Dalam era globalisasi, kita semakin terhubung dengan budaya dari berbagai belahan dunia. Salah satu budaya yang menarik untuk dipelajari adalah budaya Jepang, dengan nilai – nilai yang dapat menginspirasi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Masyarakat Jepang dikenal dengan pola pikir yang mengutamakan kedisiplinan, tanggung jawab kolektif, dan semangat perbaikan berkelanjutan (kaizen). Pola pikir ini tidak hanya mendorong kemajuan individu, tetapi juga menjadi kunci keberhasilan Jepang sebagai negara maju. Nilai-nilai seperti menghargai waktu, etos kerja tinggi, dan komitmen terhadap kualitas telah mengakar kuat dalam budaya mereka, menjadikan Jepang sebagai contoh dunia dalam berbagai sektor, mulai dari teknologi hingga pelayanan publik.
Di sisi lain, Indonesia sebagai negara berkembang menghadapi tantangan dalam membangun budaya kedisiplinan dan produktivitas. Dengan mengadopsi pola pikir Jepang secara kontekstual, Indonesia dapat memperkuat nilai-nilai lokal seperti gotong royong dan mempercepat transformasi di bidang sosial, ekonomi, dan pendidikan. Pendekatan ini dapat menjadi solusi strategis untuk meningkatkan daya saing dan kualitas hidup masyarakat secara menyeluruh.
Berikut adalah beberapa pola pikir masyarakat Jepang yang cocok untuk diterapkan di Indonesia:
- Bushido
Bushido adalah kode etik kesatriaan yang dianut oleh para samurai di Jepang. Bushido bukanlah sekadar kumpulan aturan – aturan yang ada, melainkan filosofi hidup yang mendalam, pembentukan karakter, dan perilaku para samurai pada zaman dahulu, yang mana bushido sendiri lebih dari sekadar kode etik, tetapi merupakan jalan hidup yang harus ditempuh oleh seorang samurai
Bushido memiliki 7 nilai utama yaitu:
- Gi (義 – Integritas)
Menjaga Kejujuran
Seorang Samurai senantiasa mempertahankan etika, moralitas, dan kebenaran. Integritas merupakan nilai Bushido yang paling utama. Kata integritas mengandung arti jujur dan utuh.
Keutuhan yang dimaksud adalah keutuhan dari seluruh aspek kehidupan, terutama antara pikiran, perkataan, dan perbuatan. Nilai ini sangat dijunjung tinggi dalam falsafah bushido, dan merupakan dasar bagi insan manusia untuk lebih mengerti tentang moral dan etika.
- Yū (勇 – Keberanian)
Keberanian merupakan sebuah karakter dan sikap untuk bertahan demi prinsip kebenaran yang dipercayai meski mendapat berbagai tekanan dan kesulitan. Keberanian juga merupakan ciri para samurai, mereka siap dengan risiko apapun termasuk mempertaruhkan nyawa demi memperjuangkan keyakinan.
Keberanian mereka tercermin dalam prinsipnya yang menganggap hidupnya tidak lebih berharga dari sebuah bulu. Namun demikian, keberanian samurai tidak membabibuta, melainkan dilandasi latihan yang keras dan penuh disiplin.
- Jin (仁 – Kemurahan hati)
Bushido memiliki aspek keseimbangan antara maskulin (yin) dan feminin (yang) . Jin mewakili sifat feminin yaitu mencintai. Meski berlatih ilmu pedang dan strategi berperang, para samurai harus memiliki sifat mencintai sesama, kasih sayang, dan peduli.
Kasih sayang dan kepedulian tidak hanya ditujukan pada atasan dan pimpinan namun pada kemanusiaan. Sikap ini harus tetap ditunjukan baik di siang hari yang terang benderang, maupun di kegelapan malam. Kemurahan hati juga ditunjukkan dalam hal memaafkan.
- Rei (礼 – Menghormati)
Seorang Samurai tidak pernah bersikap kasar dan ceroboh, namun senantiasa menggunakan kode etiknya secara sempurna sepanjang waktu.
Sikap santun dan hormat tidak saja ditujukan pada pimpinan dan orang tua, namun kepada tamu atau siap pun yang ditemui.
Sikap santun meliputi cara duduk, berbicara, bahkan dalam memperlakukan benda ataupun senjata.
- Makoto atau (信 – Shin Kejujuran) dan Tulus-Ikhlas
Seorang Samurai senantiasa bersikap Jujur dan Tulus mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran.
Para ksatria harus menjaga ucapannya dan selalu waspada tidak menggunjing, bahkan saat melihat atau mendengar hal-hal buruk tentang kolega.
Samurai mengatakan apa yang mereka maksudkan, dan melakukan apa yang mereka katakan. Mereka membuat janji dan berani menepatinya.
- Meiyo (名誉 – Kehormatan)
Bagi samurai cara menjaga kehormatan adalah dengan menjalankan kode bushido secara konsisten sepanjang waktu dan tidak menggunakan jalan pintas yang melanggar moralitas.
Seorang samurai memiliki harga diri yang tinggi, yang mereka jaga dengan cara prilaku terhormat. Salah satu cara mereka menjaga kehormatan adalah tidak menyia-nyiakan waktu dan menghindari prilaku yang tidak berguna.
- Chūgi (忠義 – Loyal)
Kesetiaan ditunjukkan dengan dedikasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas. Kesetiaan seorang ksatria tidak saja saat pimpinannya dalam keadaan sukses dan berkembang.Bahkan dalam keadaaan sesuatu yang tidak diharapkan terjadi, pimpinan mengalami banyak beban permasalahan, seorang ksatria tetap setia pada pimpinannya dan tidak meninggalkannya.
Penerapan nilai-nilai Bushido di Indonesia dapat dilakukan dengan mengintegrasikan prinsip-prinsipnya ke dalam kehidupan sehari-hari, budaya kerja, dan pendidikan. Nilai seperti gi (integritas) dapat menjadi pedoman dalam menciptakan masyarakat yang jujur dan transparan, baik dalam pemerintahan maupun bisnis. Misalnya, kejujuran dan tanggung jawab dalam menjalankan tugas akan mendorong pelayanan publik yang lebih baik dan mengurangi praktik korupsi.
Yu (keberanian) juga relevan dalam membangun keberanian individu untuk menghadapi tantangan, seperti mengambil keputusan yang sulit demi kebenaran atau keberanian untuk berinovasi di tengah persaingan global. Dalam konteks pendidikan, nilai ini dapat diterapkan dengan mendorong siswa untuk percaya diri dan mengambil inisiatif dalam pembelajaran.
Kesopanan (rei) dan kehormatan (meiyo) sejalan dengan budaya lokal Indonesia yang mengutamakan tata krama dan penghormatan terhadap sesama. Nilai ini dapat diterapkan dengan meningkatkan rasa hormat dalam interaksi sosial, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun pekerjaan.
Selain itu, prinsip chugi (kesetiaan) dapat diwujudkan dalam bentuk loyalitas terhadap bangsa dan negara. Ini dapat diterapkan melalui upaya bersama untuk menjaga persatuan dan kesatuan, terutama dalam menghadapi tantangan kebhinekaan. Dengan adaptasi yang sesuai, nilai-nilai Bushido dapat memperkuat karakter masyarakat Indonesia dan membantu membangun budaya yang lebih produktif, jujur, dan bermartabat.
2. Ikigai
Ikigai (生き甲斐) adalah istilah dari bahasa Jepang untuk menjelaskan kesenangan dan makna kehidupan. Secara harfiah, kata Ikigai berasal dari kata “iki” yang berarti kehidupan dan “gai” yang berarti nilai, sehingga Ikigai dapat diartikan sebagai alasan kita hidup, menjalani hidup mulai bangun pagi. Ikigai bisa menjadi salah satu jawaban agar hidup Anda menjadi bermakna dengan memahami konsepnya. Konsep Ikigai telah dijalani oleh sebagian besar masyarakat Jepang. Masyarakat Jepang percaya dengan menumbuhkan Ikigai dalam hidup, mereka semakin menemukan makna dalam kehidupan dan hal ini membuat sebagian besar orang Jepang memiliki angka harapan hidup yang tinggi. Terbukti bahwa Jepang adalah negara kedua dengan tingkat harapan hidup yang tinggi setelah Monako. Alasan seseorang untuk bangun di pagi hari tidak selalu merupakan sesuatu hal yang besar. Terkadang dari hal-hal kecil dan sederhana, kita menemukan makna dari kebahagiaan. Misalnya, menikmati matahari terbit, minum kopi pahit yang hangat, memasak makanan untuk disantap bersama keluarga, ataupun hal-hal sederhana lainnya yang tanpa kita sadari dapat membuat hati ini bersemangat dan bahagia saat melakukannya. Seseorang yang menerapkan Ikigai akan tahu alasan mereka harus bangun pagi, harus memperjuangkan sesuatu, dan mereka memiliki harapan. Jika kita hidup tanpa mengetahui Ikigai, hidup akan terasa sepi tanpa makna.
Pada dasarnya, Ikigai merupakan irisan dari empat elemen yaitu Passion, Mission, Vocation, dan Profession. Dalam menemukan Ikigai, yang terpenting adalah menyeimbangkan empat elemen tersebut untuk saling mengisi dalam membentuk sebuah tujuan hidup berkelanjutan. Keempat aspek tersebut harus saling melengkapi. Jika Anda hanya menemukan beberapa saja maka belum bisa dikatakan sudah menemukan cara hidup Ikigai. Apabila kita dapat menyatukan keempat elemen tersebut, maka kita akan menemukan arti dari Ikigai yang dapat membuat hidup lebih bermakna.
- Passion: What You Love
Passion dapat diartikan sebagai sesuatu yang kita senangi. Sesuatu yang membuat kita bergairah untuk melakukan hal tersebut dan merasa bahagia apabila melakukan hal tersebut, misalnya hobi ataupun kesenangan pribadi.
- Mission: What the World Need
Mission adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh lingkungan sekitar kita. Mungkin tidak sesuai dengan passion kita tetapi tidak menutup kemungkinan kita dapat berkontribusi dengan hal-hal kecil yang dapat kita lakukan untuk lingkungan sekitar kita.
- Vocation: What You Can be Paid For
Tidak dipungkiri demi bertahan hidup tentunya kita harus mempunyai penghasilan. Vocation adalah sesuatu yang dapat kita lakukan dan menghasilkan suatu pendapatan bagi kita.
- Profession: What You Are Good at
Profession adalah sesuatu yang kita merasa ahli di bidangnya. Keahlian ini bisa kita dapatkan dengan menempuh pendidikan atau mengikuti kursus pelatihan.
Lima Pilar Penting dalam Ikigai
Selain itu, dalam Ikigai dikenal lima pilar penting yang menopang prinsip Ikigai itu sendiri. Kelima pilar tersebut adalah:
Pilar 1 : Awali dengan hal yang kecil
Hal kecil yang bisa menjadi awal dari hari Anda, bisa jadi adalah bangun pagi. Pada saat kita bangun pagi terlebih dengan rasa syukur akan memberikan rasa positif yang berguna untuk mengawali hari. Pada pagi hari, apabila waktu tidur Anda cukup, otak akan berada dalam kondisi segar dan siap untuk mencerna informasi baru.
Pilar 2 : Bebaskan dirimu
Membebaskan diri seperti layaknya seorang anak kecil. Anak kecil terbiasa berpikir secara polos dan apa adanya. Alangkah menyenangkan apabila kita dapat mempertahankan cara pandang seorang anak kecil sepanjang kehidupan kita. Berada dalam kondisi mengalir dan terbebas dari beban diri sendiri akan meningkatkan kualitas dalam hidup dan pekerjaan. Berada dalam kondisi mengalir menjadikan pekerjaan akan berkelanjutan dan terasa menyenangkan.
Pilar 3 : Keselarasan dan kesinambungan
Sebagai makhluk sosial sudah sewajarnya kita hidup selaras dan berdampingan. Begitu pula dalam prinsip Ikigai, dengan menghargai dan menghormati karakteristik tiap orang di sekitar maka akan timbul sebuah “segitiga emas” antara Ikigai, aliran, dan kreativitas. Ikigai berhubungan erat dengan menjaga keselarasan dengan lingkungan, dengan orang-orang di sekitar, dan masyarakat secara luas. Tanpanya maka kelestarian akan menjadi mustahil.
Pilar 4 : Kegembiraan dari hal-hal kecil
Orang-orang Jepang terkenal dengan penghargaannya terhadap hal-hal kecil. Mereka terbiasa menghargai sesuatu walau dari hal terkecil sehingga menghasilkan suatu karya yang luar biasa. Contohnya, makanan khas Jepang yaitu susyi. Restoran di Jepang sangat teliti dalam memilih ikan sebagai bahan utama dari sushi. Mereka rela bangun pagi dan berjalan ke pasar ikan dini hari guna mendapatkan ikan terbaik, hasil tangkapan nelayan semalam, yang masih segar dengan kualitas sempurna yang dapat disajikan kepada para pelanggannya.
Pilar 5 : Hadir di tempat dan waktu sekarang
Menikmati waktu dan kondisi yang dirasakan pada saat sekarang adalah salah satu pilar dari Ikigai. Kesederhanaan yang timbul dari keadaan sekitar kita apa pun itu, ketika menghargai dan menikmati waktu yang telah diberikan akan membuat hidup terasa lebih bermakna.
Ikigai, konsep Jepang tentang “alasan untuk hidup” atau “tujuan hidup,” dapat diterapkan di Indonesia untuk membantu individu dan masyarakat menemukan kebahagiaan dan keseimbangan hidup. Konsep ini bisa diadaptasi dalam berbagai aspek kehidupan di Indonesia.
Dalam pendidikan, penerapan ikigai dapat membantu siswa dan mahasiswa menemukan minat serta bakat yang sesuai dengan tujuan hidup mereka. Misalnya, kurikulum yang mendukung eksplorasi minat dan pengembangan keterampilan dapat mendorong generasi muda untuk lebih memahami potensi diri mereka.
Di dunia kerja, ikigai dapat mendorong karyawan untuk mencari keselarasan antara pekerjaan mereka dan tujuan pribadi. Perusahaan di Indonesia dapat memanfaatkan konsep ini untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan produktif dengan membantu karyawan menemukan makna dalam pekerjaan mereka. Hal ini juga dapat meningkatkan loyalitas dan kepuasan kerja.
Dalam kehidupan sosial, ikigai dapat menjadi panduan bagi masyarakat untuk menjalani hidup yang lebih bermakna. Contohnya, seseorang yang gemar berbagi ilmu dapat melibatkan diri dalam kegiatan pengabdian masyarakat atau pendidikan informal, yang tidak hanya memberi manfaat bagi orang lain tetapi juga memberikan kepuasan pribadi.
Bagi pelaku usaha kecil, khususnya di Indonesia yang memiliki budaya kewirausahaan yang kuat, ikigai dapat membantu mereka menemukan keseimbangan antara menciptakan produk yang disukai, memenuhi kebutuhan konsumen, dan memperoleh keuntungan.
Secara keseluruhan, penerapan ikigai di Indonesia dapat meningkatkan kualitas hidup individu dan mendorong masyarakat untuk menjalani hidup dengan lebih penuh makna, selaras dengan nilai-nilai lokal seperti gotong royong dan kepedulian sosial.
3. Oubaitori
konsep oubaitori berasal dari empat pohon yang mekar di musim semi (negara jepang) yaitu cherry, plum, aprikot, dan persik. Keempat pohon tersebut tumbuh secara berdampingan, akan tetapi masing-masing mekar dengan urutan, cara, dan waktu yang berbeda. Walaupun demikian, mereka tetap merayakan keunikannya dengan rasa syukur. Oleh karena itu, oubaitori diartikan sebagai non-perbandingan alias tidak membanding-bandingkan antara satu dengan yang lain.
Setidaknya ada dua value yang kita dapatkan dari konsep oubaitori yakni pertama adalah menerima keunikan diri sendiri. sedangkan yang kedua adalah tidak ada yang tertinggal, sebab tiap orang berkembang dengan cara dan timing yang berbeda.
Secara sederhana, prinsip oubaitori dapat kita analogikan bahwa saudara kandung yang dibesarkan dari keluarga yang sama, seringkali tumbuh menjadi individu yang berbeda baik ketrampilan, minat maupun goals-nya. Salah satu konsep hidup jepang yaitu oubaitori memiliki beragam manfaat bagi diri seseorang. Sikap tidak membandingkan diri sendiri dengan orang lain, secara tidak sadar akan memberikan energi positif yakni bahagia dan mendorong rasa percaya diri. Sebab telah mengingatkan bahwa setiap orang unik dan memiliki jalannya sendiri.
Langkah kecil untuk menerapkan konsep hidup Jepang Oubaitori
- Selalu bersyukur atas pencapaian kecilmu
Seberapapun pencapaian kecilmu, menghargai dan mensyukuri adalah pilihan yang terbaik. Setidaknya kamu sudah mampu bertahan di titik ini, you are the best. Maksud bersyukur ini ialah dalam urusan dunia, sepatutnya membandingkan diri dengan orang yang berada di bawah kita, bukan di atas kita. Hal ini supaya kamu tidak memandang remeh nikmat yang telah Tuhan berikan.
- Mengambil inspirasi dari orang lain dan menetapkan goals (tujuan)-mu
Sejatinya konsep oubaitori memberikan sekat untuk membandingkan diri antara boleh dan tidak. Hal ini berarti, larangan hanya berlaku pada membandingkan diri dengan orang lain yang tujuannya negatif (seperti memicu insecure). Sedangkan kebolehan ini berlaku pada membandingkan diri yang tujuannya positif.
Seperti, membandingkan diri dengan orang lain yang bertujuan mengambil inspirasi entah dalam kegigihan, kejujuran, semangat, loyal dan lain sebagainya. Sehingga memungkinkan kalian untuk menetapkan tujuan yang berakhir pada konsep ATM (Amati, Tiru, Modifikasi).
- Menggunakan to do list dan beraksi nyata
Ketika kalian sudah memiliki goals yang sudah mantap, seringkali merasa kebingungan dengan dalih banyaknya wishlist (daftar keinginan). Membuat to do list adalah solusi supaya daftar keinginan dapat tertulis, terstruktur dan menghindari kelupaan. Langkah sederhana tersebut, dapat memudahkan kalian untuk mengambil aksi nyata sesuai goals yang telah ditetapkan sebelumnya. Sehingga, mengambil inspirasi dari orang lain bukan hanya sekadar kata, melainkan terbukti nyata.
Kesimpulan
Pola pikir masyarakat Jepang seperti Bushido, Ikigai, dan Oubaitori memiliki relevansi yang signifikan untuk diterapkan di Indonesia. Bushido dengan nilai-nilainya seperti integritas, keberanian, dan kesetiaan dapat menjadi pedoman dalam membangun budaya kerja yang jujur, bertanggung jawab, dan penuh dedikasi. Ini dapat membantu memperkuat etos kerja, menumbuhkan kepercayaan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia.
Konsep Ikigai dapat mendorong individu di Indonesia untuk menemukan tujuan hidup mereka yang selaras dengan minat, keahlian, kebutuhan masyarakat, dan penghasilan. Hal ini dapat memperbaiki kualitas pendidikan, dunia kerja, dan kesejahteraan secara keseluruhan dengan menciptakan harmoni antara kebahagiaan pribadi dan kontribusi sosial.
Sementara itu, Oubaitori mengajarkan pentingnya menghargai perbedaan dan proses pertumbuhan masing-masing individu. Dengan memahami bahwa setiap orang memiliki perjalanan hidupnya sendiri, konsep ini dapat mengurangi tekanan sosial, meningkatkan rasa percaya diri, dan membangun masyarakat yang lebih inklusif serta menghargai keberagaman.
Jika diterapkan dengan penyesuaian terhadap budaya lokal, ketiga pola pikir ini dapat memperkuat karakter bangsa Indonesia, meningkatkan daya saing, dan menciptakan masyarakat yang lebih harmonis, produktif, dan bermartabat.