Penelitian ini membahas komunikasi interpersonal sebagai proses penting dalam membangun dan mempertahankan hubungan sosial yang harmonis. Dengan menggunakan metode literatur review, penelitian ini mengkaji komponen, hambatan, serta keterampilan yang diperlukan dalam komunikasi interpersonal, khususnya di era digital. Komponen utama dalam komunikasi interpersonal meliputi pengirim, penerima, pesan, media, dan konteks, di mana masing-masing memengaruhi efektivitas pertukaran informasi. Namun, terdapat berbagai hambatan, seperti faktor psikologis, perbedaan budaya, dan pengaruh teknologi yang sering kali menimbulkan kesalahpahaman dan konflik. Penelitian ini juga menyoroti pentingnya keterampilan komunikasi, seperti mendengarkan aktif, berbicara dengan jelas, dan menunjukkan empati, dalam menciptakan komunikasi yang efektif. Di era digital, penggunaan media sosial dan teknologi komunikasi memberikan kemudahan dalam berinteraksi namun memiliki keterbatasan dalam menyampaikan pesan emosional. Kesimpulannya, komunikasi interpersonal yang baik adalah kunci untuk membangun hubungan sosial yang positif, dan keterampilan komunikasi yang efektif diperlukan untuk mengatasi berbagai hambatan serta beradaptasi terhadap perkembangan teknologi.
Kata Kunci: Komunikasi interpersonal, hubungan sosial, era digital, keterampilan komunikasi, hambatan komunikasi, literatur review
PENDAHULUAN
Komunikasi interpersonal adalah proses yang melibatkan pertukaran informasi, ide, dan perasaan secara langsung antara dua atau lebih individu, menjadikannya sebagai salah satu keterampilan dasar yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari(Aurellia, 2024). Baik dalam konteks pribadi, sosial, maupun profesional, komunikasi interpersonal memfasilitasi hubungan yang harmonis, memungkinkan individu untuk saling memahami, dan meminimalkan potensi konflik. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik secara interpersonal memungkinkan seseorang menyampaikan pesan, merespons dengan tepat, dan memahami sudut pandang orang lain dengan lebih baik. Seiring perkembangan zaman dan peningkatan kompleksitas interaksi sosial, keterampilan komunikasi interpersonal semakin diperlukan untuk menciptakan hubungan yang efektif dan produktif, baik di lingkungan keluarga, komunitas, maupun tempat kerja.
Namun, meskipun memiliki peranan penting, tidak sedikit orang yang masih mengalami kesulitan dalam membangun komunikasi interpersonal yang efektif. Berbagai tantangan seperti kesalahpahaman, konflik, serta hambatan emosional kerap kali muncul dalam interaksi antarpribadi. Sering kali, ketidakmampuan untuk melihat dari perspektif orang lain, kurangnya kemampuan mendengarkan secara aktif, serta ketidaktepatan dalam menyampaikan pikiran menjadi faktor-faktor yang menghambat efektivitas komunikasi. Ketidakmampuan ini dapat mengakibatkan salah tafsir atau respons yang kurang sesuai, sehingga memicu timbulnya ketegangan dan berpotensi merusak hubungan.
Di samping itu, era digital membawa perubahan besar dalam cara berkomunikasi, yang memengaruhi kualitas komunikasi interpersonal (Ardan, 2024). Media sosial, aplikasi pesan instan, dan platform komunikasi digital lainnya semakin menggantikan interaksi tatap muka yang dulu menjadi standar dalam berkomunikasi. Meskipun teknologi ini memungkinkan komunikasi berlangsung dengan cepat dan tanpa batasan geografis, keakraban yang terjalin melalui kontak langsung kerap kali sulit dihadirkan dalam komunikasi digital. Pesan teks atau video sering kali tidak mampu sepenuhnya menyampaikan nuansa emosi atau ekspresi yang mendalam, yang dalam komunikasi tatap muka biasanya terlihat melalui bahasa tubuh, intonasi, atau ekspresi wajah.
Ketergantungan pada media digital ini, meski memudahkan, sering kali juga menimbulkan miskomunikasi yang dapat mengurangi kedekatan dalam hubungan interpersonal. Karena emosi dan maksud sering kali sulit dipahami secara utuh dalam komunikasi digital, interaksi melalui media ini berisiko menciptakan jarak emosional antarindividu. Untuk mempertahankan kualitas komunikasi interpersonal, individu perlu mengembangkan keterampilan yang memungkinkan mereka beradaptasi dengan cara berkomunikasi modern sambil tetap mempertahankan kedalaman interaksi yang hanya dapat dicapai melalui komunikasi tatap muka.
METODELOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode literatur review untuk menganalisis konsep, teori, dan hasil penelitian terkait komunikasi interpersonal. Literatur review adalah pendekatan penelitian yang berfokus pada pengumpulan, analisis, dan sintesis dari berbagai sumber pustaka, seperti buku, artikel jurnal, laporan penelitian, dan sumber ilmiah lainnya yang relevan. Metode ini dipilih karena efektif untuk mendapatkan pemahaman mendalam mengenai aspek-aspek yang memengaruhi komunikasi interpersonal, termasuk faktor psikologis, sosial, dan teknologi.
Langkah-langkah dalam melakukan literatur review ini meliputi:
1. Identifikasi Topik dan Batasan Penelitian
Langkah awal adalah menentukan batasan dan fokus kajian, yaitu pada aspek komunikasi interpersonal, termasuk komponen, kendala, dan dampaknya dalam berbagai konteks. Pembatasan ini membantu memastikan relevansi dan keterkaitan sumber yang akan ditinjau.
2. Pencarian Sumber Literatur
Pencarian dilakukan melalui database akademik seperti Google Scholar, JSTOR, dan ScienceDirect. Kriteria inklusi adalah penelitian yang berfokus pada komunikasi interpersonal dalam 10 tahun terakhir, baik dari perspektif psikologi, komunikasi, maupun sosiologi.
3. Evaluasi dan Seleksi Literatur
Setelah mendapatkan berbagai sumber, dilakukan evaluasi untuk menilai relevansi, validitas, dan kontribusi masing-masing artikel. Artikel yang memberikan pemahaman lebih dalam tentang teori komunikasi interpersonal atau mencakup penelitian empiris diprioritaskan dalam review.
4. Analisis dan Sintesis Informasi
Informasi yang terkumpul dianalisis secara tematik. Setiap tema yang muncul, seperti faktor penghambat komunikasi interpersonal, keterampilan komunikasi efektif, dan dampak media digital, kemudian disusun dan disintesis untuk menemukan pola atau tren umum.
5. Penyusunan Hasil Review
Hasil dari literatur review disusun dalam bentuk narasi yang menggambarkan pandangan dan kesimpulan berbagai sumber terkait komunikasi interpersonal. Temuan ini kemudian dikaitkan dengan tujuan penelitian untuk menjawab pertanyaan yang diangkat.
Dengan menggunakan metode literatur review, penelitian ini dapat memberikan gambaran komprehensif mengenai komunikasi interpersonal tanpa harus melakukan studi lapangan, serta dapat membantu memahami tren atau fenomena yang lebih luas di bidang komunikasi interpersonal.
PEMBAHASAN
Komunikasi interpersonal adalah bentuk komunikasi yang terjadi antara individu-individu secara langsung, baik secara verbal maupun non-verbal. Dalam komunikasi ini, keterbukaan, kejujuran, dan saling menghargai menjadi elemen penting untuk mencapai pemahaman bersama. Komunikasi interpersonal berperan penting dalam membangun hubungan yang sehat, baik dalam keluarga, lingkungan kerja, maupun lingkungan sosial.
1. Komponen-Komponen Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal terdiri dari beberapa komponen penting yang saling memengaruhi efektivitasnya(Pontoh, 2013), yaitu:
1. Pengirim dan Penerima: Dalam proses komunikasi interpersonal, pengirim adalah individu yang bertugas menyampaikan pesan, sementara penerima adalah individu yang menerima dan menginterpretasikan pesan tersebut. Kedua peran ini bersifat aktif, di mana pengirim harus memastikan bahwa pesan yang disampaikan jelas, relevan, dan dapat dipahami oleh penerima. Di sisi lain, penerima juga berperan penting dengan mendengarkan secara efektif, menginterpretasikan makna pesan, serta memberikan respons yang sesuai. Kesuksesan komunikasi sangat bergantung pada kemampuan kedua pihak untuk saling mendengarkan, memahami, dan merespons secara konstruktif. Jika salah satu pihak gagal menjalankan perannya dengan baik, pesan mungkin tidak akan sampai dengan tepat atau dapat menimbulkan kesalahpahaman.
2. Pesan: Pesan adalah inti dari komunikasi interpersonal, yaitu gagasan, informasi, atau emosi yang ingin disampaikan oleh pengirim kepada penerima. Pesan ini bisa berupa informasi faktual, ide, ataupun perasaan yang dibalut dalam bentuk verbal dan non-verbal, seperti kata-kata, nada suara, ekspresi wajah, atau gerakan tubuh. Pesan yang efektif adalah yang mampu disampaikan dengan jelas dan tanpa ambigu, sehingga penerima dapat memahaminya sesuai dengan maksud pengirim. Dalam beberapa kasus, penggunaan bahasa tubuh atau ekspresi wajah dapat memperkuat pesan emosional yang ingin disampaikan, sehingga meningkatkan pemahaman dan kedalaman dalam interaksi.
3. Media: Media adalah saluran atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan dalam komunikasi interpersonal. Media ini bisa bervariasi, mulai dari komunikasi tatap muka, telepon, hingga media digital seperti video call atau pesan teks. Pilihan media sangat memengaruhi kualitas dan efektivitas komunikasi, karena tiap media memiliki kelebihan dan keterbatasan dalam menyampaikan pesan. Misalnya, dalam komunikasi tatap muka, pesan dapat disampaikan dengan dukungan penuh dari bahasa tubuh dan ekspresi wajah yang dapat memperjelas emosi dan maksud. Sementara itu, komunikasi melalui pesan teks sering kali kehilangan unsur-unsur ini, sehingga mudah menimbulkan kesalahpahaman. Oleh karena itu, pemilihan media perlu disesuaikan dengan kompleksitas pesan dan konteks interaksi yang terjadi.
4. Konteks: Konteks adalah situasi atau kondisi di mana komunikasi berlangsung dan memiliki peran penting dalam memengaruhi interpretasi pesan. Faktor-faktor seperti lingkungan fisik, suasana hati, dan hubungan antara pengirim dan penerima menjadi elemen yang dapat memengaruhi makna yang ditangkap oleh penerima. Misalnya, pesan yang disampaikan dalam suasana santai dan akrab mungkin akan diinterpretasikan secara berbeda dibandingkan pesan yang disampaikan dalam situasi formal atau tegang. Selain itu, hubungan antara pengirim dan penerima, seperti tingkat kepercayaan dan kedekatan, juga memengaruhi cara pesan diterima dan dipahami. Dengan memperhatikan konteks, komunikasi interpersonal dapat berlangsung lebih lancar dan pesan dapat diterima sesuai dengan maksud pengirim.
2.Hambatan dalam Komunikasi Interpersonal
Meskipun memiliki peran penting, komunikasi interpersonal sering kali mengalami berbagai hambatan yang mengganggu efektivitasnya. Hambatan-hambatan tersebut meliputi:
1. Psikologis: Faktor psikologis seperti emosi, sikap, persepsi, dan prasangka pribadi dapat memengaruhi cara individu menerima dan memproses pesan dalam komunikasi interpersonal. Misalnya, ketika seseorang berada dalam keadaan marah, cemas, atau merasa tertekan, pesan yang diterima mungkin tidak dipahami sesuai dengan maksud pengirimnya, atau bahkan mengalami distorsi. Emosi yang negatif bisa menimbulkan respons yang reaktif atau defensif, mengurangi objektivitas dalam menilai pesan yang disampaikan. Sebaliknya, emosi positif seperti rasa nyaman dan tenang dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk memahami pesan dengan lebih terbuka dan rasional. Selain emosi, prasangka atau asumsi yang dimiliki individu juga dapat menghalangi mereka menerima informasi secara objektif, membuat pesan yang diterima cenderung diinterpretasikan sesuai dengan bias atau stereotip yang ada.
2. Budaya: Latar belakang budaya memiliki pengaruh besar dalam komunikasi interpersonal, karena budaya membentuk cara individu berpikir, berperilaku, dan berkomunikasi. Perbedaan budaya, seperti nilai, norma, bahasa, dan tradisi, sering kali menciptakan perbedaan persepsi dalam memahami pesan. Misalnya, beberapa budaya lebih cenderung bersikap langsung dan ekspresif, sementara yang lain mungkin bersikap lebih halus dan tidak langsung dalam menyampaikan pesan. Selain itu, simbol atau gestur tertentu dapat memiliki makna berbeda di berbagai budaya, sehingga tanpa pemahaman lintas budaya, mudah terjadi miskomunikasi atau kesalahpahaman. Dalam situasi lintas budaya, sensitivitas terhadap nilai dan kebiasaan budaya lain sangat diperlukan agar komunikasi berlangsung efektif dan harmonis.
3. Teknologi: Di era digital, perkembangan teknologi telah mengubah cara individu berkomunikasi. Banyak orang kini beralih pada media digital, seperti media sosial, aplikasi pesan instan, dan platform video, untuk berinteraksi. Meskipun teknologi ini memudahkan akses dan memungkinkan komunikasi tanpa batasan geografis, ada sisi negatif yang muncul, terutama terkait kedalaman interaksi. Karena tidak ada kontak langsung, komunikasi digital sering kali kehilangan elemen penting dalam komunikasi interpersonal, seperti ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan intonasi suara, yang biasanya memperkuat pesan emosional dan membantu penerima memahami konteks perasaan pengirim. Sebagai contoh, pesan empati atau perhatian sulit sepenuhnya tersampaikan hanya melalui teks atau emoji. Ketergantungan pada komunikasi digital ini bisa mengurangi keintiman dan kejelasan dalam hubungan antarindividu, sehingga perlu diimbangi dengan pendekatan yang lebih personal dalam interaksi jika memungkinkan.
3. Keterampilan yang Diperlukan dalam Komunikasi Interpersonal
Keterampilan komunikasi interpersonal yang efektif melibatkan kemampuan untuk mendengarkan aktif, memberikan umpan balik, dan memahami perspektif orang lain. Beberapa keterampilan utama dalam komunikasi interpersonal meliputi:
1. Mendengarkan Aktif: Mendengarkan bukan hanya mendengar kata-kata, tetapi juga memahami maksud dan emosi di balik kata-kata tersebut. Dengan mendengarkan aktif, penerima dapat menangkap pesan yang lebih utuh dan memberikan respons yang sesuai.
2. Kejelasan dan Ketepatan dalam Berbicara: Penggunaan bahasa yang jelas dan tidak ambigu dapat mengurangi kesalahpahaman. Menghindari penggunaan istilah yang terlalu teknis atau slang juga penting untuk memastikan pesan diterima dengan benar.
3. Empati dan Saling Menghargai: Menunjukkan empati, yaitu kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain, membantu dalam memahami perspektif penerima. Sikap saling menghargai juga mendorong terciptanya komunikasi yang harmonis.
4. Pengaruh Media Digital terhadap Komunikasi Interpersonal
Era digital telah membawa perubahan signifikan dalam cara individu berkomunikasi dan berinteraksi, termasuk dalam komunikasi interpersonal. Interaksi tatap muka yang dulu menjadi norma dan dianggap sebagai metode paling efektif dalam memahami emosi dan maksud seseorang, kini sering tergantikan oleh komunikasi digital yang semakin mudah dijangkau, seperti melalui media sosial, aplikasi pesan instan, dan video call (Rakhmaniar, 2024). Transformasi ini membuka banyak peluang untuk memperluas koneksi sosial tanpa terhalang jarak, memudahkan pertukaran informasi yang cepat, dan memungkinkan orang tetap terhubung di mana pun mereka berada.
Di sisi lain, perubahan ini juga membawa sejumlah tantangan dalam menjaga efektivitas komunikasi interpersonal. Salah satu kendala terbesar dalam komunikasi digital adalah terbatasnya ekspresi non-verbal, seperti bahasa tubuh, mimik wajah, dan intonasi suara, yang sering kali berperan penting dalam menyampaikan emosi atau nuansa pesan. Keterbatasan ini terutama terlihat dalam komunikasi berbasis teks, di mana pesan dapat disalahartikan atau kehilangan makna emosionalnya, menyebabkan kesalahpahaman atau bahkan ketegangan. Teks singkat atau percakapan melalui emoji sering kali sulit menyampaikan perasaan yang kompleks, sehingga maksud atau kehangatan dalam interaksi dapat terganggu.
Di samping itu, komunikasi digital terkadang mendorong individu untuk lebih spontan atau bahkan kurang berhati-hati dalam menyampaikan pikiran mereka, yang dapat menimbulkan potensi konflik dan dampak negatif bagi hubungan interpersonal. Oleh karena itu, di era digital ini, penting bagi setiap individu untuk lebih sadar akan batasan dan dampak komunikasi digital serta berupaya mengimbangi dengan komunikasi tatap muka atau penggunaan media yang lebih mendukung ekspresi penuh, seperti video call. Dengan demikian, meski perkembangan teknologi membawa kemudahan, pemahaman terhadap keterbatasan komunikasi digital sangat penting agar komunikasi interpersonal tetap efektif dan mampu memperkuat hubungan social.
5. Dampak Komunikasi Interpersonal terhadap Hubungan Sosial
Komunikasi interpersonal yang baik memiliki peran krusial dalam membangun dan memperkokoh hubungan sosial antarindividu (Sunardiyah et al, 2022). Dengan komunikasi yang efektif, individu tidak hanya mampu menyampaikan informasi dengan jelas, tetapi juga mengekspresikan perasaan, pemikiran, dan ekspektasi mereka secara tepat. Hal ini menciptakan suasana saling pengertian yang menjadi fondasi kepercayaan dan keharmonisan dalam hubungan. Ketika seseorang merasa didengarkan dan dipahami, ikatan sosial menjadi lebih kuat, dan hal ini berkontribusi pada terciptanya lingkungan yang suportif, baik dalam lingkup keluarga, pertemanan, maupun tempat kerja.
Sebaliknya, komunikasi yang kurang efektif kerap menimbulkan kesalahpahaman, yang sering kali berujung pada konflik dan ketegangan dalam hubungan. Misalnya, ketidakjelasan dalam penyampaian pesan atau ketidaksensitifan terhadap perasaan orang lain dapat menyebabkan perasaan terabaikan atau bahkan tersinggung. Dalam konteks keluarga, hal ini bisa mengurangi kehangatan dan kedekatan antaranggota keluarga. Pada pertemanan, kurangnya komunikasi yang terbuka dapat membuat hubungan menjadi canggung dan mudah renggang. Di lingkungan kerja, miskomunikasi dapat menghambat kolaborasi, menurunkan produktivitas, dan mengakibatkan konflik antarpegawai yang berdampak negatif pada suasana kerja.
Oleh karena itu, mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal yang baik tidak hanya penting untuk memperkuat hubungan sosial, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan yang harmonis dan penuh pengertian di setiap aspek kehidupan.
PENUTUP
Komunikasi interpersonal adalah komponen mendasar dalam interaksi antarindividu yang memainkan peran penting dalam membangun hubungan yang harmonis dan produktif. Dalam proses komunikasi ini, berbagai komponen seperti pengirim, penerima, pesan, media, dan konteks memiliki pengaruh besar terhadap efektivitas penyampaian dan penerimaan informasi. Namun, berbagai hambatan seperti faktor psikologis, perbedaan budaya, dan pengaruh teknologi digital dapat mengganggu jalannya komunikasi yang sehat.
Kemampuan komunikasi interpersonal yang efektif membutuhkan keterampilan seperti mendengarkan aktif, berbicara dengan jelas, serta menunjukkan empati dan penghargaan terhadap orang lain. Di era digital, meski media teknologi memudahkan komunikasi jarak jauh, keterbatasan ekspresi non-verbal sering menimbulkan miskomunikasi yang dapat memengaruhi hubungan.
Secara keseluruhan, komunikasi interpersonal yang baik adalah kunci untuk membangun hubungan sosial yang positif. Meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal akan membantu individu mengatasi berbagai hambatan dan adaptasi terhadap perubahan teknologi dalam menjaga kualitas interaksi sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Aurellia, P. (2024). Model Komunikasi Interpersonal Guru Bimbingan Konseling (Bk) Dalam Pembentukan Karakter Siswa Di Sma Yapemri Depok (Doctoral Dissertation, Universitas Nasional).
Ardan, A. F. (2024). Komunikasi Interpersonal Dalam Era Digital Tantangan Dan Peluang. Arima: Jurnal Sosial Dan Humaniora, 1(3), 99-104.
Pontoh, W. P. (2013). Peranan Komunikasi Interpersonal Guru Dalam Meningkatkan Pengetahuan Anak. Acta Diurna Komunikasi, 2(1).
Rakhmaniar, Almadina. “Pengaruh Media Sosial Terhadap Keterampilan Komunikasi Interpersonal Pada Remaja Kota Bandung.” Wissen: Jurnal Ilmu Sosial Dan Humaniora 2.1 (2024): 239-249.
Sunardiyah, F., Pawito, P., & Naini, A. M. I. (2022). Pengaruh Komunikasi Interpersonal, Kampanye Sosial Media Dan Citra Organisasi Terhadap Kepuasan Konsumen di Bea Cukai Surakarta. Jurnal Ilmu Komunikasi, 20(2), 237-254.