Ayam potong, atau yang lebih kita kenal dengan sebutan ayam broiler, sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari meja makan masyarakat Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke, hidangan berbahan dasar ayam selalu jadi primadona. Kebutuhan yang sangat besar ini menempatkan para peternak ayam dalam posisi vital sebagai penyedia protein hewani utama. Untuk memenuhi permintaan tersebut, dunia peternakan pun terus berkembang, beralih dari cara-cara tradisional ke metode yang lebih modern dan efisien.
Salah satu lompatan terbesar dalam dunia peternakan ayam adalah penggunaan kandang tertutup atau close cage. Sistem ini ibarat sebuah apartemen modern bagi para ayam. Berbeda dengan kandang terbuka yang membuat ayam kepanasan saat terik dan kedinginan saat hujan, kandang tertutup menawarkan lingkungan yang stabil. Suhunya bisa diatur dengan kipas dan pendingin, kelembapannya terjaga, dan yang terpenting, jauh lebih aman dari serangan wabah penyakit karena lebih steril. Hasilnya, ayam tidak mudah stres, angka kematian menurun, dan peternak bisa memelihara lebih banyak ayam dalam satu lahan.
Apakah ada masalah?
Namun, di balik segala keunggulannya, kandang modern ini ternyata masih menyimpan beberapa masalah. Masalah ini berkisar pada dua hal paling krusial dalam kehidupan.
Takaran pakan sering meleset
Pengeluaran terbesar seorang peternak adalah untuk membeli pakan, bisa lebih dari setengah total modalnya. Kunci sukses beternak ayam adalah memastikan pakan yang dimakan bisa menjadi daging seefisien mungkin. Ukurannya disebut FCR (Feed Conversion Ratio). Semakin kecil angka FCR, berarti semakin sedikit pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg daging, dan itu artinya semakin untung.
Untuk mendapatkan FCR yang bagus, resep pakan haruslah sempurna. Campurannya harus presisi, mengandung sumber energi (seperti jagung), protein (seperti konsentrat), serta vitamin dan mineral dalam perbandingan yang tepat. Masalahnya, jika proses pencampuran ini masih dilakukan secara manual oleh tenaga kerja, konsistensi menjadi taruhannya. Takaran bisa meleset karena lelah atau kurang teliti. Akibatnya, dalam satu kandang, gizi yang diterima ayam bisa berbeda-beda. Ada yang pertumbuhannya cepat, ada yang lambat. Banyak pakan berharga yang akhirnya terbuang sia-sia, dan angka FCR pun membengkak.
Ayam kurang terkena sinar matahari
Desain kandang tertutup yang rapat memang ampuh menghalau penyakit, tapi juga ikut menghalau masuknya sinar matahari. Ini menjadi sebuah dilema. Ayam, sama seperti manusia, sangat membutuhkan sinar matahari untuk kesehatan tulang. Sinar matahari pagi membantu tubuh ayam memproduksi Vitamin D3 secara alami. Vitamin ini bisa diibaratkan sebagai “kunci” yang membuka pintu agar kalsium dari pakan bisa diserap oleh tubuh dan digunakan untuk membentuk tulang yang kokoh.
Tanpa Vitamin D3 yang cukup, ayam bisa menderita kelainan tulang. Mereka akan terlihat lemas, malas bergerak, bahkan kakinya bisa bengkok. Kondisi ini tidak hanya menyiksa ayam, tapi juga merugikan peternak karena ayam yang sakit tidak akan tumbuh maksimal. Walaupun peternak bisa menambahkan suplemen Vitamin D3 buatan ke dalam pakan, efektivitasnya tidak sebanding dengan vitamin yang diproduksi secara alami oleh tubuh dengan bantuan sinar matahari.
Bagaimana solusinya?
Maka dari itu ada beberapa solusi atau ide canggih yang dapat diterapkan oleh peternak ayam broiler yang menggunakan close cage untuk mengatasi masalah ini.
Mesin pencampuran pakan otomatis
Agar takaran pakan selalu pas dan tidak boros, sistem ini menggunakan mesin pencampur otomatis. Mesin ini akan menimbang dan mengaduk semua bahan pakan sesuai resep yang sudah ditentukan secara digital. Dengan begitu, setiap ayam dijamin mendapat nutrisi yang tepat untuk tumbuh sehat dan cepat, serta tidak ada lagi pakan yang terbuang percuma.
Atap kadang bisa buka tutup
Agar ayam mendapat sinar matahari yang cukup untuk tulang yang kuat, sistem ini memakai atap kandang yang bisa buka-tutup sendiri. Atap ini dikontrol oleh sensor cuaca. Ia hanya akan terbuka pada waktu terbaik di pagi hari yang dapat memberikan para ayam untuk “berjemur” dan mendapatkan Vitamin D alami, dan akan otomatis tertutup jika cuaca berubah menjadi terlalu panas atau hujan. Ini adalah cara terbaik untuk memberikan manfaat alami matahari tanpa membahayakan kenyamanan dan kesehatan ayam.
Kedua sistem ini saling terhubung. Semua informasi, mulai dari jumlah pakan yang dibuat, jadwal makan ayam, berapa lama atap terbuka, sampai suhu di dalam kandang, semuanya dikirim ke sebuah sistem online.
Keuntungan
Apa keuntungannya?
- Ayam lebih sehat dan cepat besar, nutrisi yang presisi dan Vitamin D alami adalah kombinasi sempurna untuk sistem imun yang kuat dan tulang yang kokoh. Angka kematian akan menurun drastis, dan yang terpenting, pertumbuhan ayam menjadi seragam. Ini memudahkan proses panen karena ukuran ayam tidak jauh berbeda satu sama lain.
- Hemat uang pakan, dengan takaran yang selalu pas dan tidak ada pakan yang terbuang, efisiensi FCR akan meningkat. Setiap rupiah yang dikeluarkan untuk pakan akan menjadi daging secara maksimal, yang berarti penghematan biaya yang signifikan
- Kerja lebih mudah, peternak tidak perlu lagi capek-capek mencampur dan menakar pakan setiap hari.
- Untung lebih banyak, waktu dan tenaga yang tadinya habis untuk pekerjaan fisik seperti mengaduk pakan, kini bisa dialihkan untuk melakukan analisis data dan merancang strategi untuk siklus ternak berikutnya.
- Kualitas daging lebih unggul, ayam yang hidup di lingkungan nyaman, tidak stres, dan sehat cenderung menghasilkan daging dengan kualitas yang lebih baik, lebih empuk, dan lebih disukai konsumen.
- Lebih ramah lingkungan, efisiensi berarti mengurangi limbah. Dengan tidak ada pakan yang terbuang dan penggunaan energi yang lebih terukur, jejak lingkungan dari aktivitas peternakan pun menjadi lebih kecil.
Tantangan dan Pertimbangan Implementasi
Tentu saja, menerapkan teknologi secanggih ini pasti ada tantangan. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh para peternak sebelum beralih ke sistem kandang otomatis:
Biaya Investasi Awal
Memasang sensor, motor, sistem kontrol, dan perangkat lunak tentunya membutuhkan biaya di muka yang tidak sedikit. Ini bisa menjadi penghalang bagi peternak skala kecil atau menengah. Namun, penting untuk melihatnya sebagai investasi jangka panjang. Biaya ini akan berangsur-angsur kembali melalui penghematan biaya pakan, penurunan angka kematian, dan peningkatan hasil panen.
Ketergantungan pada Listrik dan Internet
Sistem otomatis ini sangat bergantung pada pasokan listrik yang stabil. Di beberapa daerah yang sering mengalami pemadaman listrik, ini bisa menjadi masalah serius. Oleh karena itu, investasi tambahan seperti genset atau sistem cadangan daya (UPS) menjadi sangat penting. Selain itu, untuk pemantauan jarak jauh, koneksi internet yang andal juga diperlukan, yang mungkin masih menjadi tantangan di beberapa lokasi peternakan.
Adaptasi dan Pelatihan Peternak
Beralih dari cangkul ke mouse, dari tenaga fisik ke analisis data, adalah sebuah perubahan besar. Peternak dan para pekerjanya perlu mendapatkan pelatihan yang memadai untuk dapat mengoperasikan dan merawat sistem ini. Tampilan aplikasi harus dibuat sesederhana dan semudah mungkin agar tidak membingungkan. Dukungan teknis yang responsif dari penyedia teknologi juga menjadi kunci sukses implementasi.
Analisis risiko dan Cara mengatasinya
Pada suatu hal sekecil apapun pasti ada risiko, begitupun dengan sistem ini pasti ada risiko yang kemungkinan besar akan terjadi. Peternak yang bijak tidak hanya melihat pada potensi keuntungan, tetapi juga mempersiapkan diri untuk menghadapi potensi masalah. Berikut adalah analisis risiko utama yang perlu dipertimbangkan dan cara untuk mengatasinya.
Apa saja risikonya?
Risiko teknis dan kegagalan sistem
Risiko ini sering terjadi pada perangkat keras atau perangkat lunak
Kegagalan sensor atau aktuator
Sensor berat pakan rusak sehingga resep pakan menjadi kacau balau. Sensor suhu memberikan data yang salah, menyebabkan kipas tidak menyala saat kandang panas. Motor atap macet saat sedang terbuka di tengah hujan deras. Ini akan berdampak pertumbuhan ayam terganggu, biaya membengkak, stres panas (heat stress), hingga kematian massal atau kandang kebanjiran. Cara mengatasinya:
- Kualitas perangkat, dari awal, investasikan pada sensor dan motor berkualitas industrial grade yang lebih tahan banting dan akurat, bukan komponen hobi.
- Mode operasi manual darurat, harus ada cara untuk mengambil alih kontrol secara manual. Sediakan saklar atau tuas darurat untuk menutup atap atau menyalakan kipas secara manual jika sistem otomatis gagal.
Mati listrik
Listrik dari PLN padam selama beberapa jam di siang hari yang terik. Seluruh sistem mati total. Kipas, pendingin, pakan, dan kontrol atap tidak berfungsi. Kematian massal akibat heat stress bisa terjadi dalam waktu sangat singkat. Cara mengatasinya:
Memiliki genset, Ini adalah investasi yang tidak bisa ditawar. Kandang modern wajib memiliki genset (generator set) dengan kapasitas yang cukup untuk menjalankan semua peralatan vital.
Risiko operasional dan ketergantungan
Terlalu bergantung pada teknologi
Karena semua sudah otomatis dan bisa dipantau dari HP, peternak menjadi jarang masuk ke kandang untuk melakukan pengecekan langsung. Peternak bisa kehilangan “feeling” atau kepekaan. Ia mungkin tidak menyadari tanda-tanda penyakit awal yang halus, suara ayam yang aneh, bau amonia yang mulai naik, atau masalah kecil lainnya yang tidak bisa dideteksi oleh sensor. Cara mengatasinya:
- Disiplin inspeksi rutin, jadikan teknologi sebagai asisten, bukan pengganti. Buat jadwal wajib untuk berkeliling kandang setiap pagi dan sore hari untuk mengamati kondisi ayam secara langsung.
- Checklist manual, buat daftar periksa harian yang harus diisi.
Kesalahan interpretasi data
Dashboard menunjukkan konsumsi air sedikit menurun. Peternak langsung mengasumsikan ayam mulai sakit dan memberikan vitamin, padahal masalah sebenarnya adalah ada pipa air yang sedikit tersumbat di ujung kandang. Masalah sebenarnya tidak teratasi dan bisa menjadi lebih parah, sementara biaya yang tidak perlu dikeluarkan untuk penanganan yang salah. Cara mengatasinya:
Percayai data yang ditampilkan, tetapi selalu verifikasi dengan pengecekan fisik di lapangan sebelum mengambil keputusan besar.
Risiko finansial
Biaya perawatan dan suku cadangan yang mahal
Setelah beberapa tahun beroperasi, beberapa komponen mulai rusak. Ternyata, suku cadang harus diimpor dan harganya mahal, atau teknisi spesialis sulit ditemukan. Ini bisa membuat biaya operasional menjadi lebih tinggi dari yang diperkirakan. Sistem bisa mangkrak untuk waktu yang lama karena menunggu perbaikan. Cara mengatasinya:
Pilih Penyedia dengan Dukungan Lokal, sebelum membeli, pastikan penyedia teknologi memiliki layanan purna jual yang baik, ketersediaan suku cadang di dalam negeri, dan tim teknis yang siap membantu.
Sistem kandang otomatis ini adalah jawaban modern untuk masalah klasik peternakan ayam, yaitu pakan yang tidak akurat dan kurangnya sinar matahari. Dengan teknologi, kedua hal penting ini bisa diatur secara presisi untuk menghasilkan ayam yang lebih sehat dan tumbuh maksimal.
Pada akhirnya, tujuannya adalah membuat peternak lebih untung dengan cara yang lebih efisien. Walaupun ada tantangan seperti biaya awal dan risiko teknis, manfaat jangka panjangnya jauh lebih besar. Ini adalah cara beternak masa kini: menggunakan teknologi untuk bekerja lebih cerdas, bukan sekadar lebih keras.
Akmal Salman Al’Farisi
10122399
Program Studi Teknik Informatika
Referensi
Supriyatna, A., & Widodo, T. (2021). Analisis Efisiensi Biaya Pakan pada Usaha Peternakan Ayam Broiler dengan Sistem Kemitraan. Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner, 9(2), 123-130.
Putra, W. P. B., & Wibowo, A. (2020). Design of Automatic Poultry Feeding System based on Internet of Things (IoT). Journal of Physics: Conference Series, 1569, 042084.
Elijah, O., Rahman, T. A., Orikumhi, I., Leow, C. Y., & Hindia, M. N. (2018). An Overview of Internet of Things (IoT) and Data Analytics in Agriculture: Benefits and Challenges. IEEE Internet of Things Journal, 5(5), 3758-3773.
Rose, D. C., & Chilvers, J. (2018). Agriculture 4.0: Broadening responsible innovation in an era of smart farming. Frontiers in Sustainable Food Systems, 2, 87.
Mishra, S., & Sarkar, U. (2015). Effect of UV-B radiation on poultry production. World’s Poultry Science Journal, 71(4), 725-734.