Di era digital yang berkembang pesat ini, setiap brandatau usaha dituntut untuk tidak hanya memproduksi barang atau layanan berkualitas, tetapi juga untuk mengembangkan strategi komunikasi yang efektif agar dapat bertahan dalam persaingan pasar yang semakin ketat. Salah satu kunci sukses dalam memenangkan persaingan tersebut adalah komunikasi persuasif, yang berperan penting dalam membangun brandyang tidak hanya dikenal, tetapi juga dipercaya dan dihargai oleh audiens. Komunikasi persuasif yang tepat dapat menjadi alat yang sangat kuat dalam membentuk citra positif dan memastikan keberlanjutan sebuah brand dalam jangka panjang, terutama di dunia digital yang penuh dengan dinamika dan perubahan (Dasuki & Wahid, 2020).
Komunikasi persuasif adalah upaya untuk mengubah atau mempengaruhi sikap, perilaku, dan pandangan audiensmelalui pesan yang dirancang dengan tujuan tertentu, seperti membeli produk, menggunakan layanan, atau mendukung nilai-nilai yang diusung oleh sebuah brand. Dalam konteks brand usaha, komunikasi persuasif berfungsi untuk meyakinkan audiens bahwa produk atau layanan yang ditawarkan memiliki manfaat yang sesuai dengan kebutuhan mereka dan dapat memenuhi harapan mereka, baik dari segi kualitas, harga, maupun nilai emosional yang ditawarkan(Wicaksono et al., 2023).
Meningkatkan Kesadaran Merek (Brand Awareness)
Meningkatkan kesadaran merek (brand awareness) adalah langkah pertama yang sangat krusial dalam proses pembangunan sebuah brand. Tanpa kesadaran merek yang cukup, konsumen tidak akan tahu bahwa produk atau layanan yang ditawarkan ada dan tersedia di pasar. Dalam dunia bisnis yang kompetitif, terutama di era digital, membuat audiensmengenal dan mengingat sebuah brand adalah tantangan yang semakin besar. Oleh karena itu, komunikasi persuasif memainkan peran yang sangat penting dalam menarik perhatian audiens dan memastikan bahwa brand tersebut dapat dikenali dan diingat oleh konsumen potensial.
Di era digital saat ini, media sosial dan platform digital telah menjadi saluran komunikasi utama yang digunakan brand untuk mencapai audiens mereka. Platform seperti Instagram, Facebook, Twitter, TikTok, dan YouTubememungkinkan brand untuk berinte raksi langsung dengan konsumen, menyampaikan pesan secara personal, serta memperkenalkan produk atau layanan dengan cara yang lebih kreatif dan interaktif (Tyasari & Ruliana, 2021). Komunikasi persuasif yang efektif di media sosial tidak hanya melibatkan posting yang menginformasikan tentang produk atau layanan, tetapi juga menciptakan konten yang menarik dan relevan bagi audiens. Konten visual, video, infografis, dan cerita (storytelling) dapat membantu brand untuk lebih mudah menarik perhatian dan membuat audiens lebih tertarik untuk mengenal lebih jauh. Misalnya, sebuah brand dapat membuat video tutorial yang memperkenalkan cara penggunaan produk atau memposting konten yang menonjolkan nilai-nilai brandyang sesuai dengan audiens target. Pentingnya media sosial adalah kemampuannya untuk menjangkau audiens yang sangat luas dalam waktu yang singkat, serta memberikan platform bagi audiens untuk berbagi pengalaman atau opini mereka, yang pada gilirannya dapat memperkuat kesadaran merek secara organik melalui rekomendasi atau ulasan dari konsumen itu sendiri.
Selain melalui media sosial, kampanye iklan digital adalah salah satu teknik komunikasi persuasif yang sangat efektif untuk meningkatkan brand awareness. Iklan yang kreatif, menarik, dan relevan dapat membantu brand menonjol di tengah keramaian pasar. Di dunia digital, iklan yang disesuaikan dengan preferensi audiens, berdasarkan data dan analitik, memiliki potensi besar untuk mencapai audiens yang lebih tepat sasaran. Iklan dapat disesuaikan berdasarkan lokasi geografis, demografi, perilaku online, atau minat audiens.Salah satu bentuk kampanye iklan yang sangat populer di era digital adalah iklan berbasis pencarian (search ads) dan iklan display yang muncul di berbagai website atau aplikasi. Iklan yang muncul di media sosial, seperti Instagram Ads atau Facebook Ads, juga memungkinkan brand untuk menargetkan audiens dengan kriteria yang sangat spesifik. Dengan menggunakan data yang tersedia, brand dapat mengoptimalkan pesan yang disampaikan untuk lebih relevan dengan audiens yang dituju, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesadaran dan keterlibatan dengan brand(Januarto, 2024).
Iklan yang menggunakan elemen persuasif, seperti penawaran khusus atau call to action yang jelas, dapat membuat audiens merasa lebih terdorong untuk mengenal lebih jauh tentang produk atau layanan yang ditawarkan. Misalnya, iklan yang menyajikan solusi untuk masalah tertentu yang relevan dengan audiens akan lebih efektif dalam menarik perhatian dan meningkatkan kesadaran merek.
Konten yang menarik dan bermanfaat adalah salah satu cara terbaik untuk membangun kesadaran merek secara organik di dunia digital. Pemasaran berbasis konten memungkinkan brand untuk menarik perhatian audiensdengan memberikan informasi yang bernilai, mengedukasi mereka, atau memberikan hiburan yang relevan dengan minat dan kebutuhan mereka. Ini bisa berupa artikel, blog, video, podcast, atau infografis yang membahas topik-topik yang berhubungan dengan industri atau produk yang ditawarkan.Melalui content marketing, brand dapat membangun otoritas dan kredibilitas di bidangnya. Misalnya, jika sebuah brandmenjual produk-produk kecantikan, mereka bisa memproduksi artikel atau video tutorial tentang cara merawat kulit yang tepat, atau berbagi tips kecantikan yang berguna bagi audiens. Ini tidak hanya meningkatkan kesadaran merek, tetapi juga menciptakan hubungan positif dengan audiens, karena mereka merasa mendapatkan informasi yang berharga.
Konten yang edukatif dan relevan juga bisa mendorong audiens untuk berbagi, yang akan memperluas jangkauan merek secara organik. Semakin banyak audiens yang berbagi konten yang berhubungan dengan brand, semakin besar pula potensi brand untuk dikenal lebih luas. Oleh karena itu, menciptakan konten yang memiliki nilai tambah dan relevansi sangat penting untuk membangun kesadaran merek yang berkelanjutan.
Pengaruh influencer di dunia digital sangat besar, dan mereka dapat memainkan peran yang sangat penting dalam meningkatkan kesadaran merek. Influencer memiliki audiensyang sangat tersegmentasi dan loyal, dan mereka sering kali memiliki kredibilitas yang tinggi di kalangan pengikut mereka. Ketika brand berkolaborasi dengan influencer yang memiliki audiens relevan, brand tersebut dapat memanfaatkan pengaruh influencer untuk memperkenalkan produk atau layanan mereka kepada audiens yang lebih luas. Influencermarketing tidak hanya membantu dalam meningkatkan brandawareness, tetapi juga memberikan brand kesempatan untuk mendapatkan pengakuan dan kepercayaan dari audiens yang sudah memiliki hubungan dengan influencer tersebut. Dalam konteks ini, komunikasi persuasif terjadi melalui rekomendasi yang bersifat lebih personal dan organik. Selain itu, branddapat membangun keterlibatan dengan audiens mereka melalui komunitas online atau grup diskusi, baik itu di media sosial atau forum lainnya. Dengan berpartisipasi aktif dalam percakapan dan memberikan nilai tambah, brand dapat menciptakan loyalitas dan meningkatkan kesadaran di kalangan audiens yang sudah ada.
Membangun Kepercayaan dan Kredibilitas
Kepercayaan dan kredibilitas adalah fondasi utama dalam hubungan jangka panjang antara brand dan konsumen. Di dunia digital yang serba transparan dan terhubung secara instan, konsumen memiliki akses langsung ke berbagai informasi dan ulasan dari berbagai sumber, yang memungkinkan mereka untuk menilai suatu brand sebelum mereka memutuskan untuk membeli produk atau menggunakan layanan. Oleh karena itu, menciptakan dan mempertahankan kepercayaan melalui komunikasi persuasif yang jujur, autentik, dan transparan sangat penting dalam membangun hubungan yang berkelanjutan dengan audiens.
Salah satu cara terbaik untuk membangun kepercayaan adalah dengan menjadikan transparansi sebagai bagian dari identitas brand. Konsumen saat ini, terutama generasi milenialdan Gen Z, sangat menghargai keterbukaan dan kejujuran dari brand yang mereka pilih. Mereka ingin tahu bagaimana produk diproduksi, dari mana bahan baku berasal, siapa yang terlibat dalam proses produksi, dan bagaimana brandbertanggung jawab terhadap isu-isu sosial dan lingkungan.
Brand yang tidak takut untuk menunjukkan proses produksi, menyampaikan tantangan yang mereka hadapi, atau mengungkapkan upaya-upaya yang mereka lakukan untuk meningkatkan kualitas dan keberlanjutan produk mereka akan mendapatkan apresiasi dari konsumen yang menghargai keterbukaan. Komunikasi yang transparan mengenai kebijakan, proses, atau bahkan kegagalan tertentu, apabila disampaikan dengan cara yang jujur dan konstruktif, dapat memperkuat kredibilitas brand. Sebaliknya, brand yang berusaha menutupi kekurangan atau melakukan praktik yang tidak etis dapat dengan mudah kehilangan kepercayaan audiens, terutama ketika informasi tersebut mudah ditemukan di internet.
Misalnya, sebuah brand yang memproduksi pakaian dapat mengungkapkan kepada audiens bahwa mereka menggunakan bahan ramah lingkungan atau memperkenalkan proses produksi yang adil dan berkelanjutan. Dengan menunjukkan bukti tentang upaya-upaya tersebut melalui cerita di media sosial atau di situs web resmi mereka, brand ini tidak hanya membangun kepercayaan, tetapi juga membedakan diri dari pesaing yang mungkin tidak se transparan itu (Leli et al., 2023).
Bukti sosial, seperti testimonial pelanggan, ulasan online, atau pengakuan dari pihak ketiga yang independen, adalah cara yang sangat efektif untuk membangun kepercayaan konsumen. Ketika konsumen lain berbagi pengalaman positif mereka dengan produk atau layanan yang ditawarkan oleh sebuah brand, audiens yang lebih besar cenderung lebih percaya pada kualitas dan manfaat produk tersebut. Ulasan positif memberikan validasi eksternal yang menguatkan klaim yang dibuat oleh brand itu sendiri. Penting bagi brand untuk memfasilitasi dan mendorong pelanggan untuk memberikan umpan balik, baik melalui situs web, media sosial, atau platform ulasan pihak ketiga seperti Google Reviews, Yelp, atau Trustpilot. Tidak hanya ulasan positif yang penting, tetapi juga bagaimana brand menanggapi kritik dan saran dari pelanggan. Respons cepat dan bijaksana terhadap keluhan atau masalah yang dihadapi konsumen dapat menunjukkan bahwa brand peduli terhadap pengalaman pelanggan dan siap untuk melakukan perbaikan. Selain itu, pengakuan dari pihak ketiga yang independen, seperti sertifikasi keberlanjutan, penghargaan industri, atau pengakuan dari lembaga-lembaga yang terpercaya, juga dapat meningkatkan kredibilitas sebuah brand. Misalnya, jika sebuah brand mendapatkan sertifikasi organik atau mendapat penghargaan untuk praktik ramah lingkungan, ini akan menjadi bukti kuat yang memperkuat klaim keberlanjutan dan kualitas produk yang mereka tawarkan (Nurdianti et al., 2023).
Kepercayaan konsumen juga dibangun melalui konsistensi. Konsumen cenderung merasa lebih nyaman dan percaya pada brand yang menunjukkan konsistensi dalam hal kualitas produk, pelayanan pelanggan, dan pesan yang disampaikan. Jika brand sering mengganti klaim atau komitmennya, atau jika kualitas produk sering kali tidak sesuai dengan harapan, kepercayaan konsumen akan mudah tergerus. Oleh karena itu, komunikasi persuasif yang dilakukan oleh brand harus konsisten, baik dalam pesan yang disampaikan di berbagai saluran maupun dalam pengalaman yang diberikan kepada konsumen. Misalnya, jika sebuah brand mengklaim bahwa produk mereka ramah lingkungan, mereka harus memastikan bahwa seluruh aspek produk—mulai dari bahan baku hingga pengemasan dan distribusi—mencerminkan komitmen tersebut. Begitu juga dalam hal pelayanan pelanggan, brand harus memastikan bahwa setiap interaksi dengan konsumen, baik itu di toko fisik, website, atau media sosial, memberikan pengalaman yang konsisten dan memuaskan (Irawan & Alamsyah, 2023).
Menciptakan Keterikatan Emosional dengan Audiens
Di dunia digital yang sangat terhubung ini, konsumen tidak hanya mencari produk atau layanan yang fungsional, tetapi juga mencari hubungan emosional yang bisa memberikan makna lebih dalam kehidupan mereka. Ketika audiens merasa terhubung secara emosional dengan sebuah brand, mereka cenderung tidak hanya membeli produk, tetapi juga menjadi pendukung setia yang loyal dan mempromosikan brand tersebut kepada orang lain. Oleh karena itu, menciptakan keterikatan emosional melalui komunikasi persuasif adalah salah satu strategi terpenting dalam membangun brand yang berkelanjutan di era digital.
Storytelling atau penceritaan adalah salah satu teknik komunikasi yang paling kuat untuk menciptakan keterikatan emosional dengan audiens. Cerita memiliki kekuatan luar biasa untuk menghubungkan audiens dengan pesan yang ingin disampaikan oleh brand, karena cerita mengandung unsur manusiawi yang dapat mempengaruhi perasaan dan pikiran seseorang. Di dunia digital, di mana audiens dibombardir dengan informasi setiap hari, cerita yang relevan, menginspirasi, dan autentik dapat memotong kebisingan tersebut dan menjangkau audiens pada tingkat yang lebih dalam.
Brand yang menggunakan storytelling dapat membuat audiens merasakan pengalaman yang lebih personal dan bermakna. Sebuah cerita yang mengungkapkan asal-usul brand, tantangan yang dihadapi, atau bagaimana brandtersebut memberikan solusi bagi masalah konsumen dapat membangun hubungan yang lebih mendalam. Misalnya, brandyang memiliki sejarah panjang dan perjalanan yang penuh tantangan dapat mengangkat cerita tersebut untuk menggugah audiens dan membangkitkan rasa empati. Demikian pula, brand yang berfokus pada misi sosial atau lingkungan dapat menceritakan bagaimana mereka berkontribusi untuk dunia yang lebih baik, yang mengundang audiens untuk merasa bagian dari gerakan tersebut.
Contoh nyata adalah brand seperti TOMS yang menceritakan bagaimana mereka memulai dengan visi “One for One,” yaitu memberikan sepatu kepada anak-anak yang membutuhkan setiap kali seseorang membeli sepasang sepatu. Cerita ini bukan hanya mengungkapkan produk mereka, tetapi juga mengajak audiens untuk menjadi bagian dari perubahan sosial, menciptakan ikatan emosional yang kuat dengan konsumen.
Dalam era di mana konsumen semakin peduli dengan isu-isu sosial dan lingkungan, mereka cenderung tertarik pada brand yang memiliki tujuan yang lebih besar dari sekadar menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, penting bagi brand untuk tidak hanya berfokus pada produk atau layanan mereka, tetapi juga pada nilai-nilai yang mereka perjuangkan. Brand yang memiliki tujuan atau misi yang sejalan dengan nilai-nilai pribadi audiens akan lebih mudah membangun ikatan emosional.
Sebagai contoh, brand-brand yang berfokus pada keberlanjutan, seperti Patagonia, tidak hanya menjual pakaian outdoor, tetapi juga menyuarakan komitmen mereka terhadap pelestarian lingkungan. Cerita yang mereka sampaikan melalui kampanye-kampanye mereka tidak hanya mengedepankan produk, tetapi juga mengajak audiens untuk berpartisipasi dalam menjaga kelestarian bumi. Dengan menciptakan cerita yang menggabungkan tujuan sosial dengan produk, brand dapat memicu perasaan bangga dan terhubung di hati konsumen, menjadikan mereka lebih dari sekadar pelanggan, tetapi juga pendukung dan aktivis yang berpartisipasi dalam tujuan brand.
Brand yang mampu menunjukkan bahwa mereka memiliki dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan akan lebih mudah memenangkan hati audiens yang memiliki kepedulian yang sama. Audiens merasa terhubung dengan brand bukan hanya karena produk yang mereka tawarkan, tetapi karena mereka merasa menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar—sebuah tujuan bersama.
Selain menceritakan kisah brand itu sendiri, sebuah brand juga dapat menciptakan keterikatan emosional dengan audiens melalui cerita pengalaman pelanggan yang menginspirasi. Pelanggan yang merasa bahwa produk atau layanan brand telah membantu mereka mengatasi tantangan atau mencapai tujuan pribadi mereka, cenderung ingin berbagi pengalaman tersebut dengan orang lain. Ini tidak hanya menguntungkan brand dari segi bukti sosial, tetapi juga membantu menciptakan hubungan emosional yang lebih kuat.
Salah satu cara untuk mencapai ini adalah dengan meminta pelanggan untuk berbagi cerita mereka melalui testimonial, ulasan, atau bahkan dalam bentuk video. Cerita-cerita ini memberi audiens kesempatan untuk melihat bagaimana produk atau layanan brand dapat berperan dalam kehidupan mereka, memperkuat hubungan mereka dengan brand tersebut. Brand yang menonjolkan kisah nyata pelanggan dapat menunjukkan bahwa mereka peduli dengan pengalaman setiap orang dan bahwa mereka benar-benar mengerti kebutuhan audiens mereka.
Misalnya, Nike sering kali menggunakan kampanye yang menampilkan cerita pelanggan biasa yang berhasil mencapai tujuan pribadi mereka, seperti berlari maraton atau mengatasi cedera. Cerita-cerita ini menunjukkan bahwa Nike tidak hanya tentang peralatan olahraga, tetapi juga tentang memberdayakan individu untuk mencapai potensi mereka—sebuah pesan yang sangat menginspirasi dan mendorong keterikatan emosional. Di dunia digital, komunikasi persuasif yang efektif juga melibatkan pengalaman berkesan yang diciptakan melalui interaksi online. Audiens ingin merasa dihargai dan diperhatikan oleh brand, bukan hanya diperlakukan sebagai konsumen semata. Dengan memanfaatkan teknologi, seperti chatbots yang personal, layanan pelanggan yang responsif di media sosial, atau pengalaman belanja yang disesuaikan dengan preferensi pribadi, brand dapat menciptakan pengalaman yang lebih mendalam bagi audiens mereka (Amalia & Hidayat, 2023).
Misalnya, Sephora, brand kecantikan global, menawarkan pengalaman belanja yang sangat interaktif dengan menggunakan fitur-fitur digital seperti augmentedreality untuk mencoba produk secara virtual. Mereka juga menyediakan platform bagi pelanggan untuk berbagi tipskecantikan dan ulasan produk, yang menciptakan komunitas online yang terhubung secara emosional dengan brand.Pengalaman yang berkesan ini bukan hanya tentang produk, tetapi tentang bagaimana audiens merasa dihargai dan diperhatikan sepanjang perjalanan mereka bersama brand. Dengan memberikan pelayanan pelanggan yang luar biasa dan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan pengalaman pengguna, brand dapat menciptakan koneksi emosional yang lebih kuat, yang mendorong loyalitas dan keterikatan jangka panjang.
Komunikasi persuasif yang berfokus pada emosi tidak hanya bertujuan untuk menciptakan keterikatan jangka panjang, tetapi juga untuk mendorong tindakan yang diinginkan. Dengan membangkitkan emosi tertentu—seperti rasa empati, kegembiraan, kebanggaan, atau bahkan rasa urgensi—brand dapat mendorong audiens untuk mengambil langkah berikutnya, seperti membeli produk, berlangganan layanan, atau bergabung dalam suatu gerakan.
Misalnya, kampanye iklan yang menggugah perasaan seperti yang dilakukan oleh Coca-Cola dengan iklan ikonik“Share a Coke” yang mengajak orang untuk berbagi kebahagiaan dengan orang yang mereka cintai, menciptakan ikatan emosional yang mendorong konsumen untuk membeli produk. Iklan ini tidak hanya mempromosikan produk, tetapi juga menyampaikan pesan tentang kebahagiaan dan koneksi antarpersona. Dengan memahami emosi audiens dan bagaimana emosi tersebut dapat dihubungkan dengan produk atau layanan mereka, brand dapat menginspirasi tindakan yang lebih signifikan dan berdampak.
Komunikasi persuasif adalah kunci dalam membangun dan menjaga brand usaha yang berkelanjutan di era digital. Brand yang dapat mengkomunikasikan nilai-nilai mereka secara autentik, membangun hubungan emosional dengan audiens, serta mendorong tindakan melalui ajakan yang persuasif akan memiliki peluang besar untuk berkembang dalam jangka panjang. Mengingat bahwa dunia digital terus berkembang, brand yang mampu beradaptasi dengan perubahan tersebut dan mengintegrasikan komunikasi persuasif dalam strategi mereka akan lebih mudah untuk bertahan dan tumbuh dalam persaingan yang semakin ketat.
DAFTAR PUSTAKA
Dasuki, I., & Wahid, U. (2020). Penggunaan Instagram sebagai Media Komunikasi Pemasaran untuk Membangun Brand Awareness saat Pandemi Covid-19. PARAHITA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(2), 47–54.
Irawan, E. P., & Alamsyah, F. F. (2023). Strategi Digitalisasi Csr Xl Axiata Untuk Peningkatan Kompetensi Pemasaran Digital Perempuan Umkm. Perspektif Komunikasi: Jurnal Ilmu Komunikasi Politik Dan Komunikasi Bisnis, 7(2), 141–154.
Januarto, J. (2024). Pengaruh Digital Marketking melalui Sosial Media Instagram dan Brand Image terhadap Minat Menggunakan Aplikasi Olin. Journal of Management and Bussines (JOMB), 6(3), 1263–1284.
Leli, N., Nurhadiah, N., Handayani, R. T., & Suhairi, S. (2023). Pemanfaatan Media Sosial sebagai Alat Komunikasi Massa dalam Memperluas Jangkauan dan Meningkatkan Interaksi dengan Konsumen. Jurnal Mirai Management, 8(2), 436–444.
Nurdianti, N., Anggraini, N. P., & Awaliah, D. W. (2023). Membangun Reputasi Burger King Di Tengah Krisis: Peran Public Relations Dalam Menghadapi Kontroversi Publik. Jurnal Ilmiah Research Student, 1(2), 382–390.
Tyasari, A. A., & Ruliana, P. (2021). Model komunikasi coorporate dalam membangun citra perusahaan. CARAKA: Indonesia Journal of Communication, 2(1), 27–42.
Wicaksono, G. V., Hindra, N., & Sihabuddin, S. (2023). KOMUNIKASI PERSUASIF PADA AKUN INSTAGRAM SOLO SAFARI DALAM MENINGKATKAN BRAND IMAGE. Solidaritas: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, 7(2).