Maraknya Penggunaan AI di Ranah Seni

Artificial Intelligence, atau yang biasa kita sebut AI adalah sebuah teknologi buatan manusia yang saat ini sedang marak dikembangkan oleh para peneliti dan ilmuan. AI adalah sejenis kecerdasan buatan yang dapat memimik aktivitas atau kepribadian manusia. AI bisa dibilang memnag dilatih untuk bisa membantu kita manusia dalam berbagai hal, mereka dibuat karena adanya suatu maslaah atau problem yang ingin diselesaikan. AI saat ini sering dan banyak digunakan secara tidak langsung, beberapa contoh penerapannya ada chatbot, virtual assistant, pengolahan teks, pengolahan gambar, dan lain sebagainya. Penggunaan AI tidak dapat dipungkiri membantu manusia dalam berbagai aspek, namun kita tidak dapat menutup mata pada faktor negatif maraknya AI terutama pada beberapa pekerjaan.

PENDAHULUAN

Meski memiliki banyak manfaat dalam mempermudah manusia dalam berbagai aspek, AI juga memiiki masalah dan dampak negatifnya sendiri bagi manusia yang mungkin tidak semua orang sadari. Beberapa komunitas justru secara tegas berharap untuk adanya batasan dan hukum yang jelas mengenai AI tersebut, salah satu komunikas tersebut adalah para pekerja seni, seperti designer, illustrator, penulis, voice aktor, dan pekerja seni lain.

Maraknya bot AI yang dapat membuat karya ilustrasi atau karya tulis tentu menjadi perhatian para pekerja seni. AI dapat membuat karya dalam sekejap dalam hitungan detik hanya dengan beberapa kata kunci. Tercatat, AI dapat membuat puluhan hingga ratusan gambar dalam sekejap yang sangat tidak sebanding dengan waktu yang digunakan oleh para pekerja seni umumnya yang membutuhkan lebih banyak waktu untuk membuat suatu karya orisinil. Selain hal diatas, masih banyak alasan yang membuat para pekerja seni tidak menyetujui adanya AI ini. Berikut adalah sedikit pandangan lain dari pekerja seni tentang AI dan keinginan kita untuk kedepannya.

APA ITU AI? BAGAIMANA CARA KERJANYA?

AI atau Artificial Intelligence adalah sebuah program komputer yang dapat merkayasa kecerdasan manusia sehingga dapat memudahkan kita sebagai manusia dalam berbagai hal, seperti pekerjaan ringan, bantuan arah, dan lainnya. AI sudah lama dikembangkan oleh banyak peneiti bahkan sejak tahun 1900 an yang dimana masih berbentuk teori-teori tentang mesin komputer atau kecerdasan buatan oleh beberapa filsf seperti George Boole, Alfred North Whitehead, dan Bertrand A. W. Russell. Perkembangan AI semakin meningkat semenjak ditemukannya mesin komputer seperti komputer dan internet pada tahun 2000an. Sejak saat itu, para peneliti semakin gencar untuk menbuat sebuah kecerdasan buatan yang kini kita kenal seperti sekarang. beberapa penemuan para peneliti yang menjadi pionir seperti World Wide Web atau WWW oleh Tim Berners-Lee pada 1989 dan Internet of Things oleh Kevin Ashton pada 1999.

Lalu bagaiman tepatnya cara kerja AI, terutama pembuatan gambar atau AI? Pada umumnya ada beberapa perusaaan AI yang menyediakan fitur ini, seperti MidJourney, OpenAI (chatGPT), monica.im, Pixir Neuralwriter, dan lain sebagainya. Cara kerja convert AI cukup simple, pada umumnya kita hanya perlu memberikan AI tersebut perintah untuk melakukan sesuatau dan AI tersebut akan ‘membuat’ gambar sesuai dengan keinginan kita. Cara kerja generator AI ini sama dengan penggunaan ChatGPT pada umumnya yang dimana kita diharuskan untuk berinteraksi atau membuat perintah sebelumm AI tersebut dapat melakukan sesuatu.

MASALAH AI DAN KONTROVERSINYA

Meski dengan banyaknya manfaat yang dapat AI berikan kepada kita, hal itu tidak menjamin AI tidak memiliki dampak negatif. Salah satu kontroversi sendiri dari adanya AI, terutama convert AI adalah pada pelanggaran etika dan kemungkinan hak cipta. Sudah banyak para pekerja seni yang tidak mendukung adanya convert AI karena dianggap dapat merusak esensi dari seni itu sendiri. Tak hanya merusak esensi, adanya convert AI ini juga pada memusnahkan para pekerja seni jika terus berlnajut tanpa adanya aturan jelas

Menurut salah satu komikus terkenal yang banyak membantu untuk pembuatan komik MARVEL, yaitu Ario Anindito berpendapat bahwa yang salah dari AI adalah penggunaan asset dan data mereka yang secara tidak langsung mengambil data atau style dari artis-artis yang sudah ada. AI mengambil asset tersebut dan mereplika atau menempel dan menyatukan banyak karya kedalam satu karya baru yang diinginkan. Hal tersebut tentu merugikan karena secara tidak langsung AI tersebut mencuri karya dari artis atau seniman lain tanpa seizin pemiliknya. AI dapat secara terang-terangan mengambil hak cipta karya orang lain, dan pada umumnya para deveoper atau perusahaan AI tidak peduli akan pengambilan data secara tidak etis tersebut.

Salah satu contohnya seperti MidJourney, MidJourney adalah salah satu developer AI art yang paling banyak digunakan. Sudah tercatat ada ratusan hingga ribuan data para pekerja seni dari banyak negara yang diambil asset dan artstyle nya agar dapat menjadi bahan data AI mereka tanpa persetujuan bahkan copyright dari sang pekerja seni. Hal tersebbut tentulah sangat tidak etis dan beretika karena sudah dapat masuk kedalam pencurian data pribadi. Seharusnya para developer tersebut dapat dipenjarakan, namun perlu banyak peraturan baru bagi AI sebelum hal itu dapat terllaksana dengan baik.

Selain masalah hak cipta dan pencurian karya, terdapat maslaah etika yang cukup mengganggu. Masalah etika tersebut adalah kemungkinan besar adanya perubahan makna dan esensi seni itu sendiri jika AI mengambil ranah seni ini secara menyeluruh. Seni pada dasarnya adalah sebuah aktivitas yang menggunakan hati dan perasaan, salah satu hal yang membuat karya mahal dan bermakna adalah adanya effort atau hasil tangan manusia yang mencerminkan perasaan manusia tersebut secara visual. Hal tersebutlah yang tidak bisa diduplikasi oleh AI, AI secara terang-terangan membuat karya seni sebagai sekedar bentuk visual tanpa rasa dan jiwa yang berpegang teguh pada kapitalisme. AI akan merusak pimikiran para pelanggan atau masyarakat umum bahwa karya seni itu murah dan tidak pantas bernilai jutaan, padahal nilai dari seni itu bukan hanya pada hasil karnyanya, namun pada cerita atau pemikiran mendalam sang artis.

DAMPAK ADANYA AI

Salah satu dampak utama adanya AI ini adalah banyaknya penyalahgunaan gambar atau suara yang dibuat AI untuk berbagai bentuk kejahatan seperti penipuan atau bahkan pelecehan. Orang-orang yang tidak bertanggung jawab bisa saja membuat gambar deepfake yang tidak senonoh untuk melecehkan atau mempermalukan seseorang yang tidak bersalah, mengambil suara artis atau suara orang yang kita kenal untuk menipu dan berpura-pura menjadi artis atau orang terdekat kita dalam telepon. Hal tersebut tentu bisa mengancam ketentraman masyarakat sendiri jika tidak dihadapi dengan serius.

Dalam bidang seni sendiri, AI terutama convert AI bisa saja membahayakan profesi mereka. AI terbilang adalah opsi murah dan cepat untuk mendapatkan hasil karya seni dan semakin lama perusahaan yang kapitalis akan lebih tertarik pada AI dibanding mengambil artis sungguhan sebagai pekerja seni. Jika itu terus berlanjut maka profesi para pekerja seni tentu akan terancam. Meskipun para pekerja seni bisa bertahan dan beradaptasi dengan adanya teknologi tersebut, tetap saja kekhawatiran mereka valid dan perlu ditindak lanjuti.

Tak hanya itu, developer AI ini pada umumnya mencuri data-data yang ada di media sosial sebagai bahan untuk pelatihan AI mereka yang bisa dibilang merupakan peretasan data pribadi. Pencurian data ini juga yang akan dan bisa berdampak pada para pekerja seni karena AI akan secara tidak langsung menggunakan atau mengolah karya dan artstyle kalian tanpa perizinan dan hak cipta yang jelas dari sang developer AI itu sendiri.

APA YANG HARUS DILAKUKAN?

Untuk mencegah dampak AI yang jauh lebih uruk, terutama pada ranah pekerja seni tentu ada beberapa hal yang sepatutnya dilakukan oleh kita dan pemerintah. Hal yang paling bisa dan seharusnya dilakukan oleh pemerintah baik di Indonesia dan seluruh dunia adalah untuk membuat peraturan secara tertulis tentang AI secara tegas dan menguntungkan semua pihak. Sebagai peemrintah, sudah sepatutnya mereka melindungi seluruh bagian masyarakat dari ancaman yang bisa terjadi. Perusahaan AI diluar sana pun hanya bisa sedikitnya ditekan jika terdapat UUD atau larangan tertulis atas perampasan data dan asset pribadi seseorang kedalam AI.

Lalu apa yang bisa dilakukan kita sebagai masyarakat? terdapat beberapa langkah terutama untuk para pekerja seni itu sendiri untuk setidaknya menghindari pencurian gambar dan artsyle dari AI yang semakin marak.

Untuk masyarakat umum yang bukan merupakan pekerja seni, akan sangat dianjurkan untuk menghindari penggunaan AI terutama convert AI sebagai bentuk protes dan menghargai para pekerja seni. Bisa dimulai dengan mengsupport para pekerja seni dengan memakai jasa mereka dibanding AI atau sekedar ikut menyuarakan keresahan para pekerja senipun sudah sangat membantu.

Untuk para pekerja seni, terutama para illustrator cara paling aman untuk menghindari karya kaliam dicuri oleh AI adalah dengan menggunakan proteksi khusus di karya gambar kalian sehingga AI kesulitan untuk mempelajari artstyle kalian. Beberapa aplikasi yang bisa digunakan untuk melimdungi karya kalian antara lain seperti aplikasi Glaze dan Nightshade. Kedua aplikasi tersebut merupakan aplikasi yang sejauh ini paling ampuh untuk melindungi karya kalian, namun kekurangannya adalah aplikasinya yang berat dan agar sulit digunakan. Selain kedua aplikasi tersebut, bisa juga menggunakan tool lain seperti AI Disturbance Brush yang ada di ibisPaint sebagai bentuk cara kalian untuk menghindari pencurian oleh AI.

Berhibung pemakaian Glaze terbilang cukup sulit dan memerlukan beberapa step, kita juga bisa memakai cara.app. App tersebut dapat mempermudah kalian dalam mlindungi karya kalian karena hanya tinggal post gambar atau unggah gambar kalian kedalam web dan web akan secara otomatis melindungi karya kalian. Dalam penggunaan Glaze, semakin kita mencoba untuk menghilangkan efek Glaze pada karya kita, semakin rusak pula karyanya dan sulit untuk dideteksi dan ditiru. Hal tersebut sudah terbukti ampuh karena sejauh ini AI akan kesulitan untuk mencuri data dan artstyle para pekerja seni dengan sulitnya keterbacaan sistem jika dilindungi Glaze.

Jika kita melindungi karya kita dengan beberapa aplikasi atau alat diatas, ada kemungkinan AI untuk kesulitan mendeteksi dan mempelajari artstyle kita. Sudah beberapa kali dilakukan percobaan dan hasilnya jika kita melindungi karya kita, hasil generate yang dibuat AI berbeda jauh dengan karya yang dibuat, yang menandakan AI tidak bisa mendeteksi karya kita.

Selain perlindungan karya, penting untuk terus menyuarakan protes atas penggunaan AI yang berlebihan. Hingga sejauh ini, bahkan sudah ada yang menggunakan gambar AI untuk ranah komersil seperti buku dan lainnya yang sudah sangat tidak etis. Tak hanya itu, kini sudah banyak media sosial yang menggunakan dan mendevelop AI di aplikasi mereka yang tentu menjadi ancaman bagi para pekerja seni. Hal tersebut yang seakan mendorong kita untuk kita untuk terus menyuarakan dan mendesak pemerintah untuk mengadakan peraturan secara tegas mengenai AI dan penggunaannya.

KESIMPULAN

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa AI atau Artificial Intelligence adalah sebuah alat kecerdasan buatan yang dibuat manusia sejak era 200an. Teknologi ini dapat merekayasa aktivitas dan kepribadian manusia dan diharapkan untuk bisa membantu kita dalam banyak hal. AI pada umumnya banyak membantu kita, terlebih di era saat ini yang segalanya berfokus pada media online. Namun, dibalik banyaknya benefit yang bisa kita dapatkan, AI juga memiliki beberapa dampak buruk terutama untuk para pekerja seni, seperti designer, illustrator, editor, animator, voice aktor, dan lain sebagainya. Dampak buruk tersebut tentu dapat menjadi masalah dan kekhawatiran yang akan terus membesar nantinya, maka dibutuhkan solusi untuk mencegah hal tersebut.

Untuk mencegah dampak negatif dari AI, dapat beberapa hal yang bisa dilakukan. Hal yang paling sederhana adalah dengan ikut serta dalam aksi protes dan tolak AI. Teruslah mengsupport artis-artis lokal dan gunakan jasa mereka baik untuk pribadi atau brand sebaik mungkin. Jangan pula lupa untuk selalu lindungi karya kalian dengan aplikasi atau tools yang bisa memblokir komputer AI untuk mengambil data dan asset kita agar artstyle kita tetap terindung dari generator AI yang saat ini semakin canggih akibat seringnya mereka untuk dilatih dengan berbagai data dan asset.

referensi :

voaindonesia.com – Penggunaan Teknologi “AI” Jadi Kontroversi, Seniman Digital Indonesia: Sesuatu yang Tak Bisa Dihindari

graduate.binus.ac.id – Sejarah Singkat tentang Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence)