Kue Lontar merupakan salah satu makanan penutup tradisional yang berasal dari papua, yang telah dikenal luas di berbagai daerah di Indonesia. Dengan tampilan yang menyerupai pie susu dan cita rasa yang manis, kue ini sering disajikan untuk hari raya atau cemilan keluarga. Namun, kandungan gula yang cukup tinggi pada Kue Lontar Tradisional ini menjadi perhatian tersendiri bagi mereka yang sedang mengontrol asupan terhadap gula, terutama penderita diabetes. Hal inilah yang menjadi latar belakang munculnya inovasi untuk menghadirkan kue lontar dalam versi lebih sehat yakni sebagai makanan penutup rendah gula dengan bahan-bahan alami yang memiliki khasiat antidiabetik.
Inovasi ini mucul sebagai bentuk respon terhadap semakin meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap pola makan yang seimbang dan gaya hidup sehat. Diabetes Melitus merupakan penyakit tidak menular yang prevalensinya terus bertambah di Indonesia. Salah satu pemicunya adalah tingginya konsumsi makanan dan minuman dengan kandungan gula. Menurut IDF, Indonesia menduduki peringkat kelima negara dengan jumlah diabetes terbanyak dengan 19,5 juta penderita di tahun 2021 dan diprediksi akan mencapai 28,6 juta pada tahun 2045. Hal ini menunjukan perlunya inovasi dalam penyediaan makananan yang tidak hanya lezat tetapi juga sehat. Karena itu, dibutuhkan alternatif cemilan yang tetap lezat namun lebih ramah bagi tubuh, tidak hanya baik untuk penderita diabetes, tetapi untuk masyarakat secara umum khususnya orang-orang yang ingin menjaga pola makan sehat.
Upaya untuk menciptakan kue lontar sehat ini dilakukan dengan pendekatan yang sederhana, yakni dengan memodifikasi bahan-bahan utama yang menjadi sumber utama gula dan gluten dalam resep yang asli. Gula pasir, susu kental manis, dan tepung terigu digantikan dengan bahan yang lebih bersahabat untuk kesehatan. salah satunya adalah stevia, pemanis alami yang tidak mengandung kalori dan memiliki indeks glikemik rendah. Pemanis yang berasal dari tanaman Stevia rebaudina ini dikenal aman untuk penderita diabetes karena tidak menyebabkan lonjakan kadar gula darah.
Selain Stevia, kayu manis juga digunakan untuk menambah cita rasa dan aroma khas. Lebih dari sekadar penyedap, kayu manis mengandung senyawa aktif seperti cinnamaldehyde yang berpontensi membantu menstabilkan kadar gula darah dan meningkatkan sensitivitas insulin. Penggunaan rempah ini tidak hanya menambah karakter rasa, tetapi juga membawa manfaat kesehatan yang telah dikenal sejak lama dalam pengobatan tradisional.
Untuk menggantikan tepung terigu, digunakan tepung oats bebas gluten. Bahan ini mengandung serat larut yang mendukung kesehatan percernaan dan memperlambat penyerapan gula dalam darah. Teksturnya pun cocok untuk menghasilkan kue padat yang padat namun tetap lembut. Di sisi lain, penggunaan oats juga menjadikan kue ini ramah untuk mereka yang sensitif terhadap gluten atau yang sedang menjaga pola makan bebas gluten.
Kombinasi bahan-bahan alami ini tidak hanya bertujuan untuk mengurangi kadar gula, tetapi juga memperkaya nilai gizi dari kue lontar itu sendiri. kini, kue yang sebelumnya dianggap kurang aman bagi penderita diabetes dapat dinikmati dalam versi yang lebih aman tanpa harus mengorbankan kenikmatannya.
Lebih dari sekadar cemilan sehat, kue lontar sehat ini membawa pesan penting bahwa bagaimana kekayaan kuliner tradisional Indonesia dapat dimodifikasi tanpa kehilangan identitasnya. Dengan memanfaatkan bahan-bahan alami yang tersedia di tanah air seperti stevia, kayu manis, dan oats kita bisa memperkenalkan gaya hidup sehat sambil melestarikan budaya kuliner lokal. Banyak anggapan bahwa makanan tradisional kurang sehat, padahal dengan pendekatan kreatif dan pengetahuan gizi, resep-resep lama justru bisa dihidupkan kembali menjadi lebih relevan.
Selain berdampak pada pola konsumsi individu, inovasi ini juga membawa potensi besar di bidang ekonomi. Produk cemilan yang sehat saat ini sedang banyak digemari, terutama di kalangan masyarakat perkotaan yang semakin sadar akan pentingnya menjaga asupan makanan yang sehat. Kue lontar sehat ini bisa dikembangkan sebagai produk lokal unggulan yang inovatif. Potensi pasar yang cukup besar untuk produk makanan penutup yang tidak hanya lezat tapi fungsional mendorong lebih banyak peluang pasar untuk mengembangkan produk ini, juga tren makanan sehat yang semakin meningkat di indonesia menambah banyaknya permintaan terhadap produk rendah gula dan ramah diabetes.
Kue Lontar sehat ini juga dapat menjembatani antar generasi. Orang tua bisa menikmati rasa klasik dari makanan masa kecil mereka, sementara generasi muda bisa menyantapnya dengan tenang karena tahu bahwa cemilan tersebut telah dimodifikasi sesuai kebutuhan kesehatan masa kini. Tradisi pun tidak hilang justru berkembang ke dalam bentuk baru yang lebih adaptif.
Inovasi ini pada akhirnya bukan hanya tentang menciptakan makanan sehat, tetapi juga tentang membangun kesadaran baru bahwa menjaga kesehatan tidak berarti harus menghindari makanan enak, dan bahwa tradisi bisa menjadi fondasi bagi masa depan yang lebih baik. Kue lontar sehat adalah contoh bagaimana makanan bisa menjadi jembatan antara budaya, kesehatan, dan inovasi sebuah perpaduan yang membawa manfaat, bukan hanya bagi tubuh, tetapi juga bagi ekosistem pangan lokal.
Widyaningsih, V., Febrinasari, R.P., Sari, V.A.C., Verlita, B., Wahyuni, C., Alisjahbana, B., Santosa, A., Ng, N., Probandari, A. 2022. ‘Potential and challenges for an integrated management of tuberculosis, diabetes mellitus, and hypertension: A scoping review protocol’, PLoS ONE, 17(7 July). doi: 10.1371/journal.pone.0271323.
Kemenkes RI. (2024, Januari 10). Saatnya mengatur si manis. Sehat Negeriku. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/blog/20240110/5344736/saatnya-mengatur-si-manis/