan. Pemilihan warna-warna ini tidak asal-asalan, melainkan memiliki tujuan yang strategis untuk menarik perhatian, mengomunikasikan informasi dengan cepat, serta menciptakan daya tarik visual yang efektif bagi pelanggan.
1. Warna Merah: Simbol Energi dan Daya Tarik Kuat
Warna merah adalah warna yang sering kali menjadi pilihan utama dalam desain spanduk pecel lele. Merah dikenal dalam psikologi warna sebagai warna yang menarik perhatian secara cepat dan intens. Dalam konteks kuliner, merah diasosiasikan dengan energi dan nafsu makan yang tinggi. Warna ini juga dianggap menciptakan rasa urgensi, yang cocok untuk menarik orang agar segera menghampiri warung dan membeli makanan.
Warna merah memiliki kekuatan visual yang tinggi, bahkan dalam kondisi cahaya rendah seperti di malam hari, saat kebanyakan warung pecel lele beroperasi. Warna merah pada tulisan atau garis spanduk membuat warung lebih terlihat dari jauh, memberikan identitas visual yang kuat pada warung pecel lele. Efek ini memungkinkan calon pelanggan untuk mengenali warung pecel lele dengan cepat di tengah-tengah keramaian.
2. Warna Oranye dan Kuning: Kesan Hangat dan Ramah
Warna oranye dan kuning juga sering ditemukan di spanduk pecel lele sebagai warna latar atau elemen tulisan. Dalam psikologi warna, oranye dianggap menciptakan rasa keakraban dan kehangatan, sementara kuning sering dikaitkan dengan rasa bahagia dan optimisme. Warna-warna ini menciptakan suasana yang ramah dan mengundang, sehingga menarik bagi pelanggan dari berbagai latar belakang. Oranye dan kuning juga memberikan kontras yang bagus dengan warna merah dan hijau, menciptakan kesan ceria yang identik dengan keramahan warung pecel lele.
Oranye dan kuning, seperti halnya merah, merupakan warna yang tetap jelas terlihat di malam hari, apalagi jika didukung oleh lampu jalan atau penerangan sederhana yang biasa ada di warung pecel lele. Efek visual ini membuat warung terlihat “hidup” dan lebih mencolok, meskipun dengan penerangan yang minim.
3. Warna Hijau Stabilo: Simbol Segar dan Natural
Warna hijau stabilo sering digunakan sebagai garis pinggir atau aksen pada desain spanduk pecel lele. Hijau dalam psikologi warna sering dikaitkan dengan alam, kesegaran, dan kesehatan. Dalam konteks kuliner, hijau dapat memberi kesan bahwa makanan yang disajikan di warung tersebut masih segar dan sehat, sesuai dengan keberadaan lalapan seperti kemangi, timun, dan kacang panjang yang sering disajikan bersama pecel lele. Hijau juga memberikan kontras yang lembut namun tetap terlihat jelas ketika disandingkan dengan warna-warna cerah lainnya seperti merah dan oranye, membuat desain tampak lebih dinamis.
Hijau stabilo juga mudah dikenali dalam kondisi minim cahaya, dan ini berfungsi sebagai pemisah visual antara tulisan atau gambar utama dengan latar belakang. Dalam desain spanduk, hijau stabilo menjadi semacam “bingkai” yang membuat elemen lain terlihat lebih menonjol, dan ini memberikan kejelasan visual yang sangat efektif.
Kesimpulan: Warna sebagai Identitas Visual Pecel Lele
Pilihan warna dalam desain spanduk pecel lele bukanlah sesuatu yang sembarangan atau kebetulan. Warna-warna merah, oranye, kuning, dan hijau yang dipilih memiliki tujuan yang jelas dalam menarik perhatian, menciptakan daya tarik visual yang kuat, dan membangun citra kuliner jalanan yang ramah dan terjangkau. Warna-warna ini, selain memberikan daya tarik instan, juga secara tidak langsung menyampaikan pesan tentang kualitas makanan yang disajikan dan menciptakan identitas visual yang kuat di mata pelanggan.
Masa Depan Desain Pecel Lele: Menghadapi Tantangan dan Inovasi
Meskipun banyak warung pecel lele masih mempertahankan desain tradisional mereka, ada juga beberapa pedagang yang mulai memperbarui desain spanduk mereka. Sebagian pedagang menambahkan elemen modern seperti grafis digital dan warna-warna baru untuk mengikuti perkembangan selera pasar. Namun, banyak dari mereka tetap mempertahankan elemen inti seperti gambar lele dan warna mencolok sebagai tanda pengenal. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada inovasi, desain tradisional tetap memiliki daya tarik yang kuat karena memberikan kesan nostalgia dan identitas yang jelas.
Di masa depan, desain spanduk pecel lele mungkin akan terus berkembang, tetapi identitas visual yang sederhana dan kuat ini kemungkinan besar akan tetap ada. Sebagai bagian dari budaya kuliner Indonesia, desain ini sudah menjadi simbol yang dikenal luas oleh masyarakat
Kesimpulan
Desain warung pecel lele Lamongan yang seragam adalah hasil dari perjalanan panjang sejarah dan budaya yang mengakar dalam komunitas perantau dari Lamongan. Desain ini bukan hanya soal estetik dan fungsional, tetapi juga simbol identitas dan kebersamaan yang diperkuat oleh solidaritas komunitas. Filosofi yang ada di balik desain ini mencakup nilai kepraktisan, fungsionalitas, dan daya tarik visual, yang membuat desain spanduk pecel lele begitu ikonik. Dengan demikian, desain spanduk pecel lele khas Lamongan bukan sekadar banner biasa, tetapi sebuah warisan budaya yang mencerminkan kekayaan dan keragaman seni vernakular di Indonesia.
Referensi
https://www.tempo.co/ekonomi/kenapa-desain-spanduk-warung-tenda-pecel-lele-hampir-sama-semua–119967
https://www.hops.id/unik/2949764339/kenapa-spanduk-pecel-lele-sama-semua-ternyata-ini-alasannya