Penjual Bunga di Cihideung (KBB) Menunggu Pembeli yang Tak Kunjung Datang

Bandung Barat – Kawasan Cihideung, yang dikenal sebagai salah satu sentra penjualan bunga hias di Kota Bandung, sedang menghadapi tantangan berat akibat hujan deras yang belakangan ini mengguyur tanpa henti. Para penjual bunga di kawasan ini mengeluhkan penurunan drastis jumlah pembeli, terutama dari kalangan wisatawan yang biasanya menjadi pelanggan utama.

Salah satu penjual bunga, Ibu Dedeh, mengungkapkan bahwa sejak hujan turun, pembeli jarang datang. “Biasanya Sabtu-Minggu itu ramai pembeli, terutama dari luar kota. Tapi sekarang, sejak cuaca buruk, pembeli sepi. Kadang dalam seminggu cuma dapat dua pembeli,” tuturnya sambil merapikan pot bunga yang basah terkena percikan air hujan.Salah satu penjual bunga, Ibu Dedeh, mengungkapkan bahwa sejak hujan turun, pembeli jarang datang. “Biasanya Sabtu-Minggu itu ramai pembeli, terutama dari luar kota. Tapi sekarang, sejak cuaca buruk, pembeli sepi. Kadang dalam seminggu cuma dapat dua pembeli,” tuturnya sambil merapikan pot bunga yang basah terkena percikan air hujan.

Hujan deras tidak hanya membuat pembeli enggan datang, tetapi juga memengaruhi kualitas bunga yang dijual. Tanaman yang terpapar hujan terlalu lama rentan rusak dan sulit untuk menarik perhatian pembeli. “Bunga yang terlalu banyak kena hujan jadi cepat layu, apalagi kalau jenisnya sensitif seperti anggrek, Merigol, Pitunia, Salviablue atau mawar,” tambah Ibu Dedeh.

Selain faktor cuaca, ada alasan lain yang menyebabkan sepinya pembeli, seperti kenaikan harga bahan bakar yang berdampak pada biaya distribusi. Banyak pembeli yang biasanya memesan dalam jumlah besar dari luar kota kini mengurangi pembelian mereka karena tingginya ongkos pengiriman.

Pak Iyum, pedagang bunga lainnya, menjelaskan bahwa situasi menjelang pemilu membuat masyarakat cenderung menahan pengeluaran untuk kebutuhan sekunder, termasuk membeli bunga. “Orang-orang lebih memilih menyimpan uang. Apalagi menjelang pemilu, situasi ekonomi selalu terasa tidak pasti,” ujarnya.

Situasi ini memaksa para pedagang mencari cara untuk tetap bertahan. Beberapa di antaranya mulai memanfaatkan platform online untuk menjangkau pembeli yang tidak dapat datang langsung. Namun, adaptasi ini tidak sepenuhnya berhasil, mengingat persaingan di dunia digital semakin ketat.

“Kalau jualan online memang membantu, tapi tetap beda rasanya kalau pembeli datang langsung. Biasanya, kalau lihat bunga di tempat, mereka lebih tertarik beli banyak,” ujar Pak Iyum, salah satu penjual yang sudah lebih dari 10 tahun berjualan di Cihideung.

Kadang-kadang, penjual seperti Pak Iyum hanya mampu menjual dua pot bunga dalam seminggu, angka yang sangat jauh dari rata-rata penjualan mereka di waktu normal. “Kalau begini terus, bingung juga bagaimana kami bisa bertahan,” keluhnya.

Para pedagang berharap cuaca segera membaik dan minat pembeli kembali meningkat. Sementara itu, mereka terus berusaha menjaga stok bunga tetap segar dan hanya bisa menunggy waktu pelanggan tiba dan normal kemabali.

Kawasan Cihideung memang menjadi ikon Bandung yang penuh pesona dengan hamparan bunga berwarna-warni. Dengan dukungan semua pihak, diharapkan kawasan ini dapat terus menjadi daya tarik wisata dan sumber penghidupan bagi para penjual bunga lokal.