Antara Mengerti dan Dimengerti : Menyibak Makna Komunikasi yang Saling Terhubung

Komunikasi adalah elemen dasar dalam kehidupan manusia, yang menjadi alat utama untuk menyampaikan informasi, berbagi gagasan, atau menjalin hubungan antarmanusia. Meskipun begitu, komunikasi sering kali dipahami secara sederhana sebagai proses pengiriman pesan dari satu pihak ke pihak lain. Padahal, esensi dari komunikasi itu lebih dalam dan melibatkan dua sisi yang tak terpisahkan: mengerti dan dimengerti. Kedua hal ini merupakan bagian integral dari komunikasi yang saling terkait dan mendukung satu sama lain untuk menciptakan pemahaman yang sempurna.
Artikel ini akan mengulas lebih dalam tentang konsep mengerti dan dimengerti, serta bagaimana kedua konsep ini saling terhubung dalam sebuah proses komunikasi yang efektif.
1. Mengerti dalam Komunikasi
Konsep mengerti merujuk pada proses penerimaan dan pemahaman terhadap pesan yang disampaikan oleh seseorang. Dalam komunikasi, seseorang dikatakan mengerti ketika ia berhasil memahami informasi yang diterima, baik secara kognitif maupun emosional. Namun, mengerti dalam komunikasi lebih dari sekadar memahami kata-kata atau kalimat yang disampaikan. Pemahaman ini mencakup:
• Pemahaman secara literal: Menerima informasi dalam arti harfiah. Ini berkaitan dengan kemampuan untuk memahami kata atau kalimat yang digunakan oleh pengirim pesan.
• Pemahaman kontekstual: Pemahaman yang lebih mendalam terkait dengan maksud dan tujuan dari pesan tersebut dalam konteks yang lebih luas. Ini membutuhkan interpretasi berdasarkan konteks sosial, budaya, atau situasi yang ada.
• Pemahaman emosional: Selain aspek kognitif, pemahaman juga mencakup kemampuan untuk menangkap nuansa emosional yang terkandung dalam pesan, baik berupa perasaan, harapan, atau sikap yang disampaikan oleh pengirim pesan.
Namun, mengerti tidak selalu berarti sepenuhnya memahami pesan dengan cara yang sama. Latar belakang, pengalaman, serta tingkat pengetahuan individu sangat memengaruhi bagaimana pesan itu diterima. Seorang ilmuwan mungkin akan mengerti topik tertentu lebih mendalam dibandingkan dengan orang awam, bahkan jika pesan tersebut disampaikan dengan cara yang sama.
2. Dimengerti dalam Komunikasi
Sementara mengerti lebih berkaitan dengan penerimaan pesan, dimengerti berhubungan dengan bagaimana pengirim pesan menyampaikan pesan tersebut agar dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh penerima. Ini mengacu pada aspek penyampaian pesan yang jelas, efektif, dan dapat dipahami dengan mudah oleh pihak yang mendengarkan atau menerima informasi.
Berikut beberapa faktor yang berperan dalam proses dimengerti:
• Kejelasan pesan: Pengirim pesan harus mampu merumuskan pesan dengan jelas dan lugas. Penggunaan kata-kata yang tepat dan menghindari ambiguitas adalah kunci agar pesan dapat dimengerti dengan benar.
• Bahasa yang sesuai: Pemilihan bahasa yang sesuai dengan latar belakang penerima pesan menjadi sangat penting. Penggunaan istilah teknis atau jargon dalam situasi yang tidak tepat bisa membuat penerima pesan kesulitan dalam memahaminya.
• Gaya penyampaian: Cara pesan disampaikan—apakah lisan atau tulisan—dan faktor-faktor non-verbal seperti intonasi suara, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh juga memengaruhi apakah pesan tersebut dapat dimengerti. Bahkan dalam komunikasi tertulis, struktur kalimat dan organisasi pesan yang rapi turut berperan.
• Feedback dan klarifikasi: Salah satu aspek penting dalam proses dimengerti adalah adanya umpan balik atau feedback. Setelah pesan disampaikan, pengirim pesan sebaiknya memastikan bahwa pesan tersebut telah diterima dengan baik melalui pertanyaan atau klarifikasi dari penerima. Dengan cara ini, kesalahpahaman dapat segera terdeteksi dan diperbaiki.
3. Keterhubungan antara Mengerti dan Dimengerti
Pengertian mengerti dan dimengerti tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam konteks komunikasi yang efektif. Keduanya harus berjalan beriringan agar pesan yang disampaikan dapat benar-benar diterima dan dipahami dengan baik oleh kedua belah pihak. Ini dapat digambarkan melalui beberapa prinsip berikut:
• Komunikasi dua arah: Komunikasi yang efektif melibatkan proses interaksi timbal balik antara pengirim dan penerima pesan. Pengirim harus memastikan pesan dapat dimengerti, dan penerima harus memastikan bahwa ia benar-benar mengerti pesan yang disampaikan. Proses ini melibatkan diskusi dan klarifikasi yang aktif.
• Responsivitas dalam komunikasi: Ketika seseorang mengirimkan pesan, ia harus siap untuk menerima respons atau umpan balik dari penerima. Jika pesan tidak dipahami, penerima harus bisa mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan kejelasan. Begitu pula, pengirim harus bersedia memberikan penjelasan lebih lanjut atau mengoreksi jika pesan tidak dipahami dengan benar.
• Konteks bersama: Dalam komunikasi yang baik, pengirim dan penerima pesan sering kali berbagi pemahaman atau konteks yang sama. Dengan adanya kesamaan dalam pengetahuan, budaya, atau situasi, proses komunikasi akan lebih lancar. Namun, ketika ada perbedaan konteks, penting bagi pengirim untuk menyesuaikan pesan dengan situasi penerima.
4. Menghindari Kesalahpahaman dalam Komunikasi
Kesalahpahaman dalam komunikasi bisa terjadi ketika pengirim dan penerima pesan tidak berada pada frekuensi yang sama. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perbedaan budaya, bahasa, atau cara berpikir. Beberapa cara untuk menghindari kesalahpahaman adalah:
• Menggunakan bahasa yang sederhana dan tepat: Hindari penggunaan bahasa yang terlalu teknis atau istilah yang sulit dimengerti jika audiensnya tidak memiliki latar belakang yang sama.
• Pentingnya klarifikasi: Setelah menyampaikan pesan, pengirim harus meminta konfirmasi dari penerima apakah pesan tersebut sudah dipahami dengan benar. Jika tidak, penerima bisa mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan kejelasan.
• Non-verbal yang mendukung: Dalam komunikasi lisan, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan intonasi suara sangat penting untuk mendukung pemahaman. Menggunakan elemen non-verbal ini dapat memperjelas maksud dari pesan yang disampaikan.
• Menerima dan memberi umpan balik: Proses komunikasi yang efektif tidak hanya terjadi ketika pesan disampaikan, tetapi juga ketika ada umpan balik. Dengan memberikan umpan balik yang konstruktif, baik pengirim maupun penerima dapat mengetahui apakah pesan yang disampaikan telah dipahami dengan benar.
Dalam era digital saat ini, komunikasi tidak lagi terbatas pada interaksi tatap muka atau melalui media tradisional seperti surat dan telepon. Teknologi telah memperkenalkan berbagai cara baru dalam berkomunikasi, termasuk melalui email, pesan instan, dan platform media sosial. Namun, meskipun cara-cara baru ini membuka peluang komunikasi yang lebih cepat dan lebih luas, tantangan dalam memahami dan disampaikan dengan benar tetap ada. Bahkan dalam bentuk komunikasi digital ini, konsep mengerti dan dimengerti tetap memiliki relevansi yang besar.
5. Komunikasi dalam Era Digital: Tantangan dan Peluang
Komunikasi di era digital menghadirkan banyak kemudahan, tetapi juga memperkenalkan beberapa tantangan baru terkait dengan mengerti dan dimengerti:
• Ambiguitas dalam komunikasi tertulis: Pesan tertulis dalam format teks, seperti email atau pesan instan, sering kali kehilangan elemen non-verbal yang dapat mendukung pemahaman, seperti intonasi atau ekspresi wajah. Hal ini dapat menyebabkan penerima pesan kesulitan untuk menangkap maksud sebenarnya dari pengirim. Misalnya, sebuah kalimat yang terdengar santai atau bercanda diucapkan secara lisan bisa saja dianggap kasar atau serius ketika dibaca dalam bentuk teks.
• Keterbatasan ruang dan waktu: Dalam komunikasi digital, pesan sering kali harus disampaikan dalam waktu yang sangat terbatas dan tanpa interaksi langsung. Ini dapat menyebabkan pengirim tidak dapat mengklarifikasi atau menjawab pertanyaan secara langsung, yang memengaruhi bagaimana pesan tersebut dipahami.
• Penyebaran informasi yang cepat dan luas: Media sosial dan platform komunikasi digital memungkinkan informasi tersebar dengan cepat, tetapi ini juga berarti bahwa kesalahpahaman dapat meluas dalam waktu singkat. Seringkali, pesan yang dimaksudkan untuk satu audiens bisa disalahartikan oleh audiens lain yang memiliki latar belakang, budaya, atau interpretasi berbeda.
Untuk mengatasi tantangan ini, penting bagi pengirim pesan di dunia digital untuk lebih berhati-hati dalam memilih kata-kata dan menyampaikan pesan secara lebih jelas. Penggunaan emoji, tanda baca yang tepat, atau pertanyaan untuk meminta klarifikasi dapat membantu mengurangi potensi kesalahpahaman.
6. Mengerti dan Dimengerti dalam Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi antarbudaya adalah contoh lain di mana perbedaan dalam mengerti dan dimengerti dapat menjadi tantangan. Setiap budaya memiliki cara berbeda dalam menyampaikan dan menerima informasi, sehingga seseorang yang berbicara dalam konteks budaya tertentu mungkin tidak mudah dipahami oleh orang dari budaya yang berbeda.
Beberapa contoh perbedaan komunikasi antarbudaya meliputi:
• Makna simbolis dan gestur: Dalam beberapa budaya, gestur tubuh tertentu bisa memiliki makna yang sangat berbeda. Misalnya, anggukan kepala di sebagian besar budaya dianggap sebagai tanda persetujuan, sementara dalam budaya lain, anggukan kepala bisa mengindikasikan kebingungan atau ketidaktahuan.
• Gaya komunikasi langsung versus tidak langsung: Beberapa budaya, seperti budaya Barat, cenderung lebih langsung dalam berkomunikasi, sementara budaya Timur lebih cenderung menggunakan cara komunikasi yang tidak langsung, yang terkadang bisa membuat pesan sulit dipahami. Seorang pembicara dari budaya langsung mungkin tidak mengerti mengapa audiens dari budaya tidak langsung tidak langsung menyetujui apa yang dia katakan, sementara audiens tersebut mungkin merasa lebih nyaman untuk berbicara dengan cara yang lebih halus.
• Nilai waktu dan urgensi: Dalam beberapa budaya, waktu dianggap sangat berharga dan komunikasi dilakukan dengan sangat efisien dan tepat waktu. Di tempat lain, hubungan sosial dan keharmonisan lebih dihargai daripada ketepatan waktu, yang dapat membuat penerima pesan merasa bahwa pengirim pesan terlalu terburu-buru atau tidak cukup menghargai hubungan interpersonal.
Mengerti dan dimengerti dalam komunikasi antarbudaya memerlukan pemahaman tentang norma dan nilai yang berlaku di dalam suatu budaya. Kesadaran budaya menjadi hal yang sangat penting agar proses komunikasi antarbudaya dapat berlangsung lancar tanpa adanya kesalahpahaman yang besar.
7. Peran Empati dalam Komunikasi yang Efektif
Salah satu kunci untuk mencapai komunikasi yang saling mengerti dan dimengerti adalah dengan memupuk rasa empati. Empati dalam komunikasi berarti berusaha memahami perasaan, pikiran, dan perspektif orang lain, dan berusaha melihat situasi dari sudut pandang mereka. Hal ini sangat penting untuk memastikan bahwa pesan yang disampaikan dan diterima dapat mencapai pemahaman yang lebih dalam.
• Empati sebagai kunci pemahaman: Dengan memiliki empati, seseorang dapat lebih mudah menyesuaikan cara berkomunikasi dengan penerima pesan. Misalnya, jika seseorang merasa tertekan atau cemas, pengirim pesan bisa mengubah cara penyampaiannya agar lebih menenangkan, alih-alih menambah kecemasan tersebut.
• Mendengarkan aktif: Mendengarkan secara aktif adalah bagian dari empati yang memungkinkan penerima pesan untuk benar-benar memahami pesan yang disampaikan. Dalam mendengarkan aktif, pendengar tidak hanya fokus pada kata-kata yang diucapkan, tetapi juga memperhatikan nuansa emosional yang terkandung dalam pesan, bahasa tubuh, dan konteks di sekitarnya.
• Pengelolaan konflik: Ketika terjadi ketidaksepakatan dalam komunikasi, empati memungkinkan kita untuk merespons dengan cara yang membangun dan mengurangi potensi eskalasi konflik. Ini membantu menjaga agar komunikasi tetap produktif dan tidak menyebabkan perpecahan lebih lanjut.
8. Pentingnya Kesadaran Diri dalam Proses Mengerti dan Dimengerti
Untuk mencapai komunikasi yang efektif, penting bagi kita untuk memiliki kesadaran diri yang tinggi. Kesadaran diri berarti memahami bagaimana cara kita berkomunikasi, bagaimana cara kita mempengaruhi orang lain, dan bagaimana kita menanggapi pesan yang diterima.
• Pengenalan diri: Memahami bagaimana gaya komunikasi kita bisa mempengaruhi orang lain adalah langkah pertama dalam memastikan bahwa kita dapat lebih dimengerti. Misalnya, seseorang yang cenderung berbicara dengan cepat atau menggunakan istilah yang terlalu teknis perlu lebih berhati-hati dan menyesuaikan cara penyampaian agar orang lain tidak merasa terintimidasi atau kebingungan.
• Penerimaan umpan balik: Orang yang memiliki kesadaran diri yang baik juga siap menerima umpan balik dengan terbuka. Dengan mendengarkan umpan balik, kita dapat menilai seberapa efektif komunikasi yang telah dilakukan dan memperbaikinya di masa depan.
• Kesadaran terhadap perbedaan individu: Setiap individu membawa latar belakang, kepercayaan, dan pengalaman hidup yang unik ke dalam setiap interaksi komunikasi. Dengan menyadari bahwa setiap orang mungkin memiliki perspektif yang berbeda, kita dapat lebih toleran dan terbuka dalam mendengarkan serta lebih peka terhadap perasaan dan pemahaman orang lain.
9. Kesimpulan: Harmoni dalam Komunikasi yang Efektif
Proses mengerti dan dimengerti merupakan dua sisi dari komunikasi yang saling melengkapi. Agar komunikasi dapat berjalan efektif, kedua belah pihak—baik pengirim pesan maupun penerima pesan—harus berusaha untuk tidak hanya menyampaikan informasi dengan jelas, tetapi juga untuk benar-benar memahami pesan yang diterima.
Dengan memahami konsep ini, kita dapat lebih bijak dalam berkomunikasi, baik dalam konteks pribadi, sosial, profesional, maupun antarbudaya. Komunikasi yang saling mengerti dan dimengerti akan mengurangi kesalahpahaman, meningkatkan hubungan interpersonal, dan menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dalam berbagai aspek kehidupan kita.
Dengan keterampilan komunikasi yang baik, ditunjang oleh empati, kesadaran diri, dan perhatian terhadap konteks, kita dapat membangun komunikasi yang lebih produktif, lebih mendalam, dan lebih bermakna.
Komunikasi yang efektif bukan hanya soal menyampaikan informasi, tetapi juga tentang memastikan bahwa informasi tersebut benar-benar diterima dan dipahami. Proses mengerti dan dimengerti adalah dua aspek yang saling terhubung dan tidak bisa dipisahkan. Agar komunikasi berjalan dengan baik, kedua belah pihak—pengirim pesan dan penerima pesan—harus aktif berpartisipasi dalam memastikan bahwa pesan disampaikan dengan jelas dan dipahami dengan tepat.
Dengan memperhatikan kedua sisi ini, komunikasi akan menjadi lebih efektif, mengurangi potensi kesalahpahaman, dan menciptakan hubungan yang lebih baik antara individu atau kelompok. Dalam dunia yang semakin kompleks dan terhubung, kemampuan untuk saling mengerti dan dimengerti menjadi keterampilan yang sangat penting untuk membangun interaksi sosial yang harmonis dan produktif.