Media sosial menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari dalam beberapa tahun terakhir ini, termasuk dalam perilaku konsumsi masyarakat. Mulai dari memilih tempat makan, tempat nongkrong, bahkan gaya hidup dapat diperoleh melalui platform seperti TikTok, Instagram, dan YouTube yang tidak hanya digunakan sebagai sarana hiburan. Perubahan ini tentu memiliki dampak yang besar pada bisnis kuliner, termasuk coffeeshop yang kini tidak cukup hanya menyajikan produk berkualitas. Mereka juga harus menawarkan pengalaman yang “layak dibagikan”.
Eiji Coffee menjadi salah satu contoh yang menarik, sebuah kedai kopi lokal di Bandung yang berhasil menarik perhatian publik lewat strategi digital marketing mereka, terutama melalui TikTok. Yang membuat Eiji menarik bukan hanya sekadar desain ruang atau variasi menunya, tetapi cara mereka membangun kedekatan melalui konten yang ringan dan interaktif. Artikel ini akan membahas bagaimana Eiji Coffee merancang strategi branding dan menjalin kedekatan dengan konsumennya melalui media sosial
Perubahan Perilaku Konsumen di Era Media Sosial
Generasi muda saat ini cenderung tidak hanya membeli produk, tetapi juga membeli cerita dan pengalaman. Dalam konteks coffeeshop, mereka tidak sekadar mencari kopi yang enak, tapi juga tempat yang nyaman, visual yang estetik, dan interaksi yang menyenangkan. Semua aspek ini menjadi bagian dari pengalaman yang sering dibagikan kembali ke media sosial.
Hasil survei Datareportal (2024) menunjukkan bahwa lebih dari 80% pengguna internet di Indonesia menggunakan media sosial untuk mencari informasi sebelum membeli sesuatu atau mengunjungi tempat baru. Artinya, apa yang terlihat di TikTok atau Instagram bisa jadi lebih menentukan keputusan konsumen dibanding iklan konvensional. Inilah kenapa strategi digital marketing menjadi semakin penting, terutama untuk bisnis yang menyasar segmen muda, seperti Eiji Coffee.
Eiji Coffee Bandung : Konten Sederhana, Dampak Nyata
Eiji Coffee merupakan contoh dari usaha kecil menengah (UMKM) yang berhasil tumbuh lewat pendekatan sederhana yang tidak rumit namun konsisten. Konten TikTok yang menampilkan interaksi lucu antara kasir dan pelanggan menjadi salah satu elemen khas mereka. Cuplikan keseharian yang dibuat menarik tanpa naskah, tanpa gimmick yang berlebihan.
Terdapat dua hal utama yang menjadikan konten tersebut viral, yaitu terasa natural dan menghibur. Penonton merasa dekat karena situasinya relate, dan lucunya bukan dibuat-buat. Bukan hanya karena ingin ngopi, banyak orang yang datang ke Eiji karena penasaran ingin merasakan “dikerjain kasirnya langsung”, seperti apa yang sudah mereka lihat melalui konten video di TikTok.
Dari sini, Eiji berhasil mengubah elemen sederhana yaitu keramahan kasir menjadi value yang unik dan melekat. Ini bukan sesuatu yang bisa dibeli dengan iklan mahal, tapi dibangun melalui interaksi nyata dan konsisten.
Peran TikTok dalam Meningkatkan Visibilitas
Algoritma TikTok sangat mendukung konten yang cepat, ringan, dan menghibur. Tiktok lebih flekasibel terhadap konten sederhana asal mempunyai daya tarik emosional, berbeda dengan YouTube atau Instagram yang cenderung lebih mengandalkan kualitas visual yang tinggi.
Hal tersebut dimanfaatkan dengan sangat baik oleh Eiji Coffee. Konten video mereka berdurasi singkat, sekitar 15-30 detik namun berhasil mencuri perhatian dengan kejutan-kejutan kecil dan cuplikan respons pelanggan yang terasa jujur dan apa adanya. Ini menyebabkan konten menjadi mudah dibagikan, ditonton berulang, dan viral. Bahkan, sebagian besar engagement mereka bukan berasal dari akun besar, tetapi dari penonton biasa yang memberi komentar, membagikan ulang, atau datang langsung ke lokasi.
Hasilnya, promosi berlangsung secara alami. Pelanggan dengan senang hati ikut membantu menyebarkan brand Eiji tanpa perlu imbalan. Ini merupakan bukti kekuatan dari word of mouth di era digital yang dalam banyak kasus, justru lebih ampuh daripada promosi konvensional atau tradisional.
Strategi Digital Marketing Eiji Coffee
- Video TikTok Pendek yang Relatable dan Lucu
Beberapa tipe konten yang sering digunakan antara lain:
- First person experience: Seperti “POV kamu lagi nunggu kopi dan kasirnya ngajak main tebak-tebakan absurd”.
- Behind the scene: Menampilkan proses pembuatan kopi sambil becanda dengan barista.
- Respons pelanggan: Rekaman reaksi pelanggan saat dikasih “surprise menu” yang tidak mereka pesan.
Kunci keberhasilan mereka adalah konsistensi dalam menyuguhkan “konten rasa teman”, bukan iklan formal. Bahkan ketika mereka memperkenalkan menu baru, narasinya dibuat seolah-olah pelanggan lama sedang merekomendasikan ke temannya, bukan sales pitch dari pemilik bisnis.
- Kasir Bukan Sekadar Pelayan, Tapi Karakter Utama
Salah satu hal paling mencolok dari konten-konten Eiji di TikTok adalah sosok kasir yang sering muncul di video. Bukan kasir biasa tapi yang suka ngelawak, ngajak interaksi, bahkan kadang suka “ngisengin” pengunjung dengan cara yang lucu dan tetap sopan. Ini jadi daya tarik tersendiri.
Video-videonya bukan sekadar dokumentasi kegiatan, tapi seperti sketsa kecil yang menggambarkan suasana akrab di Eiji. Misalnya, ada video “POV kamu pesen kopi tapi kasirnya ngajak tebak-tebakan absurd,” atau “kasir yang overfriendly tapi malah bikin kamu pengen balik lagi.”
Strategi ini berhasil karena mengubah kasir dari sekadar posisi layanan jadi representasi kepribadian brand. Di dunia marketing, ini disebut personifikasi brand, dan Eiji menerapkannya tanpa kesan dibuat-buat.
- Komentar dan Balasan yang Santai Tapi Cerdas
Satu lagi kekuatan Eiji adalah cara mereka membalas komentar netizen. Gaya bahasanya santai, kadang nyeleneh, kadang balas bercanda, tapi tetap menjaga sopan santun. Ini bikin audiens merasa diajak ngobrol, bukan dihadapi oleh “admin” yang kaku.
Contohnya:
- Komentar: “Baristanya lucu-lucu, bisa dipinang ga?”
- Balasan Eiji: “Kalau berani ngajak ngopi dulu, baru kita omongin sama HRD ☕️😎”
Kesan santai dan responsif ini memperkuat brand personality Eiji sebagai coffeeshop yang hangat, tidak formal, dan bersahabat.
- Desain Ruang yang Mendukung Pengalaman Digital
Konten yang kuat tidak akan optimal jika tidak didukung oleh ruang fisik yang sesuai. Di Eiji Coffee, tata ruang juga menjadi perhatian. Meskipun tidak terlalu luas, desain interior yang sederhana namun nyaman pencahayaan hangat, dan sudut-sudut cozy membuat tempat ini cocok untuk difoto atau dibuat video.
Visual ini memperkuat citra brand Eiji yang hangat, bersahabat, dan tidak kaku. Banyak pelanggan yang membuat konten mereka sendiri saat berkunjung, mulai dari review rasa, story Instagram, hingga vlog kecil. Semua ini membuat Eiji memiliki “katalog konten” yang terus bertambah, bahkan tanpa harus memproduksi sendiri.
- Humanisasi Brand dan Bangun Kedekatan
Eiji Coffee tidak menampilkan diri sebagai bisnis besar yang eksklusif. Mereka justru menempatkan orang-orang di balik brand sebagai daya tarik utama. Kasir yang ramah, barista yang supel, serta cara mereka membalas komentar pelanggan dengan gaya santai semua itu membentuk persepsi bahwa Eiji adalah tempat yang hangat dan inklusif.
Strategi ini secara tidak langsung membentuk loyalitas emosional. Banyak pengunjung yang kembali bukan hanya karena kopi atau tempatnya, tapi karena mereka merasa “dikenal” oleh Eiji. Bahkan, sebagian pelanggan merasa konten-konten Eiji di TikTok seperti hiburan harian yang bikin nyaman. Dalam teori pemasaran, pendekatan seperti ini dikenal sebagai emotional branding, yaitu membangun ikatan antara konsumen dan brand melalui emosi, bukan hanya logika.
Adaptasi Tren dan Responsif terhadap Feedback
Kecepatan tren di media sosial sangat tinggi. Sesuatu yang viral minggu ini bisa jadi usang minggu depan. Karena itu, Eiji juga menunjukkan kemampuan adaptasi yang cepat terhadap tren yang sedang ramai. Mereka tidak selalu ikut semua tren, tapi memilih mana yang sesuai dengan karakter brand mereka. Misalnya, saat tren “ice breaking question” sedang viral, Eiji mengadaptasinya ke dalam bentuk tanya jawab lucu antara kasir dan pelanggan.
Selain itu, mereka juga cukup terbuka terhadap masukan dari pengikut di media sosial. Kritik yang muncul biasanya dibalas dengan cara yang ramah dan terbuka, bahkan tidak jarang menjadi bahan konten baru. Respons cepat ini menunjukkan bahwa mereka tidak hanya ingin didengar, tetapi juga benar-benar mendengarkan.
Apa yang Bisa Dipelajari dari Eiji Coffee
Strategi Eiji mungkin terlihat sederhana, tapi hasilnya nyata. Untuk pelaku usaha lain, khususnya di sektor F&B, ada beberapa hal penting yang bisa ditiru dari Eiji:
1. Bangun Relasi, Bukan Hanya Branding
Konsumen modern lebih tertarik pada relasi emosional daripada sekadar nilai produk. Humanisasi konten, kehadiran figur yang relatable, serta kehangatan komunikasi menjadi kekuatan besar dalam membangun loyalitas.
2. Jadikan Konsumen Sebagai Bagian dari Cerita
Alih-alih menjual produk secara langsung, undang konsumen untuk menjadi bagian dari cerita. Buat konten yang mengajak mereka tertawa, tersentuh, atau merasa dikenali. Ini menciptakan ikatan psikologis yang lebih dalam.
3. Estetika = Investasi Konten
Desain tempat yang menarik secara visual bukan hanya soal keindahan, tapi investasi jangka panjang dalam user-generated content. Setiap sudut yang “layak difoto” adalah peluang promosi gratis.
4. Gunakan Media Sosial Sebagai Ruang Interaksi, Bukan Sekadar Display
Jangan perlakukan media sosial seperti brosur digital. Gunakan untuk berinteraksi, mendengarkan feedback, membangun komunitas, dan merespons dengan empati serta kreativitas.
Kesimpulan
Eiji Coffee Bandung membuktikan bahwa strategi digital marketing tidak selalu harus mahal atau rumit. Dengan pendekatan yang konsisten, alami, dan humanis, mereka berhasil membangun identitas brand yang kuat dan dikenali, meskipun berasal dari skala usaha kecil. Lewat kekuatan konten, mereka menciptakan pengalaman yang menyenangkan dan layak dibagikan, sehingga pelanggan bukan hanya membeli kopi, tapi juga ikut menjadi bagian dari cerita.
Studi kasus ini menunjukkan bahwa di era digital, keberhasilan bisnis tidak hanya bergantung pada seberapa bagus produk yang dijual, tapi juga bagaimana produk dan pengalaman itu dikemas dan dikomunikasikan. Dengan media sosial, setiap pelaku usaha punya peluang yang sama untuk dikenal yang membedakan hanyalah kreativitas dan konsistensi dalam membangun hubungan dengan audiens.