Dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menghadapi tantangan besar untuk bertahan dan berkembang, terutama di era digital saat ini. Di era ini peran Desain Komunikasi Visual (DKV) semakin meluas, tidak hanya terbatas pada media cetak seperti brosur atau poster, tetapi juga merambah ke platform digital seperti media sosial, website, dan aplikasi. Dalam aspek bisnis, melalui visual yang menarik dan relevan, DKV mampu membantu membangun hubungan antara audiens dengan merek dengan meningkatkan pengenalan merek dan membangun identitas sebuah merek.
Era digital juga membawa perubahan signifikan dalam cara konsumen berinteraksi dengan mereka dimana konsumen tidak lagi hanya melihat produk atau layanan semata, tetapi juga kesan dari identitas visual yang ditawarkan oleh sebuah merek. Transformasi digital yang masif mendorong UMKM untuk beradaptasi dengan menggunakan media digital sebagai sarana pemasaran utama. Konsumen kini cenderung mencari produk atau layanan melalui platform digital seperti media sosial, e-commerce, atau website resmi. Di sinilah DKV memainkan peran strategis dengan menciptakan visual yang konsisten di berbagai platform digital. Identitas visual yang kuat seperti desain kemasan yang menarik, feeds media sosial yang estetik, hingga estetika promosi dari merek, dapat membangun koneksi emosional antara merek dan pelanggan yang mempengaruhi keputusan pembelian dari konsumen.
Bagi UMKM, DKV dapat menjadi kunci untuk menciptakan citra merek yang kuat dan profesional (branding). Melalui branding tersebut, DKV dapat membantu para pemilik UMKM untuk memberikan kesan pertama yang tentunya positif kepada para pelanggan. Dengan kemajuan teknologi, branding digital sudah banyak dilakukan oleh para pengusaha untuk meningkatkan daya saing mereka. Branding digital memungkinkan UMKM untuk memperluas jangkauan pasar mereka. Dalam hal ini, DKV memegang peranan penting untuk memastikan setiap elemen visual yang digunakan dalam branding digital dapat menciptakan citra merek yang konsisten dan profesional.
Namun, menurut Hananto (2019), banyak UMKM yang mengalami kendala dalam menghasilkan kualitas visual yang baik untuk produk atau jasa mereka. Visual yang kurang menarik atau tidak profesional dapat merugikan citra merek dan mengurangi kemampuan produk untuk bersaing di pasar, terutama dalam media sosial yang sangat bergantung pada elemen visual untuk menarik perhatian konsumen. Lalu, bagaimana Desain Komunikasi Visual dapat membantu UMKM dalam menciptakan branding-nya?
Design Komunikasi Visual dapat menciptakan branding UMKM melalui visual branding, dimana seorang pemilik Paprieka Studio yang fokus pada brand visual identity, menyatakan bahwa sebuah merek harus memiliki identitas yang kuat untuk membedakan merek tersebut dari kompetitor yang mana identitas tersebut perlu disampaikan melalui elemen visual. Sebelum membahas lebih lanjut, kita perlu memahami apa itu visual branding.
Visual branding merujuk pada elemen-elemen desain yang digunakan untuk membentuk dan menyampaikan identitas sebuah merek melalui media visual. Elemen-elemen tersebut meliputi logo, warna tipografi, bentuk, dan gaya desain lainnya yang dikolaborasikan untuk menciptakan citra yang mudah dikenali oleh audiens. Tujuan utama dari visual branding ini sendiri adalah untuk membedakan suatu merek dengan pesaingnya dan menciptakan kesan yang kuat di benak konsumen. Dalam jurnal yang ditulis oleh Ariefika Listya dan Yayah Rukiah (2018), beberapa elemen utama yang umumnya digunakan dalam visual branding di antaranya adalah:
1. Logo
Sebagai simbol utama dari merek, logo berfungsi untuk mengidentifikasi dan membedakan merek dari pesaing. Logo dapat berupa bentuk figuratif maupun abstrak yang tidak berkaitan dengan entitas produk ataupun aktivitasnya.
2. Warna
Warna memegang peran penting dalam branding karena warna seringkali lebih cepat dikenali oleh audiens dibandingkan dengan bentuk atau logo. Penggunaan warna yang konsisten dan khas dapat membantu merek mudah untuk diingat dan menciptakan asosiasi positif dengan konsumen.
3. Tipografi
Jenis huruf yang digunakan dalam desain logo atau materi pemasaran juga berperan dalam membangun identitas visual. Tipografi yang dipilih harus selaras dengan pesan dan kepribadian merek, serta dapat dikombinasikan dengan elemen desain lainnya secara seimbang.
4. Estetika dan Konsistensi
Visual branding sangat terkait dengan aspek estetika, yang mencakup bentuk, warna, serta keseluruhan desain yang dipilih. Selain itu, konsistensi dalam penerapan elemen visual di berbagai media sangat penting untuk menjaga citra merek yang kohesif. Menurut Van den Bosch, de Jong & Elving, variasi yang berlebihan dapat menyebabkan ketidakfokusan impresi di benak audiens.
Sedangkan dalam jurnal yang ditulis oleh Hesti Rahayu dan Lisa Amalia (2024), DKV juga membantu UMKM dalam menciptakan identitas merek yang tidak hanya menarik secara estetika, namun juga mencerminkan nilai, visi, dan misi dari usaha tersebut sehingga mampu memberikan pengenalan terhadap merek yang lebih mendalam bagi para konsumen.
Proses ini dimulai dengan langkah empathize, dimana desainer berusaha memahami kebutuhan dan keinginan pemilik merek serta target konsumennya. Misalnya, melalui wawancara dan observasi langsung, desainer dapat memahami nilai unik produk, seperti rasa, kualitas pelayanan, atau aspek personal dari pemilik usaha. Informasi tersebut menjadi dasar untuk membangun elemen visual yang tepat. Sebagai contoh, warna emas dan maroon dapat dipilih untuk menyampaikan kesan elegan namun tetap sederhana, sesuai dengan karakteristik merek.
Langkah berikutnya adalah define dan ideate, dimana desainer menentukan visi visual dan solusi kreatif untuk memenuhi kebutuhan branding UMKM. Pada tahap ini, elemen-elemen seperti logo, warna, dan tipografi dirancang dengan penuh perhatian dan perhitungan. Logo, sebagai elemen utama, dirancang untuk mencerminkan identitas sekaligus memiliki kekuatan diferensiasi dari pesaing. Tipografi yang digunakan juga dipilih agar konsisten dengan gaya visual dan dapat diaplikasikan secara efektif di berbagai media. Elemen-elemen ini kemudian diuji melalui prototype dan tahap pengujian untuk memastikan bahwa desain tersebut efektif.
Penerapan identitas visual yang dirancang dengan baik memiliki dampak signifikan terhadap keberhasilan branding UMKM. Sebagai contoh, desain logo yang diterapkan pada kemasan produk, label, dan media digital menciptakan pengalaman visual yang kohesif, meningkatkan daya tarik produk di pasar, dan memperkuat loyalitas konsumen. Di era digital, identitas visual juga memainkan peran penting dalam pemasaran di media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Facebook. Dengan desain feeds yang terorganisir, penggunaan warna yang konsisten, dan fotografi yang menarik, UMKM dapat meningkatkan keterlibatan konsumen dan menjangkau pasar yang lebih luas.
Selain itu, DKV juga memberikan solusi terhadap tantangan yang sering dihadapi oleh UMKM, seperti keterbatasan anggaran dan kurangnya pengalaman dalam branding. Desain yang sederhana namun profesional, yang mudah diaplikasikan tanpa biaya tinggi, memungkinkan UMKM untuk tetap memiliki daya saing tanpa mengorbankan kualitas visualnya.
Dalam penerapan DKV dalam peningkatan branding UMKM di Indonesia, terdapat beberapa contoh yang menggambarkan bagaimana desain dapat berperan penting dalam meningkatkan branding dan daya saing UMKM yang ada, sebagai berikut:
- Wisata Kerajinan Rajapolah
Penerapan DKV dalam media promosi Wisata Kerajinan Rajapolah, sebagai bagian dari UMKM, telah berhasil meningkatkan kesadaran brand dan daya jual produk. Melalui penggunaan identitas visual yang kuat dan terintegrasi dalam desain website, Rajapolah dapat memperkenalkan dirinya dengan cara yang lebih menarik sehingga menjangkau pasar yang lebih luas. Penerapan DKV mencakup beberapa elemen penting seperti logo, warna, tipografi, layout, dan ilustrasi yang mencerminkan karakter dan nilai-nilai kerajinan yang dihasilkan.
Logo dan motif: Penerapan desain logo yang menggabungkan elemen visual seperti bentuk wadah anyaman, daun alami, dan aksara Sunda memberikan kesan lokal yang kuat dan mudah dikenali. Logo yang terdiri dari Picture Mark dan Letter Mark, serta penggunaan motif aksara Sunda yang disusun dalam pola, membantu menciptakan identitas yang tidak hanya menjadi ciri khas Rajapolah tetapi juga dapat mengkomunikasikan nilai edukasi dan keberlanjutan yang ditawarkan oleh wisata kerajinan tersebut.
Pemilihan Warna: Pemilihan warna alami seperti coklat tua dan kuning kecokelatan yang diambil dari serat anyaman memperkuat konsep alam yang ada di Rajapolah. Warna ini tidak hanya mempercantik tampilan visual, tetapi juga menciptakan asosiasi yang kuat dengan produk kerajinan yang ramah lingkungan.
Tipografi: Penggunaan tipografi dengan jenis huruf Sans-serif yang mudah dibaca di layar memberikan kenyamanan bagi pengunjung website. Tipografi yang baik memudahkan penyampaian informasi dan meningkatkan keterbacaan, sehingga pengunjung dapat dengan mudah memahami konten yang disajikan. Hal tersebut sangat penting bagi UMKM untuk memperlancar komunikasi dengan konsumen dan mempermudah mereka dalam memahami produk atau layanan yang ditawarkan.
Layout: Setiap halaman website memiliki layout yang disesuaikan, namun tetap menjaga keselarasan elemen-elemen di setiap halaman. Penempatan elemen yang simetris dan seimbang memastikan bahwa website mudah dinavigasi oleh pengunjung. Sehingga membantu pengunjung menemukan informasi dengan cepat.
Ilustrasi: Penggunaan ilustrasi yang meliputi pola khas wisata kerajinan Rajapolah dan foto produk kerajinan memberikan kesan yang menarik dan menggugah minat konsumen. Ilustrasi ini membantu mengkomunikasikan nilai lokal dan estetika produk yang ditawarkan. Hal tersebut dapat memperkuat identitas brand serta memperkenalkan produk kepada konsumen secara lebih efektif.
2. Dava Davin Milik Ibu Musriani
Penerapan DKV dalam branding UMKM Dava Davin di Kabupaten Nganjuk berfokus pada penciptaan identitas visual yang kuat dan konsisten untuk meningkatkan pengenalan merek dan citra positif produk
Logo: Logo merupakan elemen penting bagi sebuah merek, sehingga desain logo Dava Davin sangat diperhatikan dalam menciptakan citra merek. Proses perancangan logo dilakukan melalui tiga tahap. Pertama, tahap thumbnail, di tahap ini desainer membuat tiga sketsa kasar untuk mengeksplorasi berbagai ide yang sesuai dengan karakter UMKM. Tujuannya adalah untuk mencari bentuk dasar yang dapat mewakili identitas UMKM secara visual. Tahap kedua, tight tissue, setelah sketsa kasar dipilih, desainer memilih elemen visual seperti warna dan bentuk yang lebih spesifik. Di sini, warna oranye dipilih untuk memberikan kesan yang hangat dan semangat, sesuai dengan produk makanan ringan yang menggugah selera. Warna ini juga memancarkan energi positif yang diharapkan dapat menarik perhatian konsumen. Tahap ketiga, finalisasi, pada tahap ini desain dipoles untuk mencapai kesempurnaan. Logo yang terpilih adalah dua huruf “D” yang ditumpuk, berwarna oranye dengan tambahan tulisan Dava Davin di bawahnya. Pemilihan jenis huruf dan penyusunan elemen visual ini bertujuan untuk menghasilkan logo yang sederhana, mudah dikenali, dan mudah diingat oleh konsumen.
Tipografi: Penerapan tipografi yang jelas dan mudah dibaca, serta pemilihan warna yang konsisten di seluruh elemen identitas visual, membantu menciptakan kesan yang kohesif. Desain tipografi pada logo dan label menggunakan huruf yang sederhana namun elegan, untuk memastikan bahwa informasi yang disampaikan dapat dibaca dengan jelas terutama dalam produk makanan ringan.
Desain media pendukung: Selain logo dan label, penerapan DKV juga dilakukan dalam desain media pendukung yang digunakan untuk mempromosikan produk. Kartu nama dirancang dengan informasi yang jelas dan ukuran yang kecil (9 x 5,5 cm) agar mudah disimpan oleh konsumen, menggunakan bahan art paper dengan desain yang sederhana namun elegan, kartu nama ini mencerminkan citra profesional dan mudah diingat. Kemasan menggunakan bahan aluminium foil untuk menjaga kualitas produk dan memberikan kesan premium. Dua ukuran kemasan yang tersedia (300 gr dan 500 gr) dirancang dengan elemen visual yang konsisten dengan logo, serta memudahkan konsumen dalam memilih produk berdasarkan ukuran yang diinginkan. Desain paperbag yang praktis dan dapat menampung 5-8 kemasan membantu konsumen untuk membawa produk dengan mudah, serta ukuran dan desain paperbag disesuaikan untuk menonjolkan logo dan elemen visual lainnya. Kaos dengan logo di dada kiri dan poster berukuran A3 dapat memperkenalkan produk serta logo UMKM, kedua media ini memperkuat pengenalan merek di luar kemasan produk dan menciptakan visibilitas yang lebih tinggi di berbagai tempat.
Kesimpulannya, Desain Komunikasi Visual (DKV) memegang peranan penting dalam meningkatkan citra dan branding UMKM di era digital yang serba kompetitif ini. Melalui penerapan elemen-elemen visual yang konsisten, seperti logo, warna, tipografi, dan estetika desain lainnya, DKV dapat membantu UMKM menciptakan identitas merek yang kuat dan mudah dikenali oleh konsumen. Branding yang kuat dapat meningkatkan kesadaran merek serta mempengaruhi keputusan pembelian dari konsumen. Penerapan DKV di berbagai platform promosi digital seperti media sosial, e-commerce, dan website penting untuk meningkatkan visibilitas dan daya tarik produk UMKM. Dengan penggunaan desain yang menarik dan relevan, UMKM dapat lebih efektif dalam bersaing di pasar global yang terus berkembang. Melalui contoh-contoh penerapan DKV pada UMKM di Indonesia, terbukti bahwa desain yang baik dapat memperkuat citra merek dan meningkatkan penjualan serta loyalitas konsumen.
Nadhira Zalfany Salsabilla_51922096_DKV 3
Program Studi Desain Komunikasi Visual
Fakultas Desain
Universitas Komputer Indonesia
nadhira.51922096@mahasiswa.unikom.ac.id
083148077852
F, S. H., Sugianti, A., Dianti, A. R., & Adiwaty, M. R. (2023 ). Penerapan Digital Branding UMKM Dapur Gemilang Fitriyah Melalui Komunikasi Visual . SEWAGATI: Jurnal Pengabdian Masyarakat Indonesia, 2(3), 01-08.
Farih, F. N., & Anggalih, N. N. (2023). PERANCANGAN IDENTITAS VISUAL UMKM IBU MUSRIANI DI KABUPATEN NGANJUK. Junal Desgrafia, 1(1), 145-156.
Haiqal, M. K., & Hidayat, S. ( 2017). PENERAPAN IDENTITAS VISUAL PADA MEDIA PROMOSI WEBSITEWISATA KERAJINAN RAJAPOLAH. Jurnal Demandia, 2(2), 182 –199.
Listya, A., & Rukiah, Y. (2018). VISUAL BRANDING PRODUK BELIMBING OLAHAN UMKM. Jurnal Demandia, 3(2), 55-74.
Rahayu, H., & Amalia, L. (2024). Perancangan Identitas Visual UMKM Bidang Kuliner “Bu Naf” di Yogyakarta: Upaya Menyintas Pasca Pandemi. Jurnal DeKaVe, 17(1), 110-124.