28 June 2025
Naumi Putri Aprilya
Program Studi Keuangan Perbankan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Komputer Indonesia, Bandung, Indonesia
naumi.21523003@mahasiswa.unikom.ac.id
Abstrak
Kemasan pintar dengan indikator freshness merupakan inovasi kemasan modern yang mampu memberikan informasi visual mengenai kondisi kesegaran makanan secara real-time. Teknologi ini bekerja dengan memanfaatkan bahan-bahan peka pH atau suhu, seperti antosianin dari kol ungu, ubi ungu, dan rosella, maupun indikator sintetis seperti bromothymol blue dan methyl red. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan efektivitas dan potensi penerapan kemasan pintar pada produk makanan UMKM. Dengan metode deskriptif kualitatif berbasis studi literatur dan analisis konten ilmiah, ditemukan bahwa indikator freshness dapat mendeteksi penurunan mutu makanan melalui perubahan warna yang jelas, serta memberikan nilai tambah dalam aspek keamanan pangan dan pemasaran. Meski demikian, terdapat tantangan seperti kestabilan bahan, potensi migrasi zat, dan keterbatasan biaya produksi. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, lembaga riset, dan pelaku usaha sangat dibutuhkan untuk memperluas penerapan teknologi ini di kalangan UMKM secara berkelanjutan.
Kata kunci: kemasan pintar, indikator freshness, antosianin, UMKM, keamanan pangan
Abstrak
Smart packaging with freshness indicators is a modern packaging innovation that provides real-time visual information about the freshness condition of food. This technology works by utilizing pH- or temperature-sensitive materials, such as anthocyanins derived from red cabbage, purple sweet potato, and roselle, as well as synthetic indicators like bromothymol blue and methyl red. This study aims to describe the effectiveness and potential application of smart packaging in MSME food products. Using a qualitative descriptive method based on literature studies and scientific content analysis, the findings show that freshness indicators can detect food quality degradation through clear color changes, while also offering added value in terms of food safety and marketing. However, challenges remain, such as material stability, potential chemical migration, and production cost limitations. Therefore, collaboration between the government, research institutions, and business actors is necessary to promote the sustainable adoption of this technology among MSMEs.
Keywords: smart packaging, freshness indicator, anthocyanin, MSMEs, food safety
PENDAHULUAN
Pernah nggak sih kamu beli makanan kemasan, tapi ragu apakah isinya masih segar atau sudah basi? Nah, masalah ini ternyata nggak cuma dirasakan konsumen, tapi juga jadi tantangan besar buat para pelaku UMKM di bidang makanan. Di tengah persaingan pasar yang makin ketat, UMKM butuh cara baru agar produknya nggak cuma aman dikonsumsi, tapi juga menarik perhatian pembeli. Salah satu solusinya adalah dengan memakai kemasan pintar yang dilengkapi indikator freshness.
Kemasan pintar ini bisa berubah warna kalau makanan di dalamnya sudah nggak segar atau suhunya berubah terlalu lama. Jadi, konsumen bisa langsung tahu kondisi makanan hanya dari melihat kemasannya—praktis dan jelas! Selain bikin produk kelihatan lebih modern, teknologi ini juga bantu jaga kepercayaan pelanggan dan bisa jadi nilai plus yang bikin produk UMKM tampil beda di pasaran.
Lewat artikel ini, kita akan bahas kenapa kemasan pintar ini penting banget buat UMKM, gimana cara kerjanya, dan gimana penerapannya bisa jadi langkah inovatif untuk menghadirkan makanan yang lebih aman dan tentunya lebih menarik.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis penerapan teknologi kemasan pintar dengan indikator freshness dalam produk makanan UMKM. Metode ini dipilih karena memungkinkan peneliti untuk menjelaskan fenomena berdasarkan data empiris yang telah dipublikasikan sebelumnya serta observasi terhadap praktik yang terjadi di lapangan. Pengumpulan data dilakukan melalui tiga teknik utama, yaitu studi literatur, observasi dokumen visual, dan analisis konten dari laporan ilmiah. Studi literatur mencakup penelusuran jurnal nasional dan internasional, skripsi, artikel ilmiah, serta e-book yang membahas kemasan pintar dan indikator freshness, dengan sumber utama di antaranya dari ScienceDirect, jurnal UNEJ, dan berbagai repository perguruan tinggi di Indonesia.
Selain itu, dilakukan observasi terhadap dokumentasi produk UMKM dan riset eksperimental yang telah menguji efektivitas indikator alami seperti ekstrak kol ungu, ubi ungu, dan rosella dalam mendeteksi perubahan pH atau suhu. Dalam analisis, digunakan metode kualitatif tematik, yaitu mengelompokkan temuan berdasarkan tema utama seperti jenis indikator yang digunakan, efektivitas perubahan warna terhadap kesegaran produk, serta tantangan dan peluang implementasi pada skala UMKM. Pendekatan ini membantu memberikan gambaran menyeluruh mengenai potensi kemasan pintar sebagai solusi inovatif yang aplikatif dan terjangkau. Seluruh data dianalisis secara interpretatif, tanpa manipulasi statistik, namun tetap mengacu pada parameter ilmiah seperti pH, kadar TVB, perubahan warna, dan tingkat kesegaran yang telah ditetapkan dalam penelitian terdahulu.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penerapan kemasan pintar dengan indikator freshness telah banyak diteliti dan terbukti efektif dalam mendeteksi penurunan mutu makanan, khususnya produk segar seperti buah-buahan, ikan, dan daging. Salah satu jenis indikator yang banyak digunakan adalah indikator alami berbasis antosianin, senyawa pewarna yang terdapat dalam tanaman seperti kol ungu, ubi ungu, dan bunga rosella. Sebuah penelitian oleh Irawan (2023) menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak kol ungu sebagai indikator pada kemasan buah melon potong mampu memberikan informasi visual yang akurat mengenai kesegaran produk. Perubahan warna pada label indikator (pH 7–9) berkorelasi dengan perubahan pH, kandungan vitamin C, dan karakteristik organoleptik buah. Semakin lama penyimpanan, warna indikator berubah dari biru ke merah muda, menandakan terjadinya degradasi kualitas.
Studi serupa dilakukan pada produk perikanan. Kemasan pintar yang menggunakan ekstrak ubi ungu sebagai indikator untuk memantau kesegaran filet ikan patin menunjukkan perubahan warna yang konsisten dengan penurunan mutu, baik secara organoleptik maupun kimiawi. Indikator ini sensitif terhadap perubahan suhu dan pH, yang menunjukkan bahwa antosianin merupakan pilihan bahan yang efektif dan ramah lingkungan untuk kemasan pintar UMKM.
Selain pewarna alami, indikator pH sintetis seperti bromothymol blue (BTB), methyl red (MR), dan bromocresol purple (BCP) juga telah diuji secara ilmiah. Penelitian oleh Fitri dan tim (2022) menemukan bahwa BTB dan MR yang ditempelkan pada kemasan daging ayam dapat mendeteksi pembusukan dengan sangat jelas. Dalam waktu 24 jam penyimpanan di suhu ruang, indikator mengalami perubahan warna dari biru ke kuning (BTB) dan dari merah ke kuning (MR), yang sejalan dengan kenaikan pH daging dan meningkatnya kadar total volatile base nitrogen (TVB-N), yaitu senyawa yang menandakan pembusukan.
Kemasan pintar tidak hanya berfungsi sebagai indikator keamanan pangan, tetapi juga dapat meningkatkan daya tarik produk UMKM. Konsumen merasa lebih percaya dan nyaman karena mereka bisa langsung mengetahui kondisi makanan tanpa harus membukanya. Hal ini juga menjadi keunggulan kompetitif yang penting dalam pasar makanan modern yang semakin menuntut transparansi dan kualitas tinggi. Namun, adopsi teknologi ini oleh UMKM masih menghadapi tantangan, seperti keterbatasan biaya produksi, ketersediaan bahan indikator yang stabil, serta kebutuhan akan pelatihan teknis dalam aplikasinya. Beberapa peneliti juga menggarisbawahi pentingnya memastikan keamanan bahan indikator agar tidak bermigrasi ke makanan, serta pentingnya penggunaan bahan film kemasan yang bersifat biodegradable dan food-grade.
Secara keseluruhan, kemasan pintar dengan indikator freshness merupakan solusi inovatif yang menjanjikan untuk meningkatkan keamanan, kualitas, dan nilai jual produk UMKM. Teknologi ini bukan hanya relevan secara ilmiah, tetapi juga memiliki potensi besar secara ekonomi dan sosial, terutama jika didukung oleh kebijakan dan kolaborasi lintas sektor.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kemasan pintar dengan indikator freshness merupakan inovasi yang efektif untuk meningkatkan keamanan dan daya tarik produk makanan, terutama bagi pelaku UMKM. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa indikator alami seperti antosianin dari kol ungu, ubi ungu, dan rosella mampu mendeteksi penurunan mutu makanan melalui perubahan warna yang mudah diamati, sedangkan indikator sintetis seperti bromothymol blue dan methyl red juga menunjukkan efektivitas tinggi dalam memantau kesegaran produk daging. Teknologi ini tidak hanya memberikan informasi visual tentang kondisi makanan, tetapi juga meningkatkan kepercayaan konsumen dan nilai jual produk. Namun, penerapannya masih menghadapi tantangan seperti kestabilan bahan, potensi migrasi senyawa ke makanan, dan biaya produksi yang mungkin belum terjangkau semua UMKM. Oleh karena itu, diperlukan dukungan dari pemerintah, lembaga riset, dan akademisi untuk menyediakan pelatihan, akses bahan baku yang aman, dan pengembangan formula yang lebih stabil serta ekonomis. UMKM juga disarankan mulai mengadopsi teknologi ini secara bertahap agar produk yang dihasilkan lebih aman, menarik, dan mampu bersaing di pasar yang semakin kompetitif.
DAFTAR PUSTAKA
Fitri, R. N., Kurniawati, N., & Wahyuni, N. (2022). Uji Kemasan Pintar Menggunakan Indikator pH Bromothymol Blue dan Methyl Red untuk Menentukan Kesegaran Daging Ayam Broiler. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), 13(1), 25–31.
Irawan, R. (2023). Pembuatan Label Indikator Ekstrak Kol Ungu untuk Menentukan Kesegaran Buah Melon Potong pada Suhu Chiller (Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia). UPI Repository.
Lestari, D. H. (2023). Kemasan Pintar Berbasis Ekstrak Ubi Ungu sebagai Indikator Kesegaran Filet Ikan Patin pada Suhu Chiller. Academia.edu.
Zhang, Y., Kong, W., & Xie, W. (2023). Anthocyanin-based smart packaging for monitoring food freshness: Recent advances and future perspectives. Chemical Engineering Journal, 465, 142840.