Ada satu momen dalam hidup ketika kita berhenti sejenak dan bertanya kepada diri sendiri, “Apa yang sebenarnya ingin saya wujudkan dalam hidup ini?” Pertanyaan ini mungkin muncul di tengah kesibukan, saat kita merasa jenuh, atau bahkan di momen-momen kecil ketika kita memikirkan apa arti dari semua usaha yang telah kita lakukan. Dalam hidup saya, momen itu datang dengan cara yang perlahan tapi pasti, seperti suara kecil yang terus bergema di kepala saya, menyuarakan sesuatu yang saya tahu benar adanya: saya ingin menciptakan sesuatu yang benar-benar milik saya.
Bagi saya, menciptakan sesuatu yang benar-benar milik kita tidak hanya soal memiliki, tetapi soal mencerminkan siapa kita sebenarnya. Saya ingin membangun sesuatu yang memuat nilai-nilai yang saya yakini, impian yang saya miliki sejak lama, dan visi tentang bagaimana saya ingin berkontribusi pada dunia. Bukan hal yang mudah, tentu saja, karena seperti kebanyakan dari kita, saya juga diliputi keraguan. Apa saya bisa melakukannya? Apakah saya punya cukup kemampuan dan keberanian untuk memulai?
Namun, di tengah semua kebimbangan itu, ada satu gagasan yang terus tumbuh, meskipun awalnya hanya berupa ide kecil. Gagasan itu adalah Square One, sebuah konsep yang saat itu masih sangat mentah, tetapi entah bagaimana sudah terasa sangat dekat dengan hati saya. Saya tahu ini bukan sekadar ide bisnis; ini adalah representasi dari perjalanan pribadi saya, sebuah langkah untuk menunjukkan kepada diri saya sendiri bahwa saya mampu mewujudkan sesuatu yang nyata dan bermakna.
Ketika akhirnya saya memutuskan untuk serius dengan ide ini, saya menyadari bahwa langkah pertama selalu yang paling sulit. Ada begitu banyak hal yang harus dipikirkan, begitu banyak hal yang harus dipersiapkan, dan begitu banyak tantangan yang menunggu di depan. Tetapi, saya juga sadar bahwa inilah saatnya untuk berhenti ragu dan mulai melangkah.
Hari itu, ketika Square One benar-benar mulai terbentuk dalam pikiran saya, adalah hari yang penuh dengan campuran emosi. Ada kegembiraan, ada ketakutan, ada harapan, tetapi yang paling penting, ada tekad. Tekad untuk tidak menyerah meskipun jalannya mungkin penuh liku. Tekad untuk terus maju, meskipun saya tahu perjalanan ini akan penuh perjuangan. Hingga akhirnya, pada 15 November 2024, gagasan kecil itu menjadi kenyataan, dan Square One resmi diluncurkan ke dunia.
Namun, seperti halnya setiap perjalanan besar, pencapaian ini bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan panjang yang penuh tantangan, keraguan, dan pelajaran berharga. Dan itulah yang membuatnya begitu berarti.
Babak Pertama: Sebuah Ide yang Mengusik
Semua berawal dari keresahan yang terus menggelayut di pikiran saya, seperti bayangan yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Sebagai seseorang yang aktif di berbagai organisasi, saya sering merasa terjebak dalam rutinitas yang sama, di mana setiap ide kreatif saya seolah dipenjarakan oleh batasan-batasan yang ada. Saya berpartisipasi dalam banyak proyek, bertemu dengan orang-orang luar biasa, dan menyaksikan banyak hal terjadi di sekitar saya, tetapi sering kali, saya merasa ide-ide saya hanya berputar di tempat tanpa bisa diwujudkan secara maksimal.
Saya mulai menyadari bahwa kreativitas saya, yang awalnya saya anggap sebagai kekuatan, sering kali terhambat oleh struktur dan sistem yang ada. Ada begitu banyak ide yang datang dan pergi, tetapi hanya sedikit yang benar-benar bisa saya wujudkan. Setiap kali saya menciptakan sesuatu, entah itu proposal, proyek kecil, atau konsep baru, saya merasa ada sesuatu yang kurang. Terkadang, saya harus mengikuti arahan orang lain, menyesuaikan visi saya dengan harapan atau keterbatasan tim, dan akhirnya ide saya itu terkubur.
Kondisi ini tidak hanya membuat saya frustrasi, tetapi juga menumbuhkan perasaan yang lebih dalam. Saya mulai mempertanyakan, mengapa saya terus harus berada dalam posisi ini? Mengapa saya harus menunggu kesempatan yang datang dari luar? Mengapa saya harus menyesuaikan diri dengan harapan orang lain dan menunda ide-ide saya yang begitu berarti? Pertanyaan-pertanyaan ini terus mengganggu pikiran saya, dan perlahan-lahan mereka menjadi titik balik yang sangat penting dalam hidup saya. Saya sadar, jika saya ingin memiliki kebebasan untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan kreativitas saya dengan cara yang saya inginkan, maka saya harus menciptakan ruang saya sendiri. Ruang yang memungkinkan saya untuk bebas berpikir, merancang, dan mewujudkan ide-ide tanpa batasan.
Inilah yang kemudian menjadi fondasi dari Square One. Sebuah ruang yang tidak hanya untuk saya pribadi, tetapi juga untuk orang-orang yang memiliki visi serupa. Square One bukan hanya sebuah bisnis, tetapi sebuah wadah di mana kreativitas tidak dibatasi oleh apapun. Di situlah saya mulai merumuskan ide awal, mencari cara untuk menggabungkan passion saya dalam dunia periklanan dengan impian besar untuk memberikan dampak.
Namun, seperti halnya setiap langkah besar dalam hidup, membuat keputusan ini bukanlah hal yang mudah. Ada begitu banyak keraguan yang muncul. Banyak malam-malam panjang yang saya habiskan untuk berpikir, merencanakan, dan mempersiapkan langkah pertama, meskipun itu membuat saya merasa lelah dan tertekan. Saya adalah seorang mahasiswa dengan banyak mimpi, tetapi juga dengan sedikit pengalaman di dunia bisnis. Saya belum tahu banyak tentang bagaimana membangun sebuah perusahaan, bagaimana mengelola keuangan, atau bagaimana merancang strategi pemasaran yang efektif. Saya tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah. Setiap langkah akan penuh tantangan dan ketidakpastian.
Namun, di balik semua keraguan dan ketakutan itu, saya juga merasakan dorongan yang kuat. Saya menyadari bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Kegagalan adalah bagian dari proses belajar. Yang lebih penting adalah keberanian untuk mencoba, keberanian untuk melangkah meskipun jalan yang akan ditempuh penuh dengan rintangan. Saya percaya bahwa keinginan untuk mencoba lebih besar daripada ketakutan akan kegagalan, dan itulah yang mendorong saya untuk memulai.
Saya tahu bahwa jika saya tidak melangkah sekarang, maka kesempatan itu mungkin tidak akan datang lagi. Saya memilih untuk mengambil risiko, untuk memulai perjalanan ini meskipun banyak yang belum saya kuasai. Keyakinan itu, walaupun masih rapuh, menjadi bahan bakar yang menyalakan semangat saya untuk melangkah lebih jauh. Pada akhirnya, saya sadar bahwa setiap perjalanan dimulai dengan langkah pertama yang penuh ketidakpastian, namun setiap langkah itu membawa kita lebih dekat pada tujuan yang kita impikan.
Babak Kedua: Menyatukan Puzzle
Memulai Square One tidak hanya tentang menciptakan layanan. Itu juga berarti menciptakan identitas, baik untuk bisnis maupun diri saya sendiri sebagai pendiri.
Proses Riset dan Penemuan
Langkah pertama saya adalah melakukan riset pasar. Saya menghabiskan berminggu-minggu membaca laporan industri, mempelajari tren pemasaran digital, dan mengamati strategi kompetitor. Saya ingin memahami apa yang membuat sebuah advertising agency sukses dan bagaimana saya bisa menciptakan sesuatu yang berbeda.
Dari hasil riset tersebut, saya menemukan bahwa banyak bisnis kecil dan menengah merasa kesulitan dalam memanfaatkan media digital untuk memasarkan produk mereka. Banyak dari mereka menganggap periklanan digital terlalu rumit atau mahal. Inilah celah yang ingin saya isi dengan Square One.
Mencari Nama dan Identitas
Menciptakan nama untuk bisnis saya adalah salah satu bagian paling menarik dari proses ini. Saya menginginkan sesuatu yang sederhana, mudah diingat, tetapi memiliki makna mendalam. “Square One” muncul dari konsep memulai dari awal, sebuah simbol tentang kembali ke dasar dan membangun sesuatu dari titik nol. Tagline kami, “Ideas Start From Here,” adalah pernyataan tentang semangat inovasi dan penciptaan yang menjadi inti dari Square One.
Babak Ketiga: Tantangan di Jalan
Tidak ada perjalanan tanpa tantangan, dan Square One tentu tidak menjadi pengecualian. Ketika saya memutuskan untuk memulai perjalanan ini, saya tahu bahwa rintangan akan selalu ada, tetapi saya tidak menyangka bahwa salah satu tantangan terbesar akan muncul begitu cepat: membangun kepercayaan dari klien. Sebagai sebuah startup yang baru berdiri, Square One belum memiliki portofolio besar yang bisa dijadikan bukti kemampuan kami. Reputasi kami pun masih kosong, sesuatu yang wajar untuk sebuah bisnis baru, tetapi menjadi penghalang yang nyata dalam menjalin kerja sama.
Di tahap awal, saya dan tim sering menghadapi situasi yang membuat kami merasa diuji. Beberapa calon klien, meskipun tertarik dengan ide-ide yang kami tawarkan, merasa ragu untuk bekerja sama. Alasan mereka jelas: “Bagaimana kami bisa percaya pada bisnis yang baru saja dimulai?” Saya memahami kekhawatiran mereka, tetapi tetap saja setiap penolakan yang kami terima terasa seperti tamparan kecil yang mengingatkan saya bahwa jalan yang saya pilih tidaklah mudah.
Namun, saya memilih untuk tidak menyerah pada keadaan. Setiap penolakan saya anggap sebagai masukan berharga. Saya mulai bertanya pada diri sendiri, apa yang bisa kami perbaiki? Apa yang bisa kami tawarkan agar mereka yakin? Setiap kali kami menghadapi calon klien, saya dan tim berusaha memberikan yang terbaik, bahkan jika akhirnya mereka tetap menolak. Pengalaman ini justru mengasah kemampuan kami untuk mendengar, memahami kebutuhan orang lain, dan terus memperbaiki presentasi kami.
Saya juga menyadari bahwa membangun kepercayaan tidak hanya soal berbicara tentang kemampuan, tetapi juga menunjukkan komitmen kami untuk membantu. Untuk itu, kami memulai dengan mengambil proyek-proyek kecil, terkadang dengan bayaran yang jauh di bawah standar, demi mendapatkan pengalaman dan bukti nyata dari apa yang bisa kami capai. Proyek-proyek kecil ini menjadi batu loncatan yang penting, karena dari sana kami mulai mendapatkan testimoni dan rekomendasi. Pelan tapi pasti, kami mulai membangun reputasi kami sendiri, satu langkah kecil setiap waktu.
Selain tantangan dari luar, ada juga tantangan besar yang datang dari dalam: membangun tim yang solid. Saya menyadari bahwa Square One tidak akan pernah berhasil jika hanya mengandalkan diri saya sendiri. Saya membutuhkan orang-orang yang tidak hanya berbakat, tetapi juga bersemangat dan berbagi visi yang sama dengan saya. Mencari individu-individu seperti itu bukanlah hal yang mudah.
Ada momen-momen di mana saya merasa khawatir, apakah saya bisa menemukan tim yang cocok? Apakah saya bisa memotivasi mereka untuk percaya pada mimpi yang sama seperti yang saya miliki? Tetapi, dalam perjalanan ini, saya belajar bahwa ketika kita memiliki niat yang tulus, orang-orang yang tepat akan datang. Saya dikelilingi oleh teman-teman yang tidak hanya mendukung, tetapi juga percaya pada kemampuan saya dan potensi Square One. Dengan dukungan mereka, kami mulai membangun sesuatu yang lebih besar dari sekadar ide: kami menciptakan budaya kerja yang positif, di mana setiap anggota tim merasa dihargai dan memiliki peran penting dalam mencapai tujuan bersama.
Tentu saja, tantangan dalam membangun tim tidak berhenti di situ. Saya harus belajar bagaimana memimpin, bagaimana memberikan arahan tanpa terlihat mendominasi, dan bagaimana menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kreativitas. Saya menyadari bahwa setiap individu dalam tim memiliki kepribadian, kebutuhan, dan cara kerja yang berbeda. Sebagai seorang pemimpin, saya harus fleksibel tetapi tetap tegas, belajar mendengar tetapi tetap memegang kendali.
Seiring waktu, Square One mulai berkembang dari sekadar ide menjadi sebuah kenyataan. Kami mulai bekerja dengan ritme yang lebih teratur, membangun proyek demi proyek yang menunjukkan potensi kami. Saya menyaksikan bagaimana tim ini berubah dari sekelompok individu menjadi sebuah keluarga kecil yang saling mendukung. Setiap tantangan yang kami hadapi, baik itu dari luar maupun dari dalam, membuat kami semakin kuat dan percaya diri.
Kini, ketika saya melihat ke belakang, saya menyadari bahwa semua tantangan itu adalah bagian dari proses yang membentuk kami. Tanpa rintangan-rintangan tersebut, kami mungkin tidak akan tumbuh seperti sekarang. Dan yang paling penting, tantangan itu mengajarkan saya untuk selalu rendah hati, terbuka untuk belajar, dan tidak pernah menyerah pada mimpi yang saya percaya.
Babak Keempat: Hari Peluncuran
15 November 2024 menjadi momen yang tidak akan pernah saya lupakan. Hari itu, Square One resmi diluncurkan. Kami memulainya dengan sederhana, tetapi dengan semangat besar.
Pada malam itu, saya duduk sendiri, merenungkan perjalanan yang telah saya tempuh. Ada rasa bangga, tetapi juga rasa tanggung jawab yang besar. Saya tahu bahwa ini bukan akhir, melainkan awal dari perjalanan panjang yang penuh tantangan dan peluang.
Babak Kelima: Visi Masa Depan
Visi saya untuk Square One tidak hanya tentang kesuksesan finansial, tetapi juga tentang menciptakan dampak. Saya ingin Square One dikenal sebagai tempat di mana ide-ide besar bermula, di mana bisnis dapat tumbuh, dan di mana kami dapat menciptakan kampanye yang bermakna.
Untuk mencapai visi ini, saya tahu bahwa kami harus terus belajar dan beradaptasi. Dunia periklanan digital terus berubah, dan kami harus selalu berada di garis depan inovasi. Saya juga ingin memperluas layanan kami, menjangkau lebih banyak pasar, dan menciptakan hubungan yang kuat dengan klien.
Pelajaran dari Perjalanan Ini
Dari perjalanan ini, saya belajar bahwa membangun bisnis adalah tentang keberanian dan ketekunan. Setiap tantangan adalah peluang untuk tumbuh, dan setiap kegagalan adalah pelajaran untuk sukses.
Bagi Anda yang membaca jurnal ini, terutama mahasiswa yang memiliki impian untuk memulai bisnis, pesan saya adalah: jangan takut untuk mencoba. Dunia ini penuh dengan peluang, tetapi Anda harus berani mengambil langkah pertama.
“Ideas Start From Here.”