PKM K UNIKOM
Oleh: Paska Damarkus Sinaga – 10122480
Program Studi Teknik Informatika – Universitas Komputer Indonesia
Mengapa SatuKonsul Diciptakan?
Wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) di Indonesia memiliki potensi ekonomi yang besar, terutama melalui UMKM. Tapi sayangnya, potensi ini sering tidak berkembang karena kurangnya akses informasi, mentor, dan teknologi. Di sisi lain, kota-kota besar sudah banyak menikmati manfaat dari digitalisasi usaha.
Inilah alasan kami menciptakan SatuKonsul, sebuah platform konsultasi bisnis berbasis teknologi yang dirancang khusus untuk membantu UMKM di wilayah 3T agar bisa tumbuh, belajar, dan beradaptasi di era digital.
Apa Itu SatuKonsul?
SatuKonsul adalah platform digital berbasis aplikasi dan website yang menawarkan berbagai layanan, seperti:
- Konsultasi bisnis langsung dengan mentor profesional
- Materi edukasi berbentuk video, modul, dan webinar
- Forum komunitas UMKM 3T
- Sistem rekomendasi berbasis AI dan chatbot interaktif
- Fitur akses rendah bandwidth untuk daerah sinyal lemah
Sasaran Utama Kami
Platform ini dibuat untuk pelaku usaha mikro dan kecil yang tinggal di daerah 3T. Target utamanya meliputi:
- Warung, pengrajin, petani, pedagang kecil
- Usaha tradisional yang ingin “naik kelas” secara digital
- Wirausaha muda di desa yang semangat berkembang
- Pemilik usaha yang belum pernah ikut pelatihan bisnis
Masalah Nyata di Lapangan
Meskipun UMKM menyumbang lebih dari 60% PDB nasional dan menyerap 97% tenaga kerja (Kemenkop UKM, 2023), kenyataannya hanya sekitar 24% UMKM di Indonesia yang benar-benar menggunakan teknologi secara utuh (Google & Temasek, 2022).
Jurnal Santoso et al. (2025) menegaskan bahwa hambatan utama UMKM dalam digitalisasi adalah:
- Rendahnya literasi digital
- Kurangnya akses terhadap teknologi
- Minimnya model bisnis adaptif
Tanpa bimbingan yang tepat, banyak pelaku usaha di desa tidak tahu harus mulai dari mana.
Solusi dari Kami: Model Freemium, Sederhana dan Relevan
SatuKonsul kami buat dengan pendekatan freemium: fitur utama gratis, dan fitur premium seperti konsultasi personal atau sertifikat pelatihan hanya dikenakan biaya terjangkau, mulai Rp20.000–50.000/bulan.
Keunggulan kami:
- Bisa diakses meski sinyal lemah
- Konten dan antarmuka disesuaikan dengan pemahaman masyarakat desa
- Didesain agar mudah dipakai tanpa pelatihan teknis
Studi Kasus dan Uji Coba Lapangan
Kami telah merancang simulasi penggunaan di dua desa berbeda (Sumatera dan Kalimantan), melibatkan 20 pelaku UMKM. Setelah 3 minggu, mereka:
- Mampu menyusun rencana usaha sederhana
- Memahami pentingnya pencatatan keuangan digital
- Mulai menjangkau pasar lewat media sosial
Pendekatan bertahap dan kontekstual seperti ini terbukti lebih berhasil dibandingkan pelatihan massal satu arah.
Kolaborasi dan Ekosistem Pendukung
SatuKonsul tidak akan berjalan sendiri. Kami bekerja sama dengan:
- Dosen pembimbing dan mahasiswa relawan
- Pemerintah desa setempat
- Dinas Koperasi dan UKM
- Mitra industri seperti penyedia internet lokal
Semangat kami sejalan dengan Santoso et al. (2025) yang menyebutkan bahwa digitalisasi UMKM yang berhasil memerlukan kolaborasi antar pihak dan kebijakan yang mendukung.
Dampak Sosial dan Target Luaran
Program ini menargetkan beberapa luaran penting:
- Aplikasi dan website SatuKonsul siap digunakan publik
- Modul pelatihan digital dalam bentuk PDF dan video
- Testimoni dan laporan perkembangan pengguna awal
- Laporan evaluasi sosial dari wilayah uji coba
- Meningkatkan omzet dan kemampuan digital UMKM
Analisis Keuangan
Simulasi kami menunjukkan:
- Investasi awal: Rp12 juta
- Pendapatan Tahun I: Rp18 juta, Tahun II: Rp24 juta
- BCR (Benefit-Cost Ratio): 1,75
Artinya, setiap Rp1 biaya dapat menghasilkan Rp1,75 manfaat → usaha ini efisien dan layak dikembangkan.
Tantangan dan Perbaikan
Beberapa kendala kami di lapangan antara lain:
- Pengguna bingung dengan antarmuka awal
- Akses sinyal internet yang buruk
- Minimnya motivasi awal pengguna
Solusi yang dilakukan:
- Video tutorial berbahasa lokal
- Tampilan aplikasi yang disederhanakan
- Sistem poin dan sertifikat untuk meningkatkan motivasi
Rencana Pengembangan
Ke depannya, SatuKonsul akan menambahkan:
- Microlearning (pembelajaran 3–5 menit)
- Chatbot bahasa daerah
- Integrasi dompet digital
- Sistem monitoring dampak berbasis data
Target jangka panjang kami adalah masuk ke 10 wilayah 3T di tahun kedua program.
Literasi Digital dan Perubahan Pola Pikir
Salah satu hal menarik yang kami temukan selama merancang dan menguji SatuKonsul adalah betapa pentingnya literasi digital bagi pelaku UMKM di desa. Banyak dari mereka yang awalnya tidak percaya diri menggunakan HP selain untuk WhatsApp, ternyata sangat antusias ketika diperkenalkan dengan materi video singkat dan fitur konsultasi langsung.
Ini menunjukkan bahwa digitalisasi bukan soal alat, tapi soal pola pikir.
Dalam jurnal Santoso et al. (2025), disebutkan bahwa keberhasilan digitalisasi UMKM tidak hanya terletak pada adopsi teknologi, tetapi juga dalam perubahan budaya kerja dan pola pikir pelaku usaha kecil terhadap teknologi.
Maka dari itu, kami menambahkan fitur motivasi dan cerita inspiratif di SatuKonsul. Misalnya, kami membagikan kisah sukses UMKM dari daerah yang dulunya kesulitan jualan, kini bisa menjangkau pelanggan baru lewat media sosial.
Teknologi Tepat Guna: Antarmuka yang Membumi
Dalam mengembangkan desain antarmuka, kami memilih pendekatan yang tidak “kota banget”. Maksudnya, kami tidak memakai istilah-istilah rumit, tapi justru memakai bahasa yang familier bagi pelaku usaha kecil. Contoh:
- “Konsultasi” diganti menjadi “Tanya Mentor”
- “Manajemen Produk” jadi “Atur Dagangan”
- “Analisis Bisnis” jadi “Laporan Usaha”
Kami belajar dari pengalaman startup seperti Warung Pintar dan Krealogi, bahwa inovasi harus relevan dan membumi. Inilah yang kami terapkan dalam setiap desain fitur.
Insight dari Wawancara Lapangan
Dalam wawancara singkat dengan 8 pelaku UMKM di desa uji coba, kami mendapatkan respons menarik:
“Selama ini saya pikir bikin usaha harus jalan sendiri. Ternyata bisa tanya-tanya dan belajar lewat HP.”
“Saya malu ikut pelatihan di kota. Tapi kalau pakai HP, bisa pelan-pelan belajar sendiri.”
“Bisa tahu cara atur harga, bikin promo, itu baru tahu dari sini.”
Respon ini menjadi validasi bahwa platform digital seperti SatuKonsul memenuhi kebutuhan yang selama ini tersembunyi — yaitu pendampingan usaha yang tenang, pelan, tapi konsisten.
Model Bisnis Berbasis Komunitas
Ke depan, kami berencana mengembangkan fitur “Forum Komunitas Daerah”. Di dalamnya, pelaku UMKM dari desa yang sama bisa saling berbagi tips, kesulitan, atau bahkan kolaborasi produk. Misalnya:
- Petani cabai bisa bermitra dengan ibu rumah tangga yang memproduksi sambal
- Pengrajin bisa kolaborasi dengan pebisnis online lokal
Fitur ini kami bangun berdasarkan prinsip ekonomi gotong royong, yang juga disebut dalam model keberlanjutan digital oleh Santoso et al. (2025).
Proyeksi Dampak Jangka Panjang
Jika platform ini terus dikembangkan dan digunakan oleh 1.000 UMKM dalam 2 tahun ke depan, kami memperkirakan:
- Kenaikan omzet rata-rata: 30–50%
- Penurunan biaya operasional: 20%
- Peningkatan pemahaman digital dasar: >70% dari pengguna awal
- Terciptanya ekosistem pendampingan yang mandiri berbasis desa
Ini bukan hanya proyeksi finansial, tapi juga dampak sosial dan mentalitas — membuat pelaku usaha percaya bahwa mereka bisa berkembang tanpa harus pindah ke kota.
Peran SatuKonsul dalam Pembangunan Nasional
SatuKonsul bukan sekadar produk mahasiswa — tapi bentuk nyata partisipasi generasi muda dalam menjawab tantangan pembangunan nasional, khususnya pemerataan ekonomi berbasis teknologi.
Dalam dokumen Indonesia Digital Roadmap 2021–2024, pemerintah menekankan pentingnya penguatan transformasi digital hingga ke pelosok negeri. Tapi realitanya, banyak program belum menyentuh pelaku UMKM level mikro secara langsung dan praktis.
SatuKonsul hadir untuk mengisi celah itu: menjadi jembatan digital antara pusat dan daerah, antara wacana dan praktik, antara teknologi dan manusia.
Kami percaya bahwa ketimpangan digital adalah bentuk ketimpangan sosial baru, dan harus diatasi bukan hanya dengan infrastruktur, tapi juga dengan pendampingan, pendidikan, dan komunitas.
Potensi Kolaborasi dengan Kampus & Mahasiswa
Program seperti SatuKonsul sangat cocok dikembangkan lebih luas melalui kolaborasi program MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka).
Bayangkan jika setiap kelompok mahasiswa bisa memilih desa binaan digital, lalu menjalankan program seperti ini sebagai bentuk kontribusi sosial dan sekaligus praktik kewirausahaan.
Kampus bukan hanya tempat belajar teori, tapi bisa menjadi inkubator solusi nyata untuk negeri.
Melalui program PKM-K ini, kami merasakan bahwa ide kecil yang dirancang dengan serius ternyata bisa berdampak jauh. Kami berharap kampus-kampus lain bisa mengadopsi semangat serupa dan menjadikan digitalisasi UMKM sebagai bagian dari kurikulum hidup mahasiswa.
Langkah Strategis ke Depan
Untuk mengembangkan SatuKonsul lebih lanjut, kami sudah merancang roadmap jangka panjang:
Fase 1 – Validasi & Adaptasi (0–6 bulan):
- Penyesuaian antarmuka berdasarkan feedback UMKM
- Penambahan video edukasi interaktif dan fitur forum daerah
Fase 2 – Ekspansi Regional (6–12 bulan):
- Kolaborasi dengan mitra desa & koperasi
- Target 10 desa digital aktif di 5 provinsi
Fase 3 – Integrasi Ekosistem (12 bulan ke atas):
- Kerja sama dengan marketplace lokal
- Integrasi dengan sistem pembayaran QRIS
- Pembuatan dashboard dampak sosial dan ekonomi
Kami yakin bahwa dengan strategi yang tepat, SatuKonsul dapat bertumbuh menjadi platform rintisan sosial digital yang mampu berdampak nasional.
Pesan untuk Sesama Mahasiswa
Buat kamu yang sedang baca artikel ini sebagai bagian dari tugas kampus, izinkan kami menyampaikan satu pesan:
“PKM bukan sekadar lomba. Ia adalah jembatan dari ide ke aksi, dari keresahan ke solusi.”
SatuKonsul memang belum sempurna. Tapi kami memulainya dari niat baik, kemauan belajar, dan kerja tim yang konsisten. Dan itu cukup untuk membuat kami percaya bahwa anak muda bisa menciptakan perubahan — bahkan dari layar laptop kecil di kosan.
Jika kamu punya ide yang sederhana, tapi menyentuh masalah nyata — kerjakanlah. Siapa tahu, ide itu yang akan menyelesaikan tantangan besar di masa depan.
Kesimpulan
SatuKonsul bukan produk instan. Ia lahir dari keprihatinan, tumbuh dari riset, dan dibangun dengan semangat gotong royong teknologi.
Kami percaya, perubahan besar tidak selalu dimulai dari kota besar. Kadang, perubahan itu lahir dari desa — dari warung kecil yang belajar posting produk, dari petani yang belajar atur stok, atau dari ibu rumah tangga yang mulai percaya bahwa dagangannya layak untuk masuk marketplace.
Lewat SatuKonsul, kami ingin menyampaikan pesan sederhana:
“Boleh tinggal di desa, tapi usahamu bisa digital dan mendunia.”
Penutup
SatuKonsul bukan sekadar aplikasi. Ini adalah gerakan kecil untuk perubahan besar.
Kami percaya, ketika pelaku UMKM di desa mendapatkan akses yang sama dengan kota, mereka tidak hanya bertahan — tapi berkembang, naik kelas, dan menciptakan peluang ekonomi baru.
Kami mengajak semua pihak untuk terlibat dalam ekosistem ini: kampus, pemerintah, komunitas, dan dunia usaha. Karena membangun Indonesia tidak bisa sendiri. Harus bareng-bareng, dan bisa dimulai dari satu: SatuKonsul.
Penulis:
Paska Damarkus Sinaga
Mahasiswa Teknik Informatika – UNIKOM
Email: paskadamar@gmail.com
Referensi
- Santoso, G., Rasenda, R., Rizal, M., Wiyana, H., & Subagja, S.N. (2025). Digitalisasi UMKM: Strategi dan Model Bisnis Berbasis Teknologi untuk Keberlanjutan. JUBISDIGI: Jurnal Bisnis Digital, 1(1), 21–30. https://doi.org/10.9030/jubisdigi.v1i1
- Kementerian Koperasi dan UKM. (2023). Laporan Tahunan UMKM.
- Google & Temasek. (2022). e-Conomy SEA Report.
- Kotler, P. & Keller, K.L. (2016). Marketing Management. Pearson.