
Sumber : PT. Sinar Sosro https://images.app.goo.gl/PT3gCHHYrNvmKkXx6
Tinjauan Sejarah Teh Botol Sosro
Teh Botol Sosro, yang berasal dari kata “Sosrodjojo”, merupakan salah satu merek minuman teh yang ikonik di Indonesia. Didirikan pada tahun 1940 oleh Sosrodjojo, seorang imigran Tionghoa di Indonesia, Teh Botol Sosro pertama kali diperkenalkan sebagai minuman teh kemasan dalam botol pada tahun 1969.
Teh Botol Sosro telah mengalami banyak perkembangan dan transformasi selama perjalanan panjangnya. Teh Botol Sosro berhasil menarik pelanggan di seluruh Indonesia dengan mempertahankan kesetiaannya pada kualitas dan keaslian rasa teh. Teh Botol Sosro telah berkembang menjadi salah satu merek teh terkemuka di Indonesia berkat strategi pemasaran yang cerdas dan kreatif.
Setelah membangun citra yang kuat dalam industri minuman, Teh Botol Sosro terus berinovasi dan beradaptasi dengan perubahan tren dan selera konsumen.
Berlandaskan tinjauan sejarah yang kaya, Teh Botol Sosro telah berhasil membangun citra merek yang kuat dan mendapatkan tempat istimewa di hati konsumen Indonesia. Kini, mari kita tinjau lebih jauh tentang tiga strategi branding yang telah membantu Teh Botol Sosro mempertahankan posisinya sebagai salah satu merek luar biasa dalam industri minuman di Indonesia.
- Strategi Inovasi:
Teh Botol Sosro telah berhasil menjaga relevansinya dengan terus melakukan inovasi dalam produk-produknya. Dengan memperkenalkan berbagai varian kemasan yang menarik, mereka berhasil menjangkau berbagai segmen pasar dan memenuhi kebutuhan konsumen yang beragam. Strategi ini memungkinkan Teh Botol Sosro untuk tetap menjadi pilihan utama bagi konsumen di tengah persaingan yang ketat di pasar minuman teh.
- Penempatan Jargon yang Kuat:
Salah satu kunci keberhasilan Teh Botol Sosro adalah penempatan jargon yang kuat dan mudah diingat. Dengan tagline “Apapun Makanannya, Minumnya Teh Botol Sosro” berhasil menanamkan kesan mendalam pada budaya masyarakat lokal, dimana makanan yang dikonsumsi boleh berbeda beda, tapi yang di minum tetap Teh Botol Sosro.
- Produk Berkualitas Tinggi:
Kualitas produk selalu menjadi prioritas utama Teh Botol Sosro dalam setiap aspek produksinya. Dengan menggunakan bahan-bahan berkualitas tinggi dan proses produksi modern, mereka memastikan bahwa setiap produk yang dihasilkan memenuhi standar kualitas tinggi. Kualitas produk yang konsisten ini telah membantu Teh Botol Sosro mempertahankan kepercayaan pelanggan dan membangun reputasi sebagai merek yang dapat diandalkan.
Teh Botol Sosro terus berkembang menjadi salah satu merek minuman terkemuka di Indonesia berkat strategi inovasi yang konsisten, penempatan jargon yang kuat, dan komitmen pada kualitas produk yang tinggi. Berhasil membangun citra merek yang kuat menunjukkan betapa pentingnya memiliki strategi branding yang kuat untuk berhasil di pasar yang kompetitif.
Desain Komunikasi Visual Dalam Periklanan, Perlu Copywriting?

Sumber : Pentingnya Copywriting dalam Kegiatan Pemasaran Kamu https://images.app.goo.gl/ERfefy2ZdyP7EisN9
Perlu dong, bayangin kalau kita cuma lihat gambar yang keren, tapi nggak ada kata-kata yang menjelaskan. Kita mungkin suka dengan desainnya, tapi nggak tahu pesan atau apa yang pengen disampaikan. Nah, di sini peran copywriting itu masuk! Copywriting dalam desain komunikasi visual penting banget, karena kata-kata yang dipilih bisa membuat desain jadi punya makna yang jelas dan bisa nyambung langsung dengan audiens.
Iklan itu bertujuan untuk mengenalkan dan menawarkan produk kepada konsumen. Menurut (Jaiz, 2014) periklanan didefinisikan sebagai segala bentuk informasi tentang suatu produk yang dikomunikasikan kepada sebagian atau seluruh masyarakat melalui media. Menurut (Fatihudin & Firmansyah, 2019) iklan merupakan salah satu sarana komunikasi yang dapat menjangkau masyarakat umum.
Kadang, copywriting bisa bikin sesuatu jadi lebih gampang diingat. Pada kemasan Teh Botol Sosro, gambar botol teh yang segar dan tipografi yang menarik dipadukan dengan kata-kata seperti “Segarnya!” atau “Enaknya!” untuk memperkuat pesan visual dan memberikan makna yang jelas. Ditambah dengan jargon yang langsung orang kenal dengan merek Teh Botol. “Apapun makanannya, minumnya Teh Botol Sosro.” Beuh, legend banget.
Jargon bermula dari ungkapan kata special atau kode unik yang digunakan di kelompok tertentu, fungsi jargon yaitu digunakan untuk memudahkan komunikasi di dalam kelompok tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jargon merupakan hal spesial yang dapat digunakan secara terbatas dalam bidang pengetahuan maupun kalangan tertentu yang mana mereka sendiri yang mengetahui artinya dan maksudnya (Sulaiman et al., 2012)
Jargon unik iklan produk Teh Botol Sosro memang sudah sangat melegenda, brand awareness sangat tinggi, lebih dari 62% responden lebih mengingat Teh Botol Sosro dibandingkan Teh kemasan lain, dan tidak ada satu masyarakat pun yang tidak mengetahui dengung jargon Teh Botol Sosro.
Sederhana tapi Kena
Dulu, saat Teh Botol belum menjadi produk minuman yang besar seperti sekarang. Sosrodjojo memutuskan untuk memasarkan teh kemasan siap seduh dengan merek Teh Cap Botol pada tahun 1940. Teh ini baru saja dijual di Jawa Tengah pada saat itu, dan ramuan antara teh hijau dan melati nya membuatnya sangat disukai. Keluarga Sosrodjojo kemudian memutuskan untuk memperluas bisnis mereka ke wilayah Jakarta pada tahun 1953.
Tidak semudah membalik telapak tangan, untuk memperkenalkan produknya, Sosrodjojo menggunakan metode Cicip Rasa, yang berarti berkeliling dengan mobil dan menggunakan pengeras suara di pasar-pasar. Mereka melakukan demonstrasi dengan menunjukkan proses penyeduhan teh sampai dapat diminum di tempat sehingga orang yang akan membeli dapat melihatnya. Namun, taktik ini gagal karena orang harus menunggu lama untuk prosesnya, yang membuat mereka bosan.
Tak hilang akal, pada kesempatan berikutnya, mereka mencoba mengubah strategi dengan menaruh teh yang sudah diseduh ke dalam panci, tetapi karena jalan yang tidak rata, airnya tumpah di jalan. Akhirnya, inovasi terbaik ditemukan: memasukkan teh ke dalam botol limun yang sudah dibersihkan.
Namun, kalian sadar nggak di balik kesederhanaan tersebut ada proses panjang yang harus dilalui dulu. Ada tahapan-tahapan yang mesti dilewati. Maka, ketika seorang ilmuwan terkenal Thomas Alfa Edison sang penemu listrik yang sudah lebih dari 200 kali mengalami kegagalan ditanya perihal ‘genius’ itu apa. Ia menjawab dengan mantap dan meyakinkan, “genius is 1% inspiration, and 99% perspiration” (jenius itu 1% inspirasi dan 99% keringat, artinya kerja keras)
Begitupun dengan karya visual. Boleh jadi hasil akhir dari visualisasi yang dibuat tidak harus rumit, namun ada beberapa tahapan yang harus dilewati terlebih dahulu. Dari sisi produk yang akan dicitrakan, kita harus memperhatikan betul manfaat dari produk tersebut, Unique Selling Proposition (USP), positioning, diferensiasi, memahami segmentasi pasar, karakteristik pasar, consumer behavior-nya dan lain sebagainya.
Merayu Dengan Copywriting
Rayuan tidak melulu harus dalam hubungan lawan jenis yang sedang pdkt-an, kan? Namun juga hubungan dengan keluarga, tetangga, atau dengan orang asing sekalipun.
Ketika ada anak kecil memegang pisau yang tajam, apa yang kamu lakukan? Langsung merampas pisau yang dipegangnya atau akan merayu nya terlebih dahulu. Perlu diketahui jika kamu langsung merampas dari genggamannya, sangat berpotensi bisa melukai tangan anak itu. Paling tidak, kamu akan merayu nya dengan lembut dan dapat menggunakan rayuan berikut :

Sumber : https://images.app.goo.gl/3AT5F12XiBPMsDNv9
“Anak pintar, boleh tidak Mama pinjam pisaunya? Boleh, ya?” rayu sang Ibu.
“Nggak mau,” jawab anaknya.
“Kalau Ade pegang pisau, nanti berbahaya, tangan Ade bisa luka lho. Nanti Ade gak bisa main,” rayu Ibunya lagi.
Disini kita lihat ada proses rayuan seorang Ibu terhadap anaknya untuk mendapatkan pisau yang sedang digenggam erat oleh anaknya.
Lalu, bagaimana dengan periklanan?
Tidak jauh berbeda sesungguhnya. Dalam iklan bagaimana produsen menawarkan produk yang dimilikinya dengan tujuan menginformasikan, membujuk hingga mengubah perilaku. Cara dan media nya pun bervariasi. Keberhasilan sebuah rayuan, sangat tergantung pada isi rayuan tersebut (content) dan siapa yang kamu rayu dan kapan kamu merayu (context). Begitu juga dengan visual, perhatikan content dan context-nya.
Dalam literatur pengetahuan, rayuan dikenal dengan istilah persuasi, yang merupakan salah satu bidang kajian Ilmu Desain Komunikasi Visual di samping Identitas dan Informasi. Secara etimologi, persuasi berasal dari bahasa Latin; persuasion, kata kerjanya adalah persuadere yang berarti membujuk, mengajak, atau merayu (Effendy 21: 2000). Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti persuasi adalah usaha untuk meyakinkan seseorang dengan kata-kata manis dan lain sebagainya bahwa yang dikatakan benar . Padanan katanya adalah bujuk, bujukan.
Jangan Salah, Mendesain Juga Ada Strateginya
Strategi menjadi bagian yang penting dalam mendesain komunikasi visual, jika kamu membuat infografis, identitas perusahaan, iklan, bahkan kampanye jika ingin berhasil maka hal terpenting yang perlu dilakukan adalah menyusun strategi, betul?
Mana yang menjadi bagian dari strategi dalam desain komunikasi visual?
Secara garis besar, strategi yang dapat dilakukan dalam mendesain komunikasi visual meliputi dua aspek Content: What To Say dan Context: How To Say.
Hal ini bisa berterima mengingat suatu iklan biasanya menggunakan kalimat-kalimat yang padat dan ringkas, sedangkan visualitas adalah unsur yang diutamakan. Iklan dapat memanfaatkan berbagai bentuk gaya bahasa, seperti pemilihan kata-kata, penggunaan dan tipe-tipe bahasa kiasan, susunan kalimat atau struktur sintaksis, nada, ciri-ciri formal lain, serta berbagai sarana retorisnya (Pradopo 2020, 54). Kita lihat poster colorful yang disajikan Teh Botol pada gambar dibawah ini:

Sumber : https://images.app.goo.gl/Y4TqjRUv1MkcJwTQA
Iklan Teh Sosro dalam kemasan botol dapat dikatakan lepas dari konteks non-linguistis. Hal ini terlihat pada gambar diatas, yaitu penggunaan unsur visual yang lebih dominan dan unsur tekstual yang lebih padat dan ringkas. Meskipun demikian, unsur visual tersebut mendukung pemaknaan teks dalam iklan. Latar belakang warna yang cerah, terutama dengan nuansa hijau, kuning, jingga, hingga jingga paling tua disusun secara gradual untuk membangun suasana yang cerah dan manis.
Warna hijau melambangkan daun teh sebagai bahan baku utama Teh Sosro, sedangkan
gradasi kuning hingga jingga tua selaras dengan warna teh, yaitu merah cerah. Adapun unsur tekstual dalam iklan ini memanfaatkan gaya menangah, yaitu gaya yang diarahkan untuk menimbulkan suasana yang senang dan damai (Keraf 2016, 122). Bahkan, penggunaan kalimat “NGGAK PERLU PAKE PENGAWET BIAR STAY TERUS DI HATI KAMU.” mencerminkan suasana yang romantis.
Selain itu, iklan ini juga menggunakan kata-kata yang populer, seperti nggak sebagai
pengganti tidak, pake sebagai pengganti pakai atau menggunakan, biar sebagai pengganti
supaya, dan stay terus sebagai pengganti tetap bertahan.
Pilihan diksi tersebut berfungsi untuk menyelaraskan penggunaan bahasa agar sesuai
dengan pangsa konsumen yang dituju oleh produk Teh Sosro, yaitu semua lapisan masyarakat dari berbagai posisi sosial. Akan terasa kurang, tidak tepat, dan terkesan sebagai produk yang eksklusif jika diksi-diksi tersebut diganti menjadi “TIDAK PERLU MENGGUNAKAN PENGAWET SUPAYA TETAP BERTAHAN DI HATI KAMU.” Berkenaan dengan nuansa romantisme, kalimat dalam iklan ini menggunakan gaya bahasa berupa permainan struktur leksikal yang polisem.
Polisemi adalah satu bentuk yang memiliki beberapa makna (Keraf 2016, 36). Berdasarkan
interpretasi peneliti, terdapat dua makna yang diperoleh. Pertama, kalimat tersebut diutarakan oleh seseorang kepada kekasih atau orang dicintainya. Menurutnya, ia tidak perlu menggunakan pengawet supaya tetap ada di dalam hati sang kekasih. Implikasinya, pemaknaan semacam ini memperlihatkan adanya metafora pada kata pengawet dan sinekdoke pars pro toto pada kata hati. Pengawet merujuk pada zat-zat kimia tertentu untuk mempertahankan masa penyimpanan suatu produk. Dalam konteks ini, ia menjadi analogi untuk hal-hal yang bisa membuat seseorang tetap bertahan di hati orang lain.
Sementara itu, kata hati yang merupakan metafora perasaan adalah sebagian yang merepresentasikan orang yang dicintai sebagai keseluruhan. Adapun makna kedua dari kalimat tersebut adalah kenyataan bahwa Teh Sosro tidak menggunakan zat-zat pengawet untuk mempertahankan dan menambah kenikmatan produknya. Entah kenyataan tersebut merupakan kebenaran atau tidak, sebagai suatu produk, ia menyatakan keunggulan bahwa produknya tidak mengandung zat-zat pengawet yang kerap dipandang berbahaya bagi tubuh manusia.
Dengan pemaknaan kedua, kata hati berperan sebagai metafora rasa senang. Maksudnya, dengan rasa yang alami itu, produk Teh Sosro akan digemari/disenangi oleh semua pihak. Sementara itu, kamu dalam iklan tersebut tidak hanya merujuk pada satu orang, tetapi masyarakat (plural) sehingga dapat diartikan sebagai pars pro toto. Meskipun bersifat polisem, kedua makna ini sebenarnya saling mendukung dan membangun fungsi. Pertama, iklan ini memosisikan produk sebagai entitas yang sehat dan romantis. Ia tidak menggunakan pengawet apa pun untuk menyajikan produk yang sehat, yang
lepas dari zat-zat kimia. Dengan simile, ia menyamakan konsumen seperti kekasih sehingga
mustahil memberikan produk yang tidak sehat kepada kekasih sendiri. Tanpa pengawet, teh
Sosro akan terus bertahan di ingatan dan menjadi pilihan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Windayanto, R. N. A. (2021). Komparasi muatan gaya bahasa dalam iklan minuman kemasan siap minum: Kajian stilistika. Jurnal Bahasa Dan Sastra, 9(3), 230.
Syahkuan, J., Nimah, S., Azis, M. A., Bakri, A. A., & Absor, S. M. U. (2022). Peranan Jargon pada Iklan Minuman Ringan Teh Botol Sosro. Jurnal Indonesia Sosial Sains, 3(06), 926-932.
Arum, Nurma. 2023. Sejarah Merek Teh Botol Sosro, Sempat Dibagi Gratis di Pasar sampai Ditaruh di Botol Bekas. Dikutip dari https://www.hipwee.com/sukses/kisah-tehbotol-sosro/
Iskandar, M Syahril. 2021. Rayuan Maut Retorika Visual. Bandung: PT Lontar Digital Asia.