MENGENAL PENTINGNYA PENGENDALIAN INTERNAL PADA SUATU ORGANISASI


Pengendalian Internal berperan penting dalam menjaga keberlanjutan dan keberhasilan suatu organisasi. Organisasi yang dimaksud adalah organisasi seperti bisnis, lembaga pemerintah, maupun organisasi nirlaba. Dengan adanya pengendalian internal yang efektif, perusahaan tidak hanya dapat melindungi asetnya, namun juga bisa memastikan bahwa tujuan dan strategi perusahaan dapat tercapai secara efisien sesuai dengan peraturan yang berlaku. Jika suatu perusahaan tidak menerapkan pengendalian internal, perusahaan tersebut beresiko menghadapi berbagai permasalahan dan kegagalan mencapai tujuan yag telah ditetapkan.

Pengendalian internal dilihat dari sudut pandang akuntansi memegang peranan yang sangat penting dalam menjaga keandalan laporan keuangan. Sistem pengendalian internal yang efektif dapat memastikan bahwa laporan keuangan yang disusun mematuhi prinsip akuntansi yang berlaku dan mencegah kesalahan dan pemalsuan laporan. Karena, pengendalian internal membantu menjaga integritas data keuangan sehingga para pemangku kepentingan dapat membuat keputusan yang lebih baik berdasarkan laporan yang akurat.

Dengan adanya artikel ini, diharapkan dapat menambah wawasan terkait pengertian, tujuan, dan komponen, dan juga prinsip-prinsip pengendalian internal dalam suatu organisasi. Saya berharap dengan memahami lebih dalam mengenai pengendalian internal, pembaca dapat menerapkan prinsip-prinsip tersebut untuk meningkatkan kinerja dan tata kelola perusahaan.

DEFINISI PENGENDALIAN INTERNAL

Pengendalian Internal adalah proses yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, dan personal lain dalam organisasi untuk memberikan keyakinan yang memadai terkait percapaian tujuan (Wakhyudi, 2018).

Pengendalian internal adalah suatu proses yang dirancang dan dilaksanakan untuk membantu manajemen dalam memastikan pencapaian tujuan operasional, keandalan laporan keuangan, dan kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku. Pengendalian internal mencakup kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk meminimalkan risiko kesalahan, kecurangan, dan ketidakpatuhan (Mulyadi, 2017).

Jadi, secara umum pengertian pengendalian internal adalah suatu proses pada organisasi dalam mengecek ketelitian, keakurasian, serta efektivitas dan efisiensi dari suatu proses bisnis untuk mencapai tujuan tertentu. Pengendalian internal juga digunakan perusahaan untuk melindungi aset-aset di dalam perusahaan serta digunakan untuk memastikan kepatuhan terhadap kebijakan dan peraturan yang berlaku.

Lalu apa sih tujuan dari Pengendalian Internal?

Tujuan utama dari pengendalian internal adalah untuk meminimalkan risiko, mencegah terjadinya kesalahan, serta memberikan jaminan yang memadai bahwa berbagai aktivitas dan proses dalam suatu organisasi atau perusahaan dapat berfungsi dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Pengendalian internal dimaksudkan untuk mencapai beberapa tujuan penting, yaitu:

  1. Keandalan Penyajian Laporan Keuangan Pengendalian internal dimaksudkan untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang disusun oleh suatu organisasi dapat diandalkan dan akurat. Melalui sistem pengendalian yang tepat, organisasi dapat menghindari kesalahan pencatatan dan manipulasi data yang dapat merugikan pemangku kepentingan internal dan eksternal. Hal ini juga membantu menjaga transparansi dan kredibilitas laporan keuangan yang disampaikan kepada pemangku kepentingan.
  2. Menjaga Keamanan Properti Perusahaan dan Catatan Perusahaan/Organisasi Salah satu tujuan utama pengendalian internal adalah untuk melindungi aset dan sumber daya organisasi dari kehilangan, pencurian, atau penyalahgunaan. Selain itu, pengendalian internal memastikan bahwa catatan dan dokumen penting organisasi dikelola dengan baik, disimpan dengan aman, dan diakses serta digunakan dengan tepat bila diperlukan.
  3. Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan Pengendalian internal juga berfungsi untuk memastikan bahwa organisasi mematuhi semua hukum, peraturan, dan kebijakan lokal dan internasional yang berlaku. Mematuhi peraturan ini tidak hanya melindungi organisasi Anda dari risiko hukum, namun juga menciptakan reputasi positif di mata masyarakat dan pemangku kepentingan.
  4. Efektivitas dan Efisiensi Operasional Sistem pengendalian internal yang efektif membantu organisasi meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasionalnya.
    Melalui prosedur yang jelas, pengendalian yang tepat, dan pemantauan rutin, organisasi dapat mencapai tujuan operasional dengan lebih efisien, mengurangi sumber daya yang terbuang, dan memaksimalkan hasil seluruh aktivitas yang dilakukan.

Menurut tujuannya, sistem pengendalian internal dapat dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu pengendalian internal akuntansi dan pengendalian internal administratif, yang masing-masing memiliki fokus dan fungsi yang berbeda namun tetap saling melengkapi dalam menjaga integritas serta kelancaran operasional suatu perusahaan.

  1. Pengendalian Internal Akuntansi (Internal Accounting Control) berfokus pada pengelolaan dan pengawasan terhadap seluruh aspek yang berkaitan dengan akuntansi dan keuangan perusahaan. Pengendalian ini mencakup berbagai prosedur yang dirancang untuk memastikan bahwa transaksi keuangan dicatat dengan akurat dan tepat waktu, serta bahwa laporan keuangan yang dihasilkan dapat dipercaya dan bebas dari kesalahan atau manipulasi. Beberapa aspek penting dalam pengendalian internal akuntansi meliputi persetujuan yang tepat atas setiap transaksi, pemisahan antara fungsi-fungsi yang berkaitan dengan operasional perusahaan, seperti pemisahan antara fungsi pencatatan transaksi dan fungsi pengeluaran kas, serta penyimpanan yang aman dan pencatatan yang rapi atas semua aset perusahaan. Pengawasan fisik atas kekayaan perusahaan, seperti inventaris dan peralatan, juga merupakan bagian dari pengendalian internal akuntansi, untuk memastikan bahwa tidak ada barang atau aset yang hilang atau disalahgunakan. Dengan adanya pengendalian ini, risiko kecurangan, kesalahan pencatatan, atau penyalahgunaan sumber daya dapat diminimalkan, serta perusahaan dapat memastikan bahwa pengelolaan keuangan dilakukan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
  2. Pengendalian Internal Administratif (Internal Administrative Control) lebih berfokus pada aspek non-keuangan yang berkaitan dengan efisiensi operasional dan kepatuhan terhadap kebijakan serta prosedur yang ditetapkan oleh manajemen perusahaan. Pengendalian administratif bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi usaha secara keseluruhan, dengan memastikan bahwa semua aktivitas perusahaan dijalankan dengan cara yang optimal dan sesuai dengan tujuan strategis perusahaan. Ini mencakup upaya untuk mendorong karyawan dan seluruh bagian organisasi untuk mematuhi kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh pimpinan perusahaan, agar semua aktivitas berjalan dengan lancar dan sesuai dengan standar yang diinginkan. Beberapa contoh pengendalian administratif meliputi penggunaan analisis statistik untuk memantau kinerja dan tren operasional, studi waktu dan gerak untuk meningkatkan efisiensi kerja, serta program pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan kompetensi karyawan. Selain itu, pengendalian mutu kegiatan perusahaan juga merupakan bagian penting dari pengendalian administratif, di mana perusahaan secara terus-menerus melakukan pengecekan dan evaluasi untuk memastikan bahwa produk atau layanan yang dihasilkan memiliki kualitas yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Dengan adanya pengendalian administratif ini, perusahaan tidak hanya dapat mencapai efisiensi operasional, tetapi juga dapat memastikan bahwa setiap kebijakan dan keputusan strategis yang diambil dapat dilaksanakan dengan efektif dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Secara keseluruhan, kedua jenis pengendalian internal ini saling berinteraksi dan mendukung satu sama lain untuk menjaga agar perusahaan tetap berjalan dengan baik, baik dari sisi keuangan maupun operasional.

KOMPONEN PENGENDALIAN INTERNAL

Menurut Committee of Sponsoring Organizations of the Treatway Commission (COSO) sistem pengendalian internal terdiri dari lima komponen yaitu:

  1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment): Lingkungan pengendalian mencakup suasana organisasi dan sikap manajeman serta karyawan terhadap pentingnya pengendalian yang adadalam organisasi.
  2. Penentuan Risiko (Risk Assesment): Penilaian risiko merupakan identifikasi analisis dan pengelolaan risiko suatu organisasi. Dimana suatu risiko yang telah diidentifikasi dapat dianalisis sehingga dapat diperkirakan tindakan yang dapat meminimalisirnya.
  3. Aktivitas Pengendalian (Control Activities): Prosedur pengendalian merupakan kebijakan atau prosedur yang dibuat untuk memastikan tercapainya tujuan perusahaan serta mencegah terjadinya kecurangan (fraud).
  4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication): Pengawasan merupakan proses untuk menilai kualitas kinerja pengendalian intern suatu organisasi. Pengawasan ini dilakukan untuk menemukan kekurangan serta meningkatkan efektivitas pengendalian internal.
  5. Pemantauan (Monitoring): Informasi diperlukan dari pihak luar perusahaan. Manajemen dapat menggunakan informasi ini untuk menilai standar eksternal. Komunikasi melibatkan penyediaan suatu pemahaman yang jelas mengenai peran dan tanggung jawab individu berhubungan dengan pengendalian internal atas pelaporan keuangan.

PRINSIP-PRINSIP PENGENDALIAN INTERNAL

Prinsip-prinsip pengendalian internal dalam akuntansi bertujuan untuk memastikan bahwa transaksi keuangan dicatat dengan akurat, dilaporkan dengan benar, dan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Pengendalian internal ini juga dirancang untuk mencegah dan mendeteksi kesalahan serta kecurangan, menjaga aset perusahaan, dan meningkatkan efisiensi operasional. Berikut adalah prinsip-prinsip utama pengendalian internal dalam akuntansi:

  1. Pemisahan Tugas (Segregation of Duties): Membagi tanggung jawab penting di antara beberapa orang untuk mengurangi risiko kecurangan atau kesalahan.
  2. Otorisasi dan Persetujuan (Authorization and Approval): Setiap transaksi keuangan harus mendapatkan persetujuan dari pihak yang berwenang sebelum dilaksanakan.
  3. Dokumentasi yang Memadai (Adequate Documentation): Setiap transaksi harus didukung dengan bukti yang jelas, seperti faktur atau kontrak, untuk keperluan verifikasi dan audit.
  4. Akses Terbatas ke Aset dan Data (Restricted Access): Mengontrol akses ke aset dan data hanya untuk orang yang berwenang.
  5. Verifikasi dan Rekonsiliasi (Verification and Reconciliation): Memeriksa dan mencocokkan catatan keuangan secara rutin untuk memastikan akurasi dan mengidentifikasi kesalahan.
  6. Review dan Pemantauan Berkelanjutan (Ongoing Monitoring): Melakukan pemantauan terus-menerus dan tinjauan berkala untuk memastikan pengendalian internal berfungsi dengan baik.
  7. Penilaian Risiko (Risk Assessment): Menilai dan menyesuaikan pengendalian internal untuk mengurangi risiko yang terkait dengan aktivitas keuangan.
  8. Pengendalian Fisik (Physical Controls): Melindungi aset fisik perusahaan, seperti uang tunai dan inventaris, dari pencurian atau kerusakan.
  9. Komunikasi yang Efektif (Effective Communication): Menyampaikan kebijakan dan hasil pengendalian kepada semua pihak yang relevan dalam organisasi.

Prinsip-prinsip pengendalian internal dalam akuntansi ini dirancang untuk memastikan keakuratan pada proses pelaporan keuangan, menjaga aset perusahaan, dan mencegah serta mendeteksi kecurangan. Implementasi yang baik dari prinsip-prinsip ini akan memberikan keyakinan bahwa sistem akuntansi berjalan dengan benar dan sesuai dengan standar, serta membantu organisasi mencapai tujuan strategisnya secara lebih efektif.

KETERBATASAN PENGENDALIAN INTERNAL

Pengendalian internal suatu perusahaan memiliki keterbatasan bawaan yang melekat, Hery (2016:170):

  1. Faktor Manusia. Faktor manusia memegang peranan yang sangat penting dalam setiap pelaksanaan sistem pengendalian internal di suatu organisasi. Meskipun sebuah sistem pengendalian internal dirancang dengan sangat baik, efektivitasnya bisa terganggu atau bahkan menjadi tidak efektif jika terdapat masalah pada faktor manusia, seperti karyawan yang kelelahan, kurangnya perhatian, atau bahkan kecerobohan dalam menjalankan tugas. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan kesalahan yang tidak terdeteksi, menurunkan akurasi laporan, atau membuka celah bagi potensi kecurangan, yang pada akhirnya merusak integritas dari sistem pengendalian internal itu sendiri.
  2. Persekongkolan (Kolusi) dimana kolusi ini secara signifikan akan mengurangi keefektivitas sebuah sistem dan mengeliminasi proteksi yang ditawarkan dari pemisahan tugas tersebut. Persekongkolan atau kolusi antar individu dalam organisasi juga dapat sangat merusak efektivitas pengendalian internal. Ketika dua atau lebih pihak bekerja sama untuk menghindari atau mengelak dari prosedur pengendalian internal, seperti pemisahan tugas atau pengecekan independen, mereka dapat dengan mudah mengurangi bahkan mengeliminasi proteksi yang seharusnya diberikan oleh sistem tersebut. Kolusi ini seringkali sangat sulit terdeteksi, karena para pihak yang terlibat cenderung menyembunyikan niat buruk mereka dengan cara yang sangat terkoordinasi, yang berpotensi menimbulkan kerugian signifikan bagi perusahaan.
  3. Ukuran Perusahaan juga dapat memicu keterbatasan pengendalian internal. Ukuran perusahaan juga dapat mempengaruhi sejauh mana pengendalian internal dapat diterapkan dengan efektif. Dalam perusahaan yang berskala kecil, misalnya, penerapan prinsip-prinsip pengendalian internal seperti pemisahan tugas, pengecekan independen, atau verifikasi internal menjadi sangat sulit untuk dilakukan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan jumlah karyawan, di mana satu orang seringkali harus merangkap beberapa posisi atau mengerjakan berbagai tugas yang berbeda secara bersamaan. Kondisi seperti ini tentu saja meningkatkan risiko kesalahan atau penipuan, karena tidak ada pemisahan yang cukup jelas antara berbagai fungsi yang seharusnya dikelola oleh individu yang berbeda. Oleh karena itu, meskipun perusahaan kecil mungkin tidak memiliki sumber daya untuk menerapkan sistem pengendalian internal yang kompleks, mereka tetap harus berusaha untuk menjaga pengawasan dan kontrol yang memadai guna melindungi aset dan memastikan keandalan laporan keuangan.

KESIMPULAN

Pengendalian Internal memegang peranan yang sangat penting dalam menjaga kelangsungan dan keberhasilan suatu organisasi. Sistem pengendalian internal yang efektif tidak hanya melindungi aset perusahaan dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan, namun juga meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi risiko kesalahan, dan meminimalkan potensi penipuan dan penyalahgunaan kekuasaan. Pentingnya pengendalian internal tidak dapat dianggap remeh dalam organisasi mana pun, besar atau kecil. Pengelolaan ini tidak hanya berfokus pada pengelolaan keuangan saja, namun juga mencakup sumber daya manusia, pengelolaan operasional, dan pemantauan kinerja secara keseluruhan.

Oleh karena itu, seluruh organisasi harus terus mengevaluasi dan memperkuat sistem pengendalian internalnya untuk menghadapi tantangan yang semakin besar dan memanfaatkan potensi yang ada. Keberhasilan penerapan pengendalian internal sangat bergantung pada upaya semua pihak yang terlibat, mulai dari manajemen puncak hingga individu dalam organisasi. Pengendalian internal yang efektif tidak hanya melindungi organisasi dari risiko yang tidak diinginkan, namun juga menciptakan budaya kerja yang lebih baik dan terus mendukung pencapaian tujuan jangka panjang.

Referensi:

Hery, S. M. (2014). Pengendalian Akuntansi dan Manajemen. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Mulyadi. (2017). Audiing: Buku Pegangan Praktis untuk Akuntan dan Auditor. Salemba Empat.

Nana Adriana, D. Z. (2024). Buku Ajar Pengantar Akuntansi. PT. Sonpedia Publishing Indonesia.

Wibowo, A. A. (2008). Akuntansi Keuangan Dasar 1. Grasindo.