Buat seorang designer sudah pasti bukan hal yang asing ga sih bahkan udah melekat banget sama kata keindahan, harmoni, dan estetika. Di dalam mendesain, bukan Cuma main menempatkan suatu objek ataupun elemen secara sembarangan tanpa aturan khusus. Semuanya pasti punya aturan yang terhitung dan pertimbangan yang selaras sama ilmu desain biar menghasilkan suatu karya desain yang bukan hanya mengandung keindahan tetapi juga fungsional dan kenyamanan nya terutama untuk audiens yang menerima pesannya.
Apasih maksud dan tujuan adanya perhitungan dalam desain? Sebelumnya kalian pernah ga sih lihat desain yang rasanya terlihat berantakan, ga terlihat estetik, bahkan kalian bingung apa pesan yang sebenernya disampaikan oleh desainer. Nah, itu bisa terjadi kalau penempatan elemen-elemennya ga sesuai dengan hierarki layout yang tepat, kaya salahnya penggunaan warna, jaraknya yang ga konsisten dan membingungkan, sama pemilihan tipografi seperti font yang ga tepat. Kalau sudah seperti itu, ga heran kita sebagai penerima pesannya bakal menghasilkan persepsi yang melenceng dari apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh desainer.
Biar menghindari kesalahan persepsi dan ambiguitas ke pesan yang disampaikan, seorang desainer harus bisa menyusun desain sebaik mungkin nih. Caranya dengan perbandingan estetika dan fungsionalnya yang seimbang. Biar seimbang antara estetika dan fungsional, disini saya akan menjelaskan caranya. Tapi sebelum itu pastinya saya akan memberikan pengenalan terlebih dahulu agar teori yang disampaikan lebih mudah dipahami.
MENGAPA LAYOUT DAN TIPOGRAFI PENTING DALAM DESAIN VISUAL?
Sebagai anak Desain Komunikasi Visual, saya merasakan seberapa penting memahami layout dan tipografi. Keduanya itu sesuatu yang romatis, karena satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Jika membuat poster yang menyantumkan kata-kata pasti tak sembarangan menempatkannya, kita memerlukan tata letak atau layout yang baik. Untuk menarik perhatian audiens kita harus bisa menempatkan elemen tipografi sesuai kebutuhan dan fungsinya juga. Misalnya saya akan membuat judul. Tentunya saya harus memikirkan bagaimana sih agar judul itu menjadi objek pertama yang dilihat audiens? Biasanya untuk judul kan berukuran lebih besar daripada tulisan lainnya, judul pun cukup memiliki jarak dengan objek lain agar terlihat lebih jelas biasanya, lalu memakai warna yang kontras agar terlihat paling berbeda. Dan biasanya seringkali kalian pun melihat judul diletakkan ditengah bukan? Nah itupun sudah termasuk kedalam layouting pada tipografi.
Selain yang disebutkan tadi, dengan adanya pengaturan layout pun bisa menentukan arah baca. Ko bisa sih? ya seperti mulai membacanya dari mana dan berakhir dimana. Jadi audiens tidak akan bingung, apalagi jika konten nya tentang panduan tata cara melakukan sesuatu. Jika penempatan layout objek dan tipografinya salah, waduh bisa cukup mengerikan ya apalagi jika tidak mencantuman nomor urut. Karena rata-rata arah baca dimulai dari arah kiri ke kanan. Selain itu mata kita pasti membaca dari tulisan yang berukuran paling besar dulu lalu ke arah yang kecil. Jika penggunaanya terbalik makan audien akan salah tangkap. Jadi gimana? Sudah cukup paham bukan seberapa pentingnya layout dan tipografi yang saling berkaitan itu.
Sebenarnya secara tidak sadar kita sudah paham dan mengerti terkait penempatan objek yang lebih ‘pantas’ berada dimana. Namun menurut saya semuanya masih terasa abstrak, karena tidak bisa menjelaskan dan bingung jika ditanya “lebih bagus di sebelah mana? Kenapa harus diletakkan disana?” tapi kita sadar bahwa itu terlihat kurang pas tapi tidak bisa berkata-kata untuk menjelaskannya. Karena untuk bisa lebih memahami dan bisa menjelaskan secara teoritis harus memiliki jam terbang yang cukup, salah satunya sering berkarya maupun sering melihat referensi. Ketika kita sudah cukup mengerti, kita akan menghasilkan desain yang efektif dengan layout yang harmonis dan penggunaan tipografi yang tepat, serta sampai pesan pada kontennya kepada audiens. Untuk itu, saya akan memberikan penjelasan dasar terkait pengoptimalan penggunaan layout dan tipografi pada desain.
LAYOUT
Menurut dari salah satu buku yang saya baca, Rustan menjelaskan:
Layout adalah penataan tata letak satu atau beberapa elemen pada sebuah media. (2020, 10)
Tentunya layout sangat penting dalam proses mendesain karena sangat berpengaruh terhadap persepsi yang dihasilkan oleh audiens serta kenyamanan saat melihat desainnya. Sebelum langsung menjelaskan cara penyusunan layout, mari kita mengenal terlebih dahulu beberapa penjelasan dasar terkait layout salah satu yang akan saya ulik adalah prinsip desain. Pada buku yang sama dijelaskan beberapa prinsip desain sebagai berikut:
A. Prinsip Desain
1. Keseimbangan (Balance)
Keseimbangan artinya sama rata dan ga berat satu sisi aja atau berat sebelah. Pasti kurang nyaman bukan jika kita melihat sesuatu tidak proposisi kesannya akan seperti tidak professional. Untuk menyelesaikan permasalahan layout seperti itu, prinsip desain balance ini dibagi jadi tiga nih. Keseimbangan simetris, misalnya dimana elemen-elemen ditata sama besarnya di kedua sisi, jadi kelihatan stabil dan seimbang. Terus ada keseimbangan asimetris, yang pake elemen-elemen dengan ukuran atau bentuk yang beda buat tampilan yang lebih dinamis dan modern. Terakhir, ada keseimbangan radial, di mana elemen-elemen ditempatkan melingkar atau berpusat di satu titik, biasanya buat menarik perhatian ke bagian tengah desain.
2. Kontras (Contrast)
Kontras dalam desain adalah cara buat bikin elemen-elemen terlihat berbeda satu sama lain biar tau mana yang ingin ditonjolkan dengan jelas. Contohnya, teks putih di atas latar belakang hitam punya kontras tinggi, jadi gampang dibaca. Sama juga kalau bedain ukuran atau warna antara judul dan isi teks biar bantu pembaca buat tau mana sih yang utama dan mana yang sekadar pendukung.
Kontras ini nggak cuma soal warna, tapi juga bisa dari ukuran, bentuk, atau bahkan tekstur. Dengan kontras, desain bakal kelihatan lebih dinamis dan nggak monoton, plus bikin orang lebih gampang nangkap info penting. Kontras juga bisa kasih kesan tertentu juga, misalnya warna-warna cerah bisa menarik perhatian lebih cepat dan kesannya enerjik, sedangkan warna lembut menuju ke nuansa tenang dan elegan.
3. Penekanan (Emphasis)
Penekanan itu prinsip yang membantu kita buat menarik perhatian ke bagian tertentu dari desain, misalnya kayak judul atau elemen penting lainnya. Dalam desain, kita pengen orang langsung tahu bagian mana yang harus dilihat duluan. Contohnya, judul biasanya dibuat lebih besar atau warnanya lebih mencolok dibanding teks lainnya biar gampang dikenali.
Buat kasih penekanan, kita bisa atur ukuran, warna, atau posisi elemen tertentu biar lebih menonjol dari elemen lain. Bayangin aja kalau kita bikin poster acara, pasti pengennya judul acara atau tanggalnya gampang dilihat, kan? Nah, penekanan ini yang bikin pembaca bisa cepat nemuin info penting. Dengan ngasih penekanan di elemen yang tepat, desain kita jadi lebih efektif buat menyampaikan pesan.
4. Proporsi (Proportion)
Proporsi itu soal perbandingan ukuran antara satu elemen dengan elemen lain. Dalam desain, proporsi bisa jadi panduan buat pembaca tentang mana yang lebih penting atau mana yang perlu dilihat duluan. Biasanya, elemen yang lebih besar bakal kelihatan lebih penting dan langsung menarik perhatian. Misalnya, di poster, judul biasanya dibuat lebih besar daripada info tambahan lainnya.
Proporsi juga bantu bikin desain kelihatan seimbang, karena ngasih struktur dan hierarki yang jelas. Dengan proporsi yang pas, desain bakal kelihatan lebih teratur, dan informasi jadi lebih gampang dipahami. Jadi, kalau mau bikin sesuatu lebih menonjol, cukup atur proporsi elemen itu biar lebih besar atau lebih mencolok daripada elemen lainnya.
5. Kesatuan (Unity)
Kesatuan dalam desain itu berarti semua elemen saling bekerja sama dan terlihat seperti bagian dari satu kesatuan yang utuh. Kalau elemen-elemen dalam desain punya kesatuan, desainnya jadi terlihat rapi dan nggak berantakan, jadi orang yang lihat juga gampang paham.
Buat mencapai kesatuan, kita bisa pakai elemen-elemen yang konsisten, seperti warna yang sama, font yang seragam, atau gaya ilustrasi yang nyambung. Misalnya, kalau desain kita pakai tema warna ungu, semua elemen dalam desain sebaiknya punya nuansa ungu. Kesatuan ini bantu bikin tampilan desain lebih harmonis dan pesan yang disampaikan jadi lebih jelas. Desain yang punya kesatuan bakal kelihatan lebih profesional dan nggak bikin bingung pembaca.
6. Irama (Rhythm)
Irama dalam desain itu kayak ngulang elemen-elemen dengan cara yang konsisten buat bikin pola tertentu. Irama ini bikin desain kelihatan lebih teratur dan nyaman dilihat. Ada beberapa jenis irama yang bisa dipakai, seperti irama reguler, di mana elemen-elemen berulang dengan cara yang teratur. Ada juga irama progresif, di mana pola elemen berubah sedikit-sedikit, misalnya ukuran yang perlahan makin besar. Irama acak juga bisa dipakai buat bikin pola yang nggak teratur tapi tetap menarik.
Dengan irama, desain jadi terasa lebih dinamis dan bisa ngebimbing pandangan orang yang lihat desain ke arah tertentu. Contohnya, kalau kita ngulang bentuk lingkaran di seluruh desain, orang akan langsung ngerti pola itu dan mengikuti alurnya. Dengan irama, desain bakal lebih menarik dan mengalir.
7. Penjajaran (Alignment)
Penjajaran itu cara buat nyusun elemen-elemen dalam desain biar kelihatan rapi dan teratur. Coba bayangkan aja, teks yang nggak sejajar pasti bakal kelihatan berantakan dan susah dibaca. Penjajaran itu bikin elemen-elemen dalam desain terasa saling terhubung, jadi tampilannya lebih konsisten dan profesional. Misalnya, di poster atau majalah si teks biasanya dijajarkan ke kiri atau kanan, jadi ada garis yang jelas dan bikin mata gampang untuk ngikut alurnya. Dengan penjajaran yang pas, desain jadi lebih rapi, dan informasi pun lebih mudah dicerna pembaca.
8. Ruang Kosong (White Space)
Ruang kosong atau white space itu area di sekitar elemen-elemen desain yang dibiarkan kosong tanpa konten. Meskipun keliatannya simpel, ruang kosong ini sebenernya penting banget buat ngasih “nafas” di desain biar nggak kelihatan terlalu padat dan berat. Ruang kosong ini bisa bikin elemen-elemen desain jadi lebih menonjol dan desain jadi keliatan lebih rapi.
Misalnya, kalau kita bikin suatu poster yang penuh gambar dan teks, ruang kosong di sekitar elemen-elemen itu bakal bantu buat bedain setiap elemen kan jadi desainnya lebih mudah dilihat dan dipahami. White space juga sering dipake di desain minimalis buat ngasih kesan bersih dan elegan. Kalau ruang kosongnya pas, desain kita bakal keliatan lebih profesional dan nyaman buat dilihat.
9. Hierarki (Hierarchy)
Cara kita ngatur elemen-elemen dalam desain biar ada urutan kepentingan yang jelas itu disebut hierarki visual. Jadi, mata pembaca bakal langsung tertuju ke elemen yang paling penting dulu, baru ke elemen lainnya yang lebih mendukung. Dalam hierarki visual, kita bisa pake ukuran, warna, posisi, atau kontras buat ngebuat perbedaan.
Misalnya, judul yang ukurannya lebih gede dan tebal biasanya bakal diliat pertama kali sama pembaca sebelum mereka liat elemen lainnya yang berukuran lebih kecil. Dengan hierarki yang pas, pembaca bakal gampang tahu informasi mana yang paling penting dan gimana cara bacanya. Hierarki ini bikin pembacanya bakal lebih mudah paham pesan di dalam desainnya itu apa dan ngasih alur yang jelas buat mata mereka.
B. Penempatan Konten
Penempatan KontenPenempatan konten kaya teks, gambar, grid, dan kolom dalam desain itu langkah penting buat bikin tata letak yang rapi, gampang dipahami, dan tentunya eye catching. Dengan ngatur elemen-elemen ini secara baik, kita bisa bikin aliran visual yang memandu mata pengguna ke informasi yang paling penting.
1.Penempatan Teks
Untuk teks, pertama-tama pahami hierarki visual karena informasi yang lebih penting harus lebih terlihat, biasanya dengan ukuran yang lebih besar atau warna yang kontras. Judul dan subjudul sebaiknya diletakkan di tempat yang mudah dilihat dan diberi sedikit ruang kosong di sekitarnya (white space) supaya lebih menonjol dan gampang dibaca.
Kalau ada paragraf panjang, coba bagi jadi beberapa kolom kalau ruangnya cukup memungkinkan. Ini bakal bikin bacanya lebih enak dan desain jadi lebih terstruktur. Jangan sampai teks terlalu dekat dengan tepi atau elemen lain, karena bisa bikin desain terasa sesak dan bikin bingung pembacanya.
2. Penempatan Gambar
Gambar itu elemen visual yang sangat kuat dan bisa langsung menarik perhatian. Kalau mau pakai gambar biar efektif, coba atur ukuran gambar sesuai sama peran atau fungsimya dalam desain yang kalian buat. Gambar utama yang penting buat pesan bisa dibuat lebih besar dan ditempatkan di tengah atau atas agar langsung menarik perhatian.
Kalau ada beberapa gambar, coba variasikan ukuran dan atur jaraknya biar nggak tumpang tindih atau kelihatan berlebihan dan crowded. Pastikan juga gambar-gambar tersebut relevan dengan konten dan mendukung pesan yang ingin disampaikan, jangan sampai malah bikin orang jadi fokus ke gambar dan lupa sama elemen penting lainnya.
3. Penggunaan Grid
Grid itu struktur yang bermanfaat banget buat bikin elemen-elemen di desain keliatan rapi dan selaras. Kalau pakai grid, desainer bisa naruh teks, gambar, dan elemen lainnya di posisi yang konsisten, jadi ritme desainnya lebih teratur. Pilih grid yang sesuai dengan jenis desain kaya misalnya, grid 3 kolom cocok buat majalah atau konten yang butuh ruang lebih buat teks dan gambar.
Setiap elemen bagusnya tetap di garis grid biar hasilnya lebih rapi dan kelihatan profesional. Grid juga bantu menjaga keseimbangan antara elemen besar dan kecil, bikin desain lebih enak dilihat dan nggak bikin mata bingung pas liat desainnya.
4. Penggunaan Kolom
Kolom itu efektif banget buat tata letak yang penuh teks, kayak di majalah, artikel, atau blog. Dengan membagi teks ke beberapa kolom, desain jadi lebih gampang dibaca dan nggak kelihatan terlalu padat. Buat konten yang panjang, pakai dua atau tiga kolom bisa bikin pembaca nggak perlu geser terlalu jauh dari satu baris ke baris selanjutnya, jadi lebih enak diikuti. Selain itu, kasih jarak yang cukup antara kolom juga penting supaya desain nggak terlihat berantakan atau terlalu rapat.
Penempatan konten dalam kolom yang rapi bisa bantu bikin aliran visual yang alami, jadi pembaca bisa mengikuti info dari kiri ke kanan atau atas ke bawah dengan nyaman.
Secara keseluruhan, ngatur konten dalam desain visual perlu perencanaan yang matang biar tiap elemen punya ruang cukup dan saling ngedukung satu sama lain dan keliatan harmonis. Dengan prinsip-prinsip ini, desainer pemula bisa bikin tata letak yang terstruktur dan efektif, ngasih pengalaman visual yang bikin pembaca lebih mudah paham isi konten.
C. Cara Penyusunan Layout
Penyusunan layout yang baik bisa dimulai dengan proses yang bertahap dan terstruktur, terutama untuk desainer pemula. Dibawaht ini adalah panduan lengkap untuk nyusun layout dalam beberapa langkah kunci:
1. Creative Brief
Creative brief adalah panduan dasar yang merangkum kebutuhan dan tujuan desain. Di dalamnya, biasanya ada info penting kayak siapa target audiensnya, pesan utama yang mau disampaikan, gaya visual yang diinginkan, dan batasan tertentu seperti warna atau elemen spesifik yang harus dipakai. Brief ini membantu desainer supaya punya pemahaman yang jelas tentang arah dan tujuan proyek.
Sebagai langkah awal, creative brief ini ngasih gambaran keseluruhan yang bakal memengaruhi setiap aspek desain nantinya. Dengan panduan ini, desainer jadi lebih mudah buat nentuin elemen apa aja yang perlu ada dalam layout, gimana nuansa desainnya, dan cara penyampaian yang paling tepat supaya tujuan desain tercapai.
2. Media & Spesifikasi
Menentukan media dan spesifikasi desain itu langkah penting berikutnya. Media di sini itu maksudnya adalah platform atau tempat dimana desain bakal ditampilkan, kayak majalah, poster, situs web, atau aplikasi mobile. Setiap media punya karakteristik dan kebutuhan khusus, misalnya ukuran, orientasi (portrait atau landscape), dan resolusi yang berbeda.
Contohnya nih kalau desain buat media cetak butuh resolusi tinggi (300 dpi) biar hasil cetaknya tajam dan jelas, nah kalau untuk desain digital biasanya cukup 72 dpi. Spesifikasi ini penting diatur dari awal biar ga ada kesalahan di hasil akhirnya. Desainer perlu memastikan kalau mereka paham kebutuhan teknisnya, jadi setiap elemen layout bisa tampil dengan kualitas terbaik di media yang dituju.
3. Memilah Konten
Langkah berikutnya adalah memilah konten, yaitu ngatur informasi apa aja yang bakal masuk ke dalam layout. Di tahap ini, desainer akan buat kelompok konten dari tingkat kepentingannya. Biasanya, konten utama kayak judul, subjudul, atau pesan penting bakal lebih ditonjolkan, sementara info pendukung bisa ditampilkan lebih sederhana.
Memilah konten juga termasuk pilih gambar, ikon, atau elemen grafis lain yang bisa nambahin nilai estetika dan fungsi desain. Dengan memilah konten dari awal, desainer bisa menentukan urutan dari penempatan yang sesuai sama alur visual. Ini bakal bantu pengguna bisa nangkep pesan yang pengen disampaikan dengan jelas dan ngikutin alur yang udah direncanain tanpa kebingungan.
4. Brainstorm Thumbnails
Brainstorm thumbnails itu adalah tahap dimana desainer bikin sketsa layout dalam bentuk kecil-kecil buat coba-coba berbagai ide. Thumbnail ini biasanya jadi rancangan awal yang simpel, di mana desainer ngulik komposisi, penempatan teks, dan gambar dalam ukuran mini. Lewat thumbnail, desainer bisa eksplor ide-ide dengan cepat dan lihat mana yang paling pas sama brief. Di tahap ini, elemen-elemen masih dicoba-coba tanpa harus detail.
Biasanya, satu desain bisa punya beberapa thumbnail dengan variasi layout, biar desainer bisa bandingin dan pilih komposisi yang paling efektif. Bikin thumbnail juga bikin hemat waktu, karena ide bisa dicoba dan direvisi cepat tanpa harus langsung kerja di komputer.
5. Prototype di Komputer
Setelah punya ide layout dari thumbnail, langkah selanjutnya adalah bikin prototype atau mockup yang lebih detail di komputer. Di tahap ini, desainer mulai memindahkan sketsa layout ke software desain seperti Adobe Illustrator, InDesign, atau Canva, biar tampilan jadi lebih akurat. Desainer akan nentuin warna, font, ukuran, dan posisi setiap elemen secara lebih spesifik.
Prototype ini jadi gambaran layout akhir yang mirip sama hasil jadinya nanti. Dengan bantuan komputer, desainer juga bisa coba-coba variasi warna, gaya font, atau efek tertentu yang nggak bisa dicoba pas bikin thumbnail. Langkah ini ngebantu desainer buat memastikan semua elemen saling melengkapi dan hasil akhirnya terlihat harmonis.
6. Testprint dan Persiapan
Langkah terakhir dalam menyusun layout adalah melakukan testprint atau uji cetak untuk memastikan desain tampil sesuai harapan di media cetak, sekaligus mempersiapkan file untuk produksi akhir. Di tahap testprint ini, desainer bakal cek detail warna, ketajaman gambar, dan ukuran teks. Kadang, warna di layar komputer beda sama hasil cetaknya, jadi testprint penting banget buat lihat hasil akhirnya. Kalau ada kesalahan kecil, masih bisa diperbaiki sebelum masuk ke proses cetak massal yaitu dicetak langsung dengan jumlahnya yang banyak.
Selain testprint, persiapan file juga perlu dilakukan dengan benar, kayak menyimpan dalam format yang pas (misalnya PDF untuk cetak), memastikan resolusi tinggi, dan cek ulang elemen layout supaya hasil akhir maksimal.
PENGGUNAAN TIPOGRAFI DALAM LAYOUT
Tipografi adalah salah satu elemen penting dalam desain visual yang nggak cuma memengaruhi estetika, tapi juga kenyamanan dan keterbacaan informasi yang mau disampaikannya. Dalam penggunaannya, tipografi harus dipilih dengan cermat supaya bisa mendukung keseluruhan layout, menciptakan keseimbangan antara elemen visual, dan memastikan pesan bisa diterima sama audien dengan jelas. Pemilihan font yang tepat, pengaturan ukuran, jarak antar huruf (kerning), serta warna yang mendukung estetika dan keterbacaan, semuanya perlu diperhatikan supaya desain nggak cuma menarik, tapi juga efektif dalam menyampaikan pesan ke audiens.
Salah satu aspek penting dari tipografi dalam layout adalah hierarki visual yang jelas, yang memberi petunjuk ke audiens tentang bagian mana yang paling penting. Sama kaya apa yang saya bahas diatas tadi, caranya yakni pakai ukuran font yang berbeda untuk judul, subjudul, dan body text. Misalnya, judul utama biasanya lebih besar dan tebal, subjudul sedikit lebih kecil, dan body text lebih kecil lagi supaya nyaman dibaca. Selain itu, jarak antar elemen teks, baik antar paragraf maupun antar huruf juga penting buat menciptakan kesan rapi dan terstruktur. Jarak antar huruf (kerning) dan antar kata (tracking) harus pas biar teks gampang dibaca dan nggak terasa sempit atau terlalu renggang. Pengaturan spasi antar baris (leading) juga penting untuk bikin teks nyaman dibaca, jadi nggak terlalu padat dan memudahkan pembaca buat ikuti alur informasi.
Dalam memilih font untuk layout juga pastikan saat pilih fontnya sesuai dengan konteks desainnya. Pemilihan font yang tepat bisa memperkuat pesan yang ingin disampaikan. Misalnya, buat desain formal dan profesional, font serif seperti Times New Roman atau Garamond bisa kasih kesan serius dan terstruktur jadi cocok buat desai formal. Tapi kalau buat desain yang lebih kreatif dan santai bisa pakai font sans-serif atau script yang ngasih nuansa ringan dan modern. Pemilihan warna buat tipografi juga berperan besar buat visibilitas dan nuansa. Warna kontras antara teks dan latar belakang bikin teks lebih mudah dibaca, sementara warna yang lebih lembut atau serasi bisa memberi tampilan yang lebih halus dan elegan.
Tips Penerapan Tipografi dalam Layout
1.Pilih Font yang Tepat
Pilih jenis font yang sesuai sama tujuan dan audiens desain kamu. Font serif biasanya dipakai buat desain yang kesannya lebih formal, nah kalau font sans-serif lebih cocok buat tampilan yang modern dan simpel. Kalau mau tampilan yang lebih kreatif atau tematik, kamu bisa coba font script atau display.
2. Atur Ukuran Font dengan Bijak
Pilih ukuran font yang pas untuk tiap bagian teks. Judul sebaiknya dibuat lebih besar dan mencolok, sementara subjudul bisa sedikit lebih kecil. Untuk body text, pastikan ukurannya cukup nyaman dibaca, tapi tetap jelas tanpa mengurangi keterbacaan.
3. Gunakan Hierarki Visual yang Jelas
Gunakan perbedaan ukuran font, ketebalan, dan warna buat bikin hierarki visual yang jelas. Ini bakal ngebantu audiens buat tahu bagian mana yang lebih penting dan harus dilihat duluan.
4. Jaga Jarak yang Seimbang
Pastikan spasi antara huruf, kata, dan baris cukup lebar agar teks jadi lebih mudah dibaca. Kalau terlalu rapat, teks bisa jadi susah dibaca, sementara kalau terlalu renggang, bisa ganggu aliran visualnya.
5. Pilih Kontras Warna yang Tepat
Pastikan ada kontras yang cukup antara teks dan latar belakang supaya teks gampang dibaca. Hindari pakai warna yang terlalu mirip antara teks dan latar belakang, karena ini bisa bikin teks susah dibaca, apalagi di media digital.
6. Konsistensi
Dalam satu desain harus pakai font yang konsisten jangan terlalu banyak juga. Kalau kita pakai banyak font bisa bikin desain terlihat berantakan. Lebih baik pakai satu atau dua jenis font aja. Satu buat judul dan satu lagi buat body text. Dengan begitu, desain bakal lebih rapi dan mudah dibaca.
7. Pertimbangkan Responsivitas
Tipografi yang dipakai pastinya harus bisa menyesuaikan dengan berbagai ukuran layer atau display kalau desainnya dipakai di format digital. Lalu untuk teks harus tetap readibility di berbagai perangkat seperti dari komputer, tablet, sampai ponsel.
8. Perhatikan Ruang Kosong
Sisakan ruang kosong di sekitar teks agar desainnya nggak kelihatan penuh sesak dan lebih enak dilihat. Ruang kosong (white space) juga penting buat menonjolkan elemen teks utama, jadi pembaca bisa lebih fokus dan pesan yang ingin disampaikan jadi lebih mudah dipahami.
V. KESIMPULAN
Penyusunan layout yang tepat itu penting banget dalam desain visual, karena berkaitan dengan penempatan elemen-elemen kaya teks, gambar, grid, dan kolom yang harus disusun secara sistematis dan terstruktur. Kalau penempatan konten tepat, kita bisa bikin audien mengikuti aliran desain yang kita inginkan, desain pun rapi, mudah dipahami, dan pastinya menarik. Teks juga perlu disusun dengan memperhatikan hierarki visual pastinya, kaya mulai dari ukuran, warna, hingga jarak antar elemen biar teks gampang dibaca dan nggak terkesan sesak. Gambar juga harus ditempatkan dengan bijak, sesuai dengan peranannya dalam desain, dan pastinya mendukung pesan yang mau disampaikan.
Penggunaan tipografi yang tepat juga nggak kalah penting dalam layout. Dengan tipografi yang jelas, kita bisa bikin hierarki visual yang membantu pesan desain disampaikan dengan mudah. Pemilihan font yang sesuai, pengaturan ukuran font, dan perhatian pada spasi antar elemen teks bakal berpengaruh ke kenyamanan dan keterbacaannya. Warna tipografi juga punya peran penting buat meningkatkan visibilitas dan bangun nuansa yang pas sesuai tujuan desain.
Secara keseluruhan, layout yang terorganisir dan tipografi yang tepat bakal bikin desain visual lebih efektif dalam menyampaikan pesan dan ngasih kenyamanan ke audien. Dengan memahami prinsip-prinsip ini, desainer pemula bisa menghasilkan desain yang nggak cuma menarik, tapi juga mudah dipahami dan tentunya fungsional.
Sumber : buku Layout 1, layout 2, dan tipografi 1 yang ditulis oleh Surianto Rustan