Generasi Strawberry adalah istilah yang digunakan untuk menggambarakan generasi muda, khususnya mereka yang lahir setelah tahun 1990-an, yang dianggap memiliki karakteristik serupa dengan buah strawberry : tampak lebih indah dan menarik di luar, tetapi rentan atau mudah hancur di dalam. Kata tersebut ini sering digunakan untuk menggambarkan individu yang dianggap kurang tahan banting dalam menghadapi tekanan dibandingkan generasi sebelumnya.
salah satu aspek yang menarik dari generasi ini adalah pola komunikasinya yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan perubahan nilai-nilai sosial. Dalam salah satu jurnal yang mendeskripsikan tentang buah strawberry, dijelaskan bahwa buah satu ini adalah buah semu yang artinya bukan buah yang sebenarnya. begitupun dimiliki oleh Generasi Z atau generasi muda. generasi yang hebat merupakan generasi yang selalu memiliki mindset positif terhadap masa depan. Dari Buku Strawberry Generation (Rhenaldi Kasali, 2018).
Pada awalnya, istilah ini digunakan sebagai “pelabelan” orang taiwan yang lahir setelah tahun 1981. istilah ini ditunjukan untuk generasi yang mudah layu seperti strawberry (Kristi, 2022). Prof. Rhenaldi Kasali (2018) menjelaskan bahwa di Indonesia generasi strawberry meliputi gen Z dan Gen Milenial. Data BPS tahun 2018 menyebutkan bahwa: Jumlah generasi milenial yang berusia 20-35 tahun mencapai 24% setara dengan 63,4 juta dari 179,1 juta jiwa yang berusia produktif (Prasarti &Prakoso, 2020). Hasil Sensus Penduduk Sementara 2020 menunjukkan penduduk Indonesia didominasi oleh Generasi Z. Jumlahnya mencapai 74,93 juta jiwa atau 27,94% dari total penduduk Indonesia. Generasi Z saat ini diperkirakan berusia 8 hingga 23 tahun.
Kelahiran Strawberry Generation dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk pola asuh orang tua dalam mendidik dan embesarkan anaknya. Kecenderungan orang tua dalam membesarkan anaknya dengan kehidupan yang lebih sejahtera membuat mereka dengan mudah memanjakan(Aulia et al., 2022).
maraknya diskusi mengenai kesehatan mental di media sosial. Prof. Kasali dalam unggahan kanal YouTube Rhenald Kasali, pada Senin 21 Februari 2022, dengan judul video ‘Tahu Tidak Penyembuhan Dibutuhkan Siapa?” menjelaskan bahwa seringkali generasi Strawberry membutuhkan self-healing, penghargaan diri, work life balance yang merupakan kata-kata yang sering sering diucapkan anak muda akhir-akhir ini, mereka juga mengaku mengalami depresi, gangguan mental, quarter life crisis. Pernyataan “Apa saja bisa menyembuhkan” dan kebiasaan remaja membuat diagnosis pribadi terhadap kesehatan mental menjadi dasar kuat untuk mengetahui lebih lanjut terkait dengan pola komunikasi remaja.
“Self Reward yang biasa saya lakukan ya melakukan hal yang dapat menenangkan diri saya walau itu salah tapi setidaknya saya keluar dari zona stress, dengan membeli banyak makanan favorit terus belanja juga bikin hati saya menjadi senang. meskipun boros dikit yang bikin orang tua saya ngomel-ngomel tapi gapapa itu hasil dari kerja keras ku selama ini karna udah nyelesaian berbagai tugas kuliah yang susah” (JN)
SelfReward merupakan suatu istilah yang berasal dari kata self berarti “diri sendiri” dan kata reward berarti penghargaan atau apresiasi. Dengan kata lain, self reward ialah suatu bentuk kegiatan untuk mengapresiasi dan menghargai diri sendiri terhadap pencapaian yang telah diperoleh. Self reward juga bisa dikatakan sebagai bentuk kegiatan memanjakan diri.(Mardiana et al., 2021)Sejatinya, dalam melakukan self reward tak melulu dilakukan saat kita sudah melakukan pencapaian keberhasilan atas target yang telah kita tentukan dan raih. Self reward sendiri bisa dilakukan pada saat menjalani suatu proses pencapaian. Semisal dalam proses menuju pencapaian, ada sedikit halang rintang hingga akhirnya tidak sesuai dengan target atau bisa dikatakan gagal, kita tetap bisa melakukan self reward sebagai bentuk apresiasi dan penghargaan diri atas kerja keras yang telah kita tempuh. Dengan begitu, kita jadi lebih termotivasi dan bersemangat dalam melakukan suatu pencapaian
Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana pola komunikasi generasi ini berkembang di tengah perubahan pesat yang terjadi dalam masyarakat dan teknologi. Kita juga akan melihat tantangan-tantangan yang mereka hadapi serta bagaimana era digital memberikan dampak pada cara mereka berkomunikasi, berinteraksi, dan merasakan dunia sekitar mereka.
- Definisi dan Karakteristik Generasi Strawberry
Sebelum menggali lebih dalam, penting untuk memahami apa yang dimaksud dengan “Generasi Strawberry.” Istilah ini muncul untuk menggambarkan kelompok muda yang cenderung lebih sensitif, mudah terluka, dan memiliki kecenderungan untuk melindungi diri dari stres atau tekanan sosial. Biasanya, generasi ini mengacu pada individu yang lahir pada rentang waktu antara 1995 hingga 2010—mereka yang tumbuh besar bersama dengan perkembangan teknologi digital yang sangat pesat.
Ciri utama yang menonjol pada generasi ini adalah:
- Sensitivitas yang tinggi: Mereka lebih peka terhadap masalah sosial, emosi, dan mental. Ini mungkin terkait dengan keterbukaan mereka terhadap diskusi tentang kesehatan mental yang lebih intens dibandingkan dengan generasi sebelumnya.
- Tingkat stres yang lebih tinggi: Terkena informasi yang terus-menerus dan ekspektasi yang besar membuat banyak anggota generasi ini mengalami kecemasan, depresi, dan gangguan psikologis lainnya.
- Keterhubungan digital: Mereka tumbuh dalam dunia yang didominasi oleh media sosial, gadget, dan koneksi internet tanpa batas, yang memungkinkan mereka untuk selalu terhubung dan mendapat akses ke informasi global. Kehidupan yang terfragmentasi: Teknologi memberikan kenyamanan dan kemudahan, tetapi juga membuat kehidupan mereka lebih terpecah, dengan batasan yang kabur antara waktu pribadi, sosial, dan profesional.
faktanya generasi strawberry ini selalu ingin mendapatkan sesuatu secara instan, padahal segala sesuatu tidak bisa didapatkan secara mudah, tetapi harus membutuhkan perjuangan keras terkadang sulit. sehingga ketika mereka mendapatkan hal yang rumit/susah, bukannya berusaha mereka cenderung akan lari dari hal tersebut.
dari karakteristik generasi strawberry diatas, adapun tantangan dalam menghadapi tantangan pola komunikasi dengan mereka seperti Kurangnya keterampilan komunikasi interpersonal Ketergantungan pada komunikasi digital membuat sebagian generasi ini kurang terampil dalam berkomunikasi secara langsung, dan Generasi strawberry sering kali menghadapi tekanan untuk selalu terlihat sempurna di media sosial, yang memengaruhi cara mereka berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.
berikut tantangan pola komunikasi Generasi Strawberry :
- cenderung kurang terampil dalam berkomunikasi secara langsung, karna ketergantunganpada media sosial yang membuat generasi ini kehilangan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan komunikasi (Public Speaking) yang baik.
- tekanan sosial di media sosial, tekanan mereka ingin selalu sempurna di media sosial. mereka merasa kehidupan di media sosial itu harus ideal. kecemasan ini menyebabkan mereka harus memenuhi standar kecantikan, atau kesuksesan yang tidak realistis.
- Overload Informasi Hidup di era informasi yang melimpah membuat generasi strawberry harus menghadapi tantangan untuk memilah mana informasi yang relevan dan mana yang tidak. Ketidakmampuan untuk memfilter informasi ini sering kali menyebabkan stres atau kecemasan.
- Kesenjangan Antar Generasi, Pola komunikasi mereka sering kali dianggap tidak sesuai dengan ekspektasi generasi sebelumnya, seperti generasi baby boomer atau generasi X. Ketidaksepahaman ini dapat menciptakan konflik dalam keluarga atau lingkungan kerja.
- Ketergantungan pada Validasi Eksternal, Generasi ini cenderung mengukur keberhasilan atau kebahagiaan mereka berdasarkan jumlah “like,” “view,” atau komentar di media sosial. Ketergantungan pada validasi eksternal ini dapat menyebabkan rasa tidak percaya diri jika ekspektasi mereka tidak terpenuhi.
Peluang yang dapat dimanfaatkan oleh generasi strawberry seperti Keterampilan digital generasi ini dapat dimanfaatkan dalam dunia kerja yang semakin bergantung pada teknologi, dan Kemampuan generasi strawberry untuk menyuarakan isu-isu penting melalui media sosial dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan gerakan sosial, kampanye lingkungan, dan inisiatif masyarakat lainnya.
- Kreativitas tanpa Batas
Generasi strawberry dikenal sebagai generasi yang kreatif. Mereka mampu memanfaatkan teknologi untuk menciptakan konten yang menarik, seperti video pendek di TikTok atau ilustrasi digital di Instagram. Pola komunikasi ini tidak hanya menarik perhatian audiens tetapi juga membuka peluang karier di dunia kreatif. - Kemampuan Multitasking dan Adaptasi Cepat
Tumbuh di tengah perkembangan teknologi membuat generasi ini memiliki kemampuan multitasking yang tinggi. Mereka dapat dengan mudah berpindah dari satu platform ke platform lain untuk menyelesaikan tugas atau berkomunikasi. - Kesadaran Sosial yang Tinggi
Isu-isu seperti kesehatan mental, keberagaman, dan keberlanjutan menjadi fokus utama dalam komunikasi generasi strawberry. Mereka menggunakan platform digital untuk menyuarakan pendapat dan mendorong perubahan sosial. - Kemudahan Akses terhadap Informasi dan Pendidikan
Era digital memberikan mereka akses yang luas terhadap sumber daya belajar, mulai dari tutorial di YouTube hingga kursus online di platform seperti Coursera atau Udemy. Ini memungkinkan mereka untuk terus berkembang secara pribadi dan profesional.
generasi Strawberry, meskipun sering dianggap rentan terhadap tekanan sosial dan emosional, juga memiliki potensi yang sangat besar dalam memanfaatkan teknologi digital dan media sosial untuk berkomunikasi dan berkontribusi pada perubahan sosial. dengan kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perkembangan teknologi, mereka dapat memanfaatkan media sosial untuk membangun karier, berinovasi, dan mengkampanyekan isu-isu sosial yang penting. namun, mereka juga harus belajar untuk mengelola tekanan sosial dan emosional yang datang dengan kecanduan media sosial dan berusaha mengembangkan.
Strategi meningkatkan Pola Komunikasi Generasi Strawberry :
- Mengembangkan Literasi Digital
Literasi digital yang baik akan membantu mereka memilah informasi dengan bijak dan menghindari dampak negatif dari konsumsi media berlebihan. - Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Meski komunikasi digital mendominasi, penting bagi generasi ini untuk tetap mengembangkan kemampuan komunikasi tatap muka agar hubungan sosial mereka tetap kuat. - Mendorong Diskusi Konstruktif
Menghindari konflik tidak selalu menjadi solusi terbaik. Generasi strawberry perlu belajar untuk berdiskusi secara konstruktif tanpa merasa terancam atau tidak nyaman. - Mengurangi Ketergantungan pada Media Sosial
Penting bagi mereka untuk mempraktikkan digital detox secara berkala agar kesehatan mental tetap terjaga. - Membentuk Komunitas yang Mendukung
Generasi ini dapat memanfaatkan media digital untuk membangun komunitas yang mendukung, di mana mereka dapat berbagi pengalaman dan saling membantu.
Pola komunikasi generasi strawberry di era digital mencerminkan perpaduan antara kerentanan dan daya tarik yang unik. Mereka menghadirkan cara baru dalam berinteraksi dan menyampaikan pesan yang lebih personal, visual, dan kreatif. Namun, mereka juga menghadapi tantangan besar, seperti tekanan sosial, overload informasi, dan cyberbullying.
Dengan pemahaman yang mendalam tentang karakteristik dan kebutuhan mereka, generasi ini dapat mengoptimalkan potensi mereka di era digital. Dukungan dari lingkungan sosial, keluarga, dan institusi pendidikan juga sangat penting untuk membantu mereka menghadapi berbagai tantangan. Dengan demikian, generasi strawberry tidak hanya akan bertahan, tetapi juga berkembang menjadi generasi yang tangguh, inovatif, dan berkontribusi secara positif bagi masyarakat.
Dampak Pola Komunikasi Generasi Strawberry terhadap Masyarakat :
- Transformasi dalam Dunia Kerja, Generasi strawberry membawa pendekatan yang lebih fleksibel dan kreatif dalam dunia kerja. Mereka mendorong perusahaan untuk lebih adaptif terhadap teknologi dan kebutuhan karyawan yang dinamis, seperti kerja jarak jauh dan jam kerja fleksibel.
- Peningkatan Kesadaran terhadap Isu Sosial, Dengan kemampuan mereka dalam menyampaikan pesan melalui media digital, generasi ini telah meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu-isu penting, seperti keberlanjutan, inklusivitas, dan kesehatan mental.
- Perubahan dalam Pola Konsumsi Media, Generasi strawberry mengubah cara media diproduksi dan dikonsumsi. Mereka lebih memilih format yang interaktif, ringkas, dan personal. Hal ini mendorong media konvensional untuk beradaptasi agar tetap relevan.
- Inovasi dalam Pendidikan dan Pelatihan, Dengan preferensi mereka terhadap teknologi, generasi strawberry telah mendorong inovasi dalam pendidikan, seperti penggunaan aplikasi belajar interaktif, gamifikasi, dan kelas daring.
Kelahiran Strawberry Generation dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk pola asuh orang tua dalam mendidik dan membesarkan anaknya. Kecenderungan orang tua dalam membesarkan anaknya dengan kehidupan yang lebih sejahtera membuat mereka dengan mudah memanjakan(Aulia et al., 2022). Mahasiswa yang merupakan bagian dari generasi mudah saat ini sebagian besar termasuk sebagai Strawberry Generation, mengapa begitu karena melihat respon teman dekat yang merupakan sesama mahasiswa mereka sering sekali mengeluh akan hal yang mereka hadapi di perkuliahan. Mereka adalah generasi yang memiliki banyak ide dan gagasan kreatif tapi mudah menyerah dan gampang sakit hati.
Strawberry Generation, sebutan generasi manja zaman sekarang, perlu dilatih agar tidak berpikir melalui jalan pintas. Namun untuk melakukannya dibutuhkan kerelaan mereka, tidak bisa melalui paksaan.Memberikan beberapa nasehat bagi orang tua, pendidik dan generasi muda kita; belajarlah dari mereka yang berhasil,siaplah menerima kritik sertamilikilahmindsetpenerobos dan penantang kesulitan.
Daftar Pustaka :
Fauzi, F. I., & Tarigan, F. N. (2023). Strawberry Generation: Keterampilan Orangtua Mendidik Generasi Z. Jurnal Consulenza: Jurnal Bimbingan Konseling dan Psikologi, 6(1), 1-10.
Claretta, D., Rachmawati, F., & Sukaesih, A. (2022). Communication pattern family and adolescent mental health for strawberry generation. International journal of science and society, 4(3), 73-93.